NovelToon NovelToon

Pacarku Tetanggaku

ban 1

Hallo namaku Liana Boru purba, dari namaku kalian pasti sudah tau kan kalau aku ini Boru Batak, iya aku keturunan Batak cina tapi kalian jangan salah aku muslim karena dulu kakekku Chinese muallaf karena menikah dengan oma yang orang Medan. Dan ayahku adalah satu satunya keturunan kakek. Kata orang aku memang persis seperti orang Chinese karena kulitku putih bersih.

Kami punya usaha coffee shop dan ada juga sebuah restoran. Kalau siang ayah dan mama akan berbagi pekerjaan. Kalau ayah di coffee shop maka mama akan ke restoran dan kadang sebaliknya juga kalau ayah di restoran maka mama akan di coffee shop, jadilah aku sering sendirian dirumah, untung saja aku punya tetangga yang sangat baik, meski dia laki laki tapi dia sangat baik padaku tidak pernah membiarkanku dalam masalah pokoknya dia akan selalu menjagaku. Dia adalah Arnav, Arnav ini keturunan India tapi mereka sekeluarga muslim juga.

Aku dan Arnav memang sebaya, dari PAUD sampai sekarang SMA kami tetap satu sekolah walaupun beda kelas. Karena ayah sangat percaya padanya dalam menjagaku.

"Lia.. Lia.. bangun ayo temani aku main basket, akhir pekan kok malah molor". ucap Arnav sambil mencolek pipiku.

Aku yang terkejut melihatnya berada di kamarku langsung melempar bantal kearahnya.

" Gila ya masuk kamar orang sembarang"

"Halah gak usah lebay lah, biasanya juga begini kan" jawabnya santai membuatku ingin menarik hidung mancungnya itu.

"Tapikan aku lagi tidur dodol minimal ketuk pintu dulu kek,permisi dulu atau apa kek jangan main nyelonong aja, kalau aku pas tidak pakai baju bagaimana ?" Jawabku menampar sedikit lengannya.

"Itu lebih bagus malah, aku tinggal mengunci pintu dan jendela lalu masuk dalam selimutmu" jawabnya senyum senyum membuatku seketika kembali menampar kembali lengannya.

"Udah cepat sana mandi temani main basket yaa" ucapnya sembari menaik naikkan alisnya.

"Malas..,"

"Ayolah honey"

"Honey honey honey, memangnya aku ini pacarmu apa panggil panggil honey"

"Teman rasa pacar" jawabnya seketika terlihat serius menatap mataku membuatku jadi salah tingkah.

"Ih jadi Salting dia..." Jawabnya ngakak

Aku yang malu mendengar ejekannya berdiri dan langsung masuk kamar mandi meninggalkan dia yang masih tertawa sambil memegangi perutnya. Sengaja aku mandi lumayan lama maksut hati agar dia bosan menunggu lalu pergi namun perkiraanku salah. Saat aku keluar kamar mandi dia malah santai duduk di ranjang ku sambil main handphone, namun langsung menatapku. melihat Arnav yang sudah menatapku tanpa berkedip membuatku lagi lagi salah tingkah.

" Sengaja mau menggodaku ya hon ??"

" Menggoda apanya, kan bangun tidur tadi kamu lihat sendiri aku langsung ke kamar mandi lagian ini kamarku kamar pribadiku terserah aku dong mau bagaimana. Kamu ini aneh mau berlama lama di dalam kamar anak gadis orang, tidak takut apa nanti ayah marah karena kamu masuk kamar anak gadisnya."

"Takut apa, aku kan tidak mem'''''a mu."

"Punya mulut itu dijaga bos, udah sana cepat keluar aku mau pakai baju"

"Iya iya iya, ribet bangat memang perawan satu ini"

Setelah arnav pergi aku bergegas memakai pakaianku lalu keluar menemui Arnav.

"Kamu mau keluar dengan pakaian seperti itu ?" Tanya Arnav saat melihatku memakai gaun warna sage selutut.

"Hhmm, udah izin belum sama mama atau ayah ?"

"Udah dua duanya sana ganti, kok paha dikasih jadi tontonan laki laki"

"Tidak semua laki laki seberengsek kamu ar"

"Tidak semua memang tapi lebih brengsek dariku banyak, udah cepat ganti pakai celana panjang saja"

Akhirnya aku menurut juga, daripada dia heboh.

Sampai di GOR malah aku sendiri yang heboh melihat cowok cowok teman Arnav ganteng ganteng bangat dan sepertinya bukan dari sekolah kami. Kami memang sering jalan berdua namun menemaninya main basket baru kali ini.

"Matamu jangan nakal, diam di sini tunggu selesai"

"Lama gak ??"

"Tidak sampai satu hari kok tenang saja."

"Ih..aku serius loh"

"Iya bawel" jawabnya menarik hidungku.

Kuperhatikan Arnav yang main basket keren banget dia. Memang ku akui, kalau aku selalu terpesona dibuatnya. Dia ganteng, baik, ahh pokoknya banyak nilai plus nya lahh.

Sekitar satu jam lebih Arnav selesai main basket dan aku memberinya minuman yang tadi sudah kami siapkan. Kulihat temannya datang menghampiri kami ada sekitar lima orang.

"Wihh cewek baru Lo ??"tanya salah satu temannya.

"Iya jangan dekat padanya"

"Ihh ngeri kali yaa dekat saja tak boleh, tapi kenalan boleh kan ??"

Melihat Arnav yang diam salah satu temannya mengulurkan tangan padaku.

"Hai aku gio teman Arnav."

"Liana" jawabku malu malu

"Hai aku Dion"

"Hai aku Rian"

"Hai aku Nando dan ini yang disamping saya Ariel"

"Liana"

Kulihat Ariel hanya diam saja sambil main handphone.

Aku mengangguk senyum.

"Kita cabut duluan ya bro, takut cewek gue kelelahan" kata Arnav senyum senyum.

"Alahh sok keren" jawab teman temannya.

Kami keluar GOR sembari Arnav memegang perut karena ngakak berlebihan.

"Lebay sih kamu, kalau kamu bicara begitu terus pada semua laki laki aku tidak akan pernah punya pacar". Ucapku ngambek.

"Biar sih kan ada aku sayang teman rasa pacarmu".

"Aku tidak mau teman rasa pacar tapi maunya pacar benaran"

"Biar di grep grep sama laki laki brengsek ya"

"Di otakmu cuma mesum trus terusan."

"Ya elahh maklum la Li namanya juga laki laki"

Aku tidak menjawab lagi karena berdebat dengan Arnav aku tidak akan pernah menang.

"Sesekali bawa mobil om Akash lah Ar, panas tau naik motor terus"

"Iya tuan putri"

Aku dan Arnav berlalu meninggalkan GOR, namun tidak langsung pulang tapi dia malah membawaku ke sebuah cafe, katanya aku harus makan dulu baru pulang.

"Ya kali aku pulangi anak orang dalam perut kosong, malu lah sama om chinese" begitu katanya setiap kami pulang main main.

Kami memang sering keluar bersama mau itu pulang sekolah atau pas akhir pekan.

"Kita makna nasi Padang saja ya"

"Apa om Akash bangkrut ??"

"Astaga.. mulut mu memang minta di c''m ya"

"Kan aku hanya bertanya, lagian ini kan cafe masak sih ada nasi Padang?"

"Jangankan nasi padang, nasi bebek nasi ayam nasi manusia, semua ada disini"

" Ihh tu kan dari tadi aku nanya serius jawabnya malah bercanda"jawabku cemberut

"Iya sayang iya, ini itu cafe tapi ada nasi padangnya kalau kita mau, gemes bangat deh jadi pengen cium"

"Apa sih dari tadi itu terus omongannya, noh cium sana kuali Abang Abang yang masak di belakang"

"Ya ampun Li tega benar kamu"

"Memangnya masih kurang grep grep cewek cewek yang kamu dekatin?"

"Tidak sih, cuman sepertinya kalau cium kamu pasti sensasinya berbeda"

Plakk....

"Sakit ih, gitu aja marah. Sepertinya dari tadi lenganku jadi sasaran terus"

"Makanya jangan nyerocos terus"

"Iya iya aku diam"

Arnav begitu menikmati makannya sedangkan aku lebih menikmati wajahnya, entah apa yang membuatku segila ini padanya. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya baik itu wajahnya, sifatnya pokoknya semuanya aku suka. Tapi sayangnya aku tak berani mengatakan padanya, karna tiap hari dia nentengin cewek mulu malah cantik cantik lagi memang deh playboy kelas kakap mah kalau Arnav.

"Temanmu main basket tadi bukan dari sekolah kita ya ar ??"

"Bukan, mereka dari SMA setia Budi"

"Kok bisa kenal ?"

"Dulu aku punya mantan anak Setia Budi dan cowok cowok yang tadi semuanya teman temannya."

"Oh"

"Balik yuk udah siapkan, udah mau isya ini nanti kelamaan pulang bisa si sate aku sama om chinese"

"Kamu kok manggil ayah om chinese mulu sih"

"Yah mau bagaimana lagi aku tidak tau nama om chinese siapa. Udah aha ayok."

Sampai rumah malah kosong ternyata mama sama ayah belum pulang, sementara bibi tukang bersih bersih rumah biasanya pulang sebelum magrib.

"Masih sepi" tanya Arnav

"Hhmm"

"Ya udah sana mandi aku mau baring sebentar di sofa.capek bangat"

"Kalau capek pulang saja ar"

"Iya tapi nanti setelah om sama Tante balik."

Tuh kan apa kubilang dia pasti menjagaku dengan baik, dia tidak akan membiarkan aku sendiri dirumah apalagi malam hari, apa gak makin melted akunya.

Selesai mandi aku memakai piyama tidur lalu keluar lagi ke ruang tamu dimana Arnav tadi.

"Katanya mau tidur tapi malah main Hp"

Ucapku sembari duduk disampingnya, dengan santainya dia malah berbaring dengan kepalanya dipangkuanku.

"Ahhh nyamannya,, pahamu lebih empuk dari pada kasur ku dirumah Li"

"Receh bangat sih"

"Betul lohhh"

"Ehmm Ar gimana sih rasanya mewe mewe sama cewek cewek ?"

"Mau nyoba gak Li ??"

"Is kan...plakk"

"Awwww perutku liaaa.."

"Rasain, makanya bicara itu yang bermutu"

"Lah salahku dimana coba ? Kamu bertanya kan aku jawab mau coba apa gak"

"Ya gak gitu juga kali konsepnya Ar"

"Kalau yang begituan sesah menjelaskannya Li lebih bagus praktek langsung"

"Udah ah jangan dibahas lagi, malas."

Trt...trt...

Arnav keluar mengangkat teleponnya, lumayan lama sih sampai aku hampir tertidur di sofa.

"Hei kok tidur sih Li ?"

"Ngantuk Ar"

Padahal aku hanya pura pura mengantuk karna malas mendengar dia teleponnya sama cewek karna aku dengar dia menyebutnya beb. Pasti pacarnya kan.

Kulihat Arnav menggelar ambal di depan Tv lalu mengambil bantal sofa

"Ayok tidur di depan tv saja biar lurus badannya."

Aku mengikutinya dari belakang.

Aku tidak tau lagi jam berapa Arnav pulang, aku terbangun saat alarm pagi berbunyi.

Aku bergegas mandi lalu memakai seragam sekolah.

"Pagi ma, pagi ayah"

"Pagi sayang, duduk sayang mama sudah siapkan sarapanmu ayo dimakan"

"Iyaa ma terimakasih. Siapa tadi malam yang memindahkan Lia ke kamar ma ?"

"Awalnya mau digendong ayah, tapi Arnav menawarkan diri"

"Ooo"

Selesai sarapan seperti biasa ayah mengantarku lebih dulu kesekolah setelah itu ayah baru ke restoran.

"Lia,, tunggu"

Suara cempreng itu pasti suara Aida teman sebangku ku di kelas.

"Tumben kamu cepat biasanya hampir telat mulu" ucapku

"Ye elah Li gue mau berubah kali masak iya sih sudah mau jadi mahasiswa tapi tetap telat bangun terus. rugi dong. Heheh"

"Gue kali, kamu pikir ini jakarta Lo gue gitu ngomongnya. Medan kali bukan jakarta."

"Kan harus belajar kian Li"

"Eh memang kamu mau kulliah ke jakarta ya ?"

"Niatnya sih iya kalau diterima, eh kamu sudah lihat belum postingan Arnav tadi malam? Meleleh aku mahhhh... Itu kamu kan ?"

"Postingan apa ? Kok aku gak tau ?"

"Cek buruan IG nya"

Buru buru ku cek hp ku dan ya postingannya membuatku meleleh, jam 22.15 fotonya sepertinya diambil dari belakang tapi aku tau itu di rumahku, fotonya sedang menggendong seseorang yang jelas itu aku saat dia memindahkan ku kekamar. Bukan fotonya yang buat meleleh sih tapi caption nya 'Selamat istirahat Kesayangan' dan yang paling buat emosi tau gak komenternya malah dikunci. Tidak banyak yang tau sih rumahku hanya satu dua orang saja yang pastinya mereka tau juga hubunganku dengan Arnav bagaimana, tapi aku penasaran juga siapa yang mengambil fotonya yaa ?.

"Jujur lohhh itu kamu kan ? Kalian pacaran ??"

" Gak ah, kami tidak pacaran Ai kan kamu tau sendiri kami bagaimana"

"Tapi kan menurut ku dia itu suka loh sama kamu"

"Udah ah ayok masuk kelas jangan membuat gosip bentar lagi sudah mau bel"

"Ye elah tutupi saja terus, lama lama kan tercium juga".

Aku menggeleng melihat kelakuan teman bar bar ku itu. Jam pertama dikelas aku tidak terlalu fokus karna terus teringat postingan Arnav tadi. Aneh sebenarnya iya kan, pacar gak tapi kok posting begituan iya kan.

"Kantin yok Li" ajak Aida saat istirahat

Aku menganggukkan kepala pertanda iya, saat tiba dikantin kami malah bertemu dengan Arnav dan teman temannya.

"Liana sini"

Panggil salah satu teman Arnav, aku sempat melirik Arnav yang tersenyum padaku. Kukira mereka akan membahas masalah postingan Arnav namun aku salah mereka sama sekali tidak membahas itu. Teman teman Arnav ini semuanya asik. Arnav pernah mengenalkan mereka padaku saat mereka main kerumah Arnav. Teman gengnya ada sekitar tujuh orang, lima orang laki laki dan dua orang perempuan. Perempuan yang dua itu adalah Arini dan Vika. Aku jadi akrab dengan mereka karna ya aku temannya Arnav. Sedangkan yang laki laki namanya  Edo, Yasir, Dion, Toni dan Bagas. Jadi kalau bersama Arnav geng mereka jadi delapan orang.

" Mau makan apa ?" Tanya Arnav padaku.

"Belum tau masih mau pilih pilih dulu"

"Kupesankan nasi goreng ya"

"Gak deh, mau Indomie goreng aja"

"Kan kamu belum makan mana boleh makan mie, nasi goreng aja titik."

Nah kalau Arnav sudah mode begini jangan dibantah lagi bisa berabe kalau aku tetap maksa makan mie. Kalau soal teman temannya sih sudah biasa melihat kedekatan ku dengan Arnav. Tapi kalau ditanya kenapa tidak pacaran saja pasti jawaban Arnav buat kesal 'orang tuanya menitipkan dia padaku agar aku menjaganya bukan biar aku bisa pacaran dengannya' tuhkan selalu begitu jawabannya buat kesal saja, jadi kalau persi ku ya bagusan kunikmati saja teman rasa pacarku ini sekalipun sering membuatku mewek.

bab 2

Saat pulang sekolah tiba, seperti biasa aku selalu pulang dengan Arnav, karena rumah kami samping sampingan tapi kadang aku pulang naik angkot juga atau kadang gojek kalau dia lagi ada acara. Seperti hari ini membuat ku kesal sih sebenarnya dimana cuacanya terik seterik teriknya rasanya matahari itu ada dua saking panasnya ehhh dia malah bilang tidak bisa pulang sama sama karna dia mau jalan sama pacarnya kan buat kesal tapi ya sudahlah jadilah aku pulang naik gojek.

" Eh nak sudah pulang sayang ?"

"Loh ma, mama tidak ke resto ?"

"Tidak sayang mama kurang enak badan"

Iya memang terdengar dari suara mama sepertinya dia flu.

"Mama sudah minum obat ?"

"Sudah sudah, sekarang mama mau minta tolong sama kamu, kamu tolong ke cafe ya nak cek apakah semua berjalan dengan normal karna jujur mama kurang percaya kalau tidak kita cek langsung kesana, bisa kan nak ?"

"Cafe atau resto ma ??"

"Cafe sayang, di resto sudah ada ayah"

" Oke Lia ganti baju dulu, kalau begitu Lia sarapan disana saja ya ma"

"Ya sudah, kamu mau naik apa kesana, gojek apa greb sayang ?"

"Gojek aja ma"

"Baiklah kamu hati hati ya, mama mau istirahat dulu"

Aku mengangguk pada mama lalu bergegas kekamar ganti baju, sembari memesan gojek. Kami memang punya mobil tapi hanya satu dan tadi sudah dibawa ayah ke resto. Kupoles wajahku sedikit setelah memakai baju agar terlihat lebih press bagaimanapun juga namanya resto minimal harus rapi dan wangi lah apalagi resto kami ini dibuka khusus untuk anak anak muda.

Sampai resto aku duduk sebentar sembari makan siang, namun sialnya mataku malah menangkap sosok yang sangat kukenal ya siapa lagi kalau bukan Arnav, k***et memang yang satu ini bisa bisanya dia makan di sini dengan pacarnya, makan siang yang begitu nikmat seketika hilang rasa gara gara dia apalagi aku lihat Arnav begitu mesra dengan gadis itu, karna selama makan Arnav tidak pernah melepaskan tangan perempuan itu.

Bayangkan saat kamu melihat orang yang kamu sukai memegang tangan perempuan lain. Ya Tuhan sesak rasanya mau menangis tapi malu takut dilihat orang, kugigit bibirku kuat untuk menetralkan perasaanku. Syukurnya dia tidak melihatku sampai mereka keluar dari resto.

Kutarik nafasku panjang lalu bergugam dalam hati 'Tahan Lia ini adalah pilihanmu'.

Seharian ini aku membantu bantu di resto tak terasa sampai jam tujuh malam,

"Kak Li sebaiknya kakak pulang dulu mandi baru kesini lagi" ucap Lena salah satu waiters disini.

"Iya Len. Ini kakak mau pesan gojek"

Trtt....trtt...

Terpampang jelas dilayar handphone ku siapa yang menelpon 'Buaya tetangga', malas sebenarnya mengangkat telepon Arnav tapi aku tau sifatnya, sebelum kuangkat dia tidak akan pernah berhenti menelepon.

"Hhhmmm"

"Ya Tuhan Lia  bilang hallo dulu atau salam dulu dong jangan langsung hhmm"

"Kenapa ??"

"Di mana hon ??"

"Mau apa ?"

"Astaga tinggal bilang saja kamu dimana apa susahnya sih ?"

"Sudahlah jangan drama aku tau kamu pasti tau aku dimana kan ?"

Terdengar cekikikan dari ujung sana.

"Iya iya, kamu masih di resto ya ?"

"Ini mau pulang tinggal nunggu bang ojol datang"

"Batalkan orderannya aku akan jemput kamu"

Tit..

Belum sempat aku menjawab telponnya sudah dia matikan. Selalu saja berbuat semaunya.

Memang sih dari rumah ke resto tidak terlalu jauh hanya sekitar 15 menit.

Tidak sampai 15 menit Arnav sudah sampai saja.

"Ayok hon"

Aku menaiki motornya tapi hanya diam saja mulai dari resto sampai kerumah.

Sampai dirumah ternyata sudah ada ayah juga.

"Loh kamu tidak pulang" tanyaku pada Arnav yang malah ikut duduk disamping ayah di ruang keluarga.

"Gak"

"Kenapa?"

"Ya ampun Li rumahku kan hanya lima langkah dari sini, lagian kalau mau cepat aku bisa lompat malah langsung ke kamar"

Ayah malah menjawab omongan Arnav

"Tapi om mau minta maaf ya ar, om mengantuk kalau  kamu masih mau menonton tidak apa apa kan sendiri ?"

"Iya om tidak apa apa"

Ayah berlalu ke kamar

Aku tidak menjawab lagi dan langsung berbalik mau ke kamar tapi tanganku malah ditarik

"Kamu kenapa sih Li dari tadi kok diamin aku terus ? Kenapa?ada apa ? Apa aku ada salah sama kamu ?"

'ya tuhan ini k*****t malah nanya lagi apa gak sadar sih' batinku

"Kenapa apanya aku biasa saja kok"

"Jujur kenapa sih Li ?"

"Aku harus jujur apa ?"

Arnav melepaskan tanganku lalu mengusap wajahnya kasar.

"Ya sudah aku pulang"

Tanpa menunggu jawabanku dia langsung keluar, tanpa menunggu lebih lama lagi akupun langsung menutup pintu dan masuk ke kamar.

Selesai membersihkan diri aku  menyusun buku pelajaran besok pagi agar tidak repot lagi.

Namun ponsel ku berdering,

"Hallo"

"Belum tidur hon ???"

"Belum, kenapa kian ??"

" Jangan galak galak kenapa hon"

Aku terdiam

"Hon masih disana kan ?"

"Ada apa sih ?"

"Ya elah hon, mau aku samperin kamu ke kamar mu hon ?"

"Coba saja kalau berani"

"Aku di depan jendela kamarmu ?"

Aku bergegas berdiri melihat dan rupanya benar dia berdiri di depan jendela kamarnya menghadap kejendela kamarku

"Hon kamu cantik pakai piyama"

"Receh bangat sih"

"Wkwkwkkwkw.....benar hon lebih menggoda"

"M***m"

"Wkwkwkk"

"Ada apa sih cepat aku ngantuk"

"Aku tidak bisa tidur hon temani ya"

"Gak"

" Tolonglah hon tetap berdiri disitu ya"

Aku memang tidak pernah bisa menolak Arnav, Jadilah kami mengobrol sambil tatap tatapan hampir setengah malam. Dan iya aku jadi lupa lagi rasa sakit yang tadi setelah digombali Arnav. Aku suka saat dia memujiku aku suka dia bicara receh.

"Ar aku ngantuk"

"Ya sudah ayo tidur, terimakasih ya hon sudah menemaniku"

"Hhmmm"

"Hon..."

"Apa ?"

"Tetaplah bersamaku"

Tanpa mendengar lagi apa kalimat dia seterusnya aku langsung mematikan ponselku lalu melambaikan tangan padanya, lalu Arnav balas melambaikan tangan padaku, terlihat sederhana namun bisa membuat tidurku lelap. Mu

Pagi hari seperti biasa, selesai sarapan ayah mengantarkan aku lebih dulu ke sekolah baru kemudian ayah pergi ke resto.

"Ayah pergi ya kamu sekolah dengan baik"

"Iya ayah, ayah hati hati ya."

Ayah mengangguk lalu berlalu pergi, hari ini aku benar benar semangat ke sekolah karna akan ada praktek biologi, aku senang hal seperti ini. Tapi sialnya aku lupa membawa bahan prakteknya padahal sudah diingatkan Aida tapi masih saja tetap lupa.

Sebelum bel aku buru buru mencari Arnav untuk minta tolong mencari bahan praktekku.

Namun sialnya aku lagi lagi melihatnya duduk bersama seorang cewek di kelasnya.

"Ehh Lia ada apa ??"

bab 3

Arnav datang menghampiriku yang sedang berdiri di pintu kelasnya.

"Ada apa Lia ?"

"Maaf ya ar apa aku mengganggu mu ?"

"Tidak sama sekali, ada apa hmm ?"

Aku sempat menatap perempuan yang tadi duduk bersama Arnav, aku tau namanya Desy karna kami satu angkatan. Desi menatapku tanpa berkedip tapi aku tidak perduli.

"Sebenarnya mau minta tolong sihh, kami ada praktek biologi tapi aku lupa membawa bahannya bisa tolong tangkapkan katak tidak ?"

"Baik, kamu kembali saja ke kelas nanti kataknya aku antar"

"Terima kasih"

Aku kembali ke kelas karna merasa bahan praktekku sudah aman.

Dua jam berlalu akhirnya prakteknya selesai juga, aku hanya tertawa melihat teman teman yang lain merasa jijik saat melihat kataknya dibelah.

"Ayo ke kamar mandi bersih bersih" ajak Aida.

"Li, kok bisa sih kamu tidak ada takut takutnya sama katak ?"

"Aku juga tidak tau kenapa ai, malah aku merasa tertantang lagi" jawabku senyum namun Aida bergidik ngeri, dan kami pun sama sama tertawa.

"Wah wah... Bahagia sekali ya bisa menjadi p****r".

Ternyata ada Desy dan dua orang lagi temannya.

"Maksutmu apa ?" Jawabku

"Sudahlah jangan berlagak polos. Jelas jelas tadi kamu lihat Arnav sedang berdua dengan Desy tapi malah kamu ganggu, senang ya jadi plakor" ujar Vika teman Desy

"Suka ya menjilat pacar teman sendiri ?"

"Jaga ucapanmu Vika" jawabku langsung emosi.

"Ucapan yang mana yang harus kujaga hah ?? Beritahu aku ucapan yang mana ?"

" Aku dan Arnav tidak punya hubungan apa apa kami hanya teman"

"Teman tidur maksutmu"

"Kalian kelewatan tau gak, Lia itu lebih dulu mengenal Arnav dari pada kalian, apa kalian tidak malu membuli Lia begini ? Apa kalian tidak takut ketahuan guru membuli teman sendiri? Lagian kamu Desy, apa kamu pacaran dengan Arnav hah atau kamu saja yang menganggap dia pacarmu sementara dia tidak. Jangan membuat malu dirimu sendiri" jawab Aida tak mau kalah.

"Aku takut ? Tentu saja tidak, kalian tau papi ku itu Kapten. Jadi aku sama sekali tidak takut apa apa" jawab Desy dengan sombong nya

" Waoo luar biasa ya... Kapten...dengan bangganya kamu mengatakan papimu seorang Kapten namun ternyata dengan sedikit menyesal kukatakan itu masih bawahan papaku. Kamu mau perang bintang denganku yang anak jendral ??" Jawab Aida. Aku sedikit terkejut mendengarnya.

"Sudah sudah jangan bertengkar lagi ai, maaf ya Desy kalau kehadiranku tadi mengganggumu dan Arnav lain kali aku tidak akan menganggu kalian lagi, ayo ai"

"Nah begitu dong, dari tadi kek"

Tak kuperdulikan lagi ucapan teman temannya Desy, aku menarik Aida dari sana.

"Li kenapa sih narik narik aku, aku belum puas tadi"

"Sudah ai lagian tadi memang salah ku kok makanya aku minta maaf"

"Tapi mereka sudah bilang kamu p****r Li "

"Biarkan saja, oh iyaa aku teringat kamu benaran anak jendral ?"

"Iya kenapa, kamu ini lain ditanya lain jawabannya"

"Kok kamu tidak pernah cerita sih ?"

"Untuk apa coba, tadi itu kebetulan lidahku tergelincir makanya kukatakan, geram aku liat dia bawa bawa pangkat"

Aku tertawa mendengarnya.

"Ya ampun ai,, berarti mulai sekarang aku harus baik baikin kamu dong ?"

"Kenapa ?"

"Takut juga aku ditembak sama anak jendral "

Kami berdua tertawa bersama lalu masuk kelas.

Jam pulang sekolah telah berlalu, saat pulang aku sengaja naik angkot lebih awal karna menghindari Arnav. Padahal aku tau kalau dia pasti akan menungguku diparkiran.

Sedangkan Aida dia biasa pulang naik motor sendiri.

Sampai rumah aku bergegas makan siang dan ganti baju lalu ke resto, karna aku malas harus berhadapan dengan Arnav karna aku tau pasti dia akan mencari ku kerumah setelah tadi dia kutinggalkan pulang duluan.

"Loh sayang tumben kesini ?" Tanya mama saat aku sampai resto.

"Malas di rumah sendiri ma"

"Biasanya juga sendiri, kenapa kali ini malas ??"

"Gak ada apa apa loh mamaku sayang"

"Kenapa tidak keluar dengan Arnav ?"

"Ihhh mama ahhh nanya terus dari tadi, Lia mau ke depan dulu ya bantu bantu"

"Iya sayang yang rajin ya"

Setelah mengecup pipi mama aku langsung bantu bantu di depan.

Tak terasa sudah jam sembilan malam rupanya, pantas badanku sudah mulai lengket karna belum mandi tapi resto masih ramai saja. Berbeda dengan mama yang sudah mandi dan ganti baju karna memang mama selalu membawa persediaan.

"Mah Lia pulang dulu ya sudah gerah soalnya lengket semua"

"Tidak tunggu papa saja sayang, papa bentar lagi juga sudah mau sampai"

"Gak deh ma Lia naik gojek saja"

"Ya sudah kamu hati hati ya"

Aku berlalu saat gojek langgananku tiba. Saat aku menghidupkan ponsel terdapat banyak panggilan dan chat dari arnav, karena tadi aku sengaja mematikan ponsel biar fokus di resto.

Selesai mandi kudengar ada yang mengetuk pintu aku yakin itu pasti Arnav.

Kubiarkan saja karena aku masih siap siap selesai mandi. Namun ya bukan Arnav namanya kalau menyerah.

"Ada apa" tanyaku langsung saat membuka pintu.

"Ya ampun hon ternyata kamu masih hidup ?" Ucapnya memegang pipiku kiri kanan

"Apa sihh lepas ahh, senang kamu aku mati ?"

"Galak bangat dah, tentu saja aku takut kalau kamu mati. Lagian kamu satu harian kemana sih hon ? Tega kamu hon membiarkan aku menunggu diparkiran bukannya bilang kalau pulang duluan, dan ya kamu tidak menyuruhku masuk hon ? Hampir naik betis aku di depan pintu ini"

"Aku capek Ar ngantuk juga, seharian aku bantu mama di resto."

"Kamu mengusirku hon ??"

"Aku ngantuk Ar"ucapku pura pura lemas.

"Ya sudah sana tidur, aku balik ya kalau ada apa apa langsung call ya."

Aku langsung menutup pintu dan kekamar setelah arnav pulang. Kubuka buku pelajaran fisika lalu mengerjakan tugas sekolah.

Selesai mengerjakan tugas aku bukan tidur tapi malah main ponsel.

Ting..

'katanya ngantuk mau bobok, kok malah online?' isi chat Arnav ku abaikan tapi malah ditelpon.

"Ada apa sih"

"Kamu bilang ngantuk mau tidur tapi malah online."

"Ya ini mau tidur"

"Apa Tante sama om chinese sudah pulang ?"

"Sudah"

"Keluar yuk cari lontong malam"

"Malas"

"Ayolah honey masih jam sembilan lewat, ayam saja belum tidur."

"Malas lohh aku ngantuk"

"Ayolah Li masak sih kamu tega membiarkan aku keluar sendirian ?"

"Ajak saja pacarmu itu si Desy"

"Desy kan jauh hon kan kamu yang dekat"

"Sudahlah aku capek mau tidur"

Ponselnya langsung kunonaktifkan begitu saja dan langsung menutup mata. Berabe nanti kalau aku masih mendengarkan dia bicara bisa bisa aku nanti malah terhipnotis dan lupa diri lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!