Dev menatap ke arah Safira yang tertunduk. Gadis itu menggulung-ngulung ujung baju yang ia kenakan, dengan ekspresi wajah yang tidak bisa diartikan lagi.
"Bagaimana, Sa? Keputusan ada di tanganmu, Nak," ucap Tuan Aiman, ayah Safira.
"Sa-Safira mau, Safira mau menikah dengan Kak Dev."
Safira mengangkat kepalanya lalu menatap ke arah Dev yang juga menatap ke arahnya.
'Ya, Tuhan ... Semoga apa yang kami lakukan ini tidak salah dan tidak berdampak buruk bagi Dev ataupun Safira nantinya.' batin Jessica berdoa.
"Syukurlah. Kami akan mengurus semuanya. Pernikahan akan dilaksanakan satu minggu lagi," ucap Aldy pada Tuan Aiman Dirgantara dan Juga Nyonya Aiman Dirgantara.
"Saya masih tidak percaya, Tuan. Ini terasa seperti mimpi bagi keluarga kami," jawab Nyonya Aiman yang masih tidak percaya, bahwa Devano akan menikah dengan putri bungsunya Safira.
"Jangan seperti itu, Nyonya." Jessica memegang punggung tangan Nyonya Aiman. Lalu tersenyum pada wanita paruh baya itu.
Usai berbincang mengenai pernikahan. Aldy, Jessica dan Devano pamit undur diri pada keluarga Safira.
Safira ikut mengantar Jessica sampai gerbang utama. Gadis itu terus memperhatikan ekspresi wajah Devano yang sangat membingungkan, dan tidak bisa diartikan oleh dirinya.
"Sa, maafkan Bibi," bisik Jessica saat Safira memeluk dirinya.
"Tidak apa, Bi. Safira akan mencoba meluluhkan hati Kak Dev, semoga Tuhan mudahkan," jawab Safira lalu melepaskan pelukannya. Diciumnya punggung tangan Aldy dan juga Jessica secara bergantian.
☆ ☆ ☆
"Davin! Apa yang terjadi padamu?" Dev berlari menuruni tangga. Ia merangkul adiknya yang berjalan dengan terbata-bata itu.
"Heh! Apa ni?!" tanya Dev dengan wajah yang memerah.
"A-aku, aku benar-benar tidak salah Kak. Bocah itulah yang salah. Dia menendang bola ke wajahku! Sampai aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh," jawab Davin sejujurnya.
Dev hanya menghembuskan napas pelan, lalu berjalan menuju kamarnya untuk mengambil kotak obat.
"Ya, Tuhan. Apa yang terjadi, Nak?" Jessica berjalan menghampiri Davin lalu menatap lutut anaknya yang terluka, bahkan celana yang Davin kenakan di potong sampai batas lukanya.
"Ada apa lagi?" tanya Aldy dari belakang Jessica. Ia kembali mengelus dadanya saat melihat keadaan putri bungsu itu.
"Berapa kali Kakak bilang! Jangan naik motor! Jangan naik motor! Kau tuli atau bagaimana!" sahut Dev lalu berjongkok dan membersihkan luka sang adik.
Aldy dan Jessica saling menatap. Sudah lama mereka tidak mendengar Dev mengomel pada Davin, adiknya.
Davin menatap Dev yang masih setia membersihkan dan mengobati lukanya. Gadis itu mengangkat kepalanya lalu menatap ke arah Aldy dan Jessica.
"Ini awal yang bagus, Bu." Begitulah arti tatapan mata Davin pada Jessica. Jessica seketika tersenyum, bukan ia bahagia di atas penderitaan putrinya. Tapi ia bahagia karena Dev mereka sedikit berubah.
Dev meluruskan kaki Davin. Dan di menit berikutnya, pria itu mengangkat tubuh Davin menaiki tangga, menuju kamar gadis itu.
Davin menatap wajah Dev. Walau wajah itu belum tersenyum lagi dan masih pada setelan dinginnya. Tapi, hal ini sudah membuat hati Davin berteriak gembira.
"Sayangilah dirimu, jangan melakukan apapun yang membuatmu terluka. Jika kau terluka, sama saja dengan kau melukai hati Kakak, Ayah dan Ibu. Kau adalah putri berharga yang kami miliki," ucap Dev lalu membaringkan Davin di atas kasur.
"Kak Dev?"
"Hmmm." Dev menoleh menatap sang adik.
"Terimakasih," ucap Davin tersenyum.
"Untuk apa? Kau adikku, sebagian dari hidupku, kau tuan putriku, hal yang berharga dalam hidupku. Jadi, kau tidak perlu berterimakasih padaku. Dan seharusnya, aku yang meminta maaf karena tidak pernah memerhatikanmu lagi akhir-akhir ini," jawab Dev panjang lebar.
"Istirahatlah, Kakak akan meminta pelayan untuk mengantarkan makan malam untukmu," lanjut Dev lalu keluar dari kamar Davin dan langsung berjalan menuju dapur utama.
Dev meminta kepada kepala pelayan untuk mengantarkan makan malam untuk Davin. Ia juga memesankan susu hangat untuk adiknya itu.
"Sayang, aku harap Dev kita akan segera tersenyum cerah lagi." Jessica melirik Aldy. Pria itu juga sedang menatap putranya yang baru saja keluar dari dapur utama.
"Aku harap begitu. Dan semoga pernikahannya dengan Safira akan membantu merubah segalanya."
Aldy merangkul pinggang Jessica, lalu mengajak wanita itu menuju ruang makan, untuk makan malam bersama Dev.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
semoga ini awal yg baikkkk🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻😇😇😇😇😇
2025-01-09
1
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
ah, aku paham Dav 😏😭😭😭😭🥹🥹🥹
2025-01-09
1
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
“lagi” nya kayak udah capeeee banget 😭😭😭😭
2025-01-09
1