"Ibu."
Davin menyentuh bahu Jessica lembut, menyadarkan sang Ibu dari lamunannya.
"Eh, iya, Nak. Ada apa?" tanya Jessica. Wanita 49 tahun itu berusaha membuang semua pikiran buruknya tentang Dev, putra pertamanya dan Aldy.
"Kita sudah sampai, Bu." Davin menatap wajah Jessica. Diraihnya tangan Jessica, "Ibu jangan terlalu pikirin Kak Dev, Davin akan terus berusaha mengembalikan Kak Dev, Davin janji," lanjut gadis itu tersenyum pada sang Ibu.
"Semoga Tuhan memudahkan semuanya."
Jessica kembali tersenyum, walau hati dan pikirannya masih tertuju pada Dev. Jessica dan Davin keluar dari mobil secara bersamaan.
Karena akhir pekan, Jessica memutuskan untuk mengunjungi panti asuhan yang ia bangun 25 tahun yang lalu.
Jessica menatap bangunan yang sudah banyak berubah itu, ini semua berkat bantuan yang Aldy berikan. Aldy memutuskan untuk merenovasi tempat bersejarah dan berharga itu. Ia bahkan menambahkan beberapa fasilitas terbaik untuk digunakan oleh anak-anak asuh dipanti tersebut.
"Bunda."
Seorang gadis berusia 14 tahun berlari menghampiri Jessica dan Davin. Diciumnya punggung tangan Jessica dan Davin secara bergantian. Lalu gadis itu memeluk tubuh Jessica erat.
"Michelle, kamu apa kabar, Sayang?" tanya Jessica pada gadis yang bernama Michelle itu. Jessica melepaskan dirinya dari pelukan Michelle lalu menatap kedua netra indah Michelle.
"Kabarku baik, Bunda. Bagaimana dengan Bunda dan Kak Davin?" jawab Michelle lalu balik bertanya pada Jessica dan juga Davin.
"Kami juga baik."
"Ah, maaf, Bunda ... Ayo masuk, aku jahat ya, karena mengajak Bunda mengobrol di sini," ucap Michelle yang merasa bersalah.
"Ayo, Bu." Davin berjalan di samping Jessica, sedangkan Michelle berjalan di belakang Jessica. Ia dan juga beberapa anak lainnya membawa beberapa barang yang Jessica bawa.
"Bibi, Bibi di sini?" ucap seorang wanita pada Jessica. Wanita itu mendekat lalu mencium punggung tangan Jessica dan berjabat tangan dengan Davin.
"Kau sudah lama, Sa?" tanya Jessica pada wanita yang duduk sambil memangku seorang anak laki-laki di hadapannya.
"Tidak, Bi. Safira dan juga Nathan baru saja sampai," jawab wanita yang bernama lengkap Safira Maharani itu.
"Nathan? Apa anak itu ikut denganmu?" tanya Davin antusias. Davin dan Nathan memang akrab sejak kecil, berbeda dengan Dev yang kurang suka dengan sikap dingin Nathan.
"Hehehe, dia ada taman bermain bersama anak-anak yang lain."
Davin menatap Jessica, meminta izin pada wanita itu untuk menemui Nathan.
"Berikan pada Bibi, Sa," ucap Jessica setelah Davin pergi, ia tersenyum menatap Safira dan juga anak laki-laki yang masih dipangku oleh wanita itu.
Safira membalas senyuman Jessica, lalu memberikan bocah itu pada Jessica. Jessica memangku sang pangeran kecil, diciuminya pipi tembem si pangeran kecil yang tampan.
"Bibi, bagaimana kabar Kak Dev? Sudah lama dia tidak pernah kesini lagi," tanya Safira yang memang tidak tau tentang kabar Dev 2 tahun terakhir ini.
"Banyak hal yang terjadi akhir-akhir ini, Sa. Dev sudah tidak seperti yang dulu kau kenal, Dev sekarang lebih pendiam dan dingin," jawab Jessica. Wanita itu kembali memikirkan Dev yang sudah banyak berubah.
"Apa yang terjadi, Bi? Bukannya Kak Dev orang yang ceria? Kenapa bisa berubah menjadi dingin?"
Jessica menarik napas panjang. Sebenarnya, ia tidak ingin membahas itu sekarang. Namun, entah mengapa ia merasa ada sedikit harapan pada Safira. Jessica merasa Safira mampu mengembalikan Dev-nya yang dulu.
"Kau masih ingat Aurora?" tanya Jessica. Jessica menurunkan si kecil dari pangkuannya lalu membiarkan seorang pengasuh mengambil dan membawanya keluar.
"Iya, Bi. Aku masih ingat, Kak Dev sangat mencintainya."
"Dia sudah tiada, dia sudah pergi dan membawa pergi semua senyuman Dev," ucap Jessica dengan mata yang menatap ke arah dinding ruangan.
"Maksud Bibi?"
"2 tahun yang lalu, Aurora mengalami kecelakaan, dan kecelakaan itu terjadi saat dirinya sedang bersama Dev. Aurora menghembuskan napas terakhirnya tepat di dalam dekapan Dev."
"Hal itulah yang membuat Dev masih terpukul sampai saat ini. Aurora adalah wanita yang baik, tidak salah jika Dev sangat mencintainya selama ini. Tapi sangat salah karena Dev sampai sekarang belum menerima kepergiannya."
"Aku turut berduka, Bi. Aku benar-benar tidak tau semua itu, dan paman Ken ataupun Bibi Keisha tidak pernah menceritakan semuanya," ucap Safira. Wanita itu berpindah duduk di samping Jessica. Ia bisa merasakan apa yang Jessica rasakan selama ini.
"Sa, bisakah kau membantu Bibi?"
"Tentu saja, aku akan membantu Bibi, selama aku mampu melakukannya," jawab Safira tersenyum.
"Kembalikanlah Dev. Bibi yakin kau bisa." Jessica menatap mata Safira. Wanita itu bisa melihat kalau Safira juga menginginkan hal yang sama, seperti apa yang Jessica dan juga keluarnya inginkan selama ini.
"Tapi Kak Dev ....," Safira berhenti.
"Akan Safira coba, Bi," lanjutnya karena tidak ingin melihat Jessica bersedih terlalu lama.
"Terimakasih, Nak. Bibi dan Paman Aldy akan sangat mendukungmu." Jessica menatap Safira yang selama ini sudah ia anggap seperti anaknya.
Safira adalah wanita yang baik hati. Ia sangat perduli dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Terutama mereka yang sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Hal itulah yang membuat Safira sering berkunjung ke panti asuhan ini. Ia bahkan sudah melakukannya sejak masih duduk di bangku SMP.
Safira dan Dev memang saling mengenal sejak kecil. Dev bahkan selalu bersemangat jika bertemu dengan Safira. Tapi semua itu tidak lebih dari sekedar rasa kasih sayang sebagai seorang teman masa kecil, tidak pernah lebih.
Berbeda dengan Safira, Safira ternyata selama ini memendam rasa pada Dev. Walau ia tau, Dev tidak pernah memiliki rasa yang sama dengannya, karena semua cinta Dev hanya diberikan pada wanita yang bernama Aurora Jingga, kekasih dan cinta pertama seorang Devano Pranata Yoga.
☆ ☆ ☆
Hari semakin sore, Jessica dan juga Davin memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Sebelum pulang, Jessica menyempatkan dirinya untuk menemui semua anak asuh yang berada di panti itu, Jessica memeluk mereka secara bergantian, menyalurkan semua kasih sayang dan kehangatan yang selama ini mereka tidak pernah dapatkan.
"Bibi pulang dulu. Kau juga pulanglah dan istirahatlah, Sa," ucap Jessica pada Safira.
"Aku akan pulang satu jam lagi, Bi. Aku masih ingin di sini, menemani mereka."
"Baiklah, jaga kesehatanmu, Nak. Jika ada waktu luang, bermainlah ke rumah Bibi lagi," ucap Jessica tersenyum.
"Safira pasti akan datang, Bibi tenang saja."
"Hei, tersenyumlah Nona, kau sangat pelit senyum, sama seperti Nathan!" lanjut Safira sambil menatap ke arah Davin dan juga Nathan.
"Mereka memang seperti itu, biarkan saja, Sa."
"Astaga, apa tadi salah bicara? Kenapa kalian berdua menatapku seperti itu?!" Safira tersenyum kaku. Sungguh, ia menyesal karena sudah menyapa kedua gunung es yang pelit senyum itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
baik dan tulus ya Safira 🥹🥹🥹
2024-12-31
1
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
sedih banget 😭😭😭💔💔 smngat dev hancur, apa bs balik lg kyk dlu
2024-12-31
1
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
gapapa dehhh cairkann ajaaa ituuu 😫😫😫🧊🧊
2024-12-31
1