Setelah berjam-jam, Tiya masih betah duduk di balkon kosan. Tadinya ada Dito, tapi jam 10 lewat tadi, anak itu meminta izin pada Tiya untuk tidur lebih dulu.
Tinggallah Tiya sendirian. Walaupun cuaca cukup dingin karena sudah pukul 12 malam, Tiya belum ingin kembali ke kamar. Padahal tubuhnya hanya dilapisi kaos lengan pendek dipadukan celana rumahan di atas lutut. Perempuan itu sedang galau (?)
Tiya setia memandangi langit malam yang penuh bintang. Pakaian Dito yang di jemuran, melambai-lambai di depannya sebenarnya cukup membuatnya risih, tapi Tiya tidak berniat untuk memindahkannya. Sampai seorang pria tiba-tiba datang.
Pria itu, mengambil beberapa potong pakaian Dito yang bergantung dijemuran, lalu meletakkannya pada kursi single yang ada di sana. Kini pandangan Tiya tidak terhalang apapun lagi. Namun, Tiya hanya memperhatikan orang itu dengan tatapan datar tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, sampai orang itu bersuara lebih dulu.
"Kenapa belum tidur?" tanya pria itu lembut, lalu duduk di kursi panjang, tepat di samping Tiya.
"Belum ngantuk," jawab Tiya singkat.
"Ada apa? Kamu lagi sedih?" tanya pria itu lagi.
"Iya gue galau, gue sedih." Ingin rasanya Tiya menjawab dengan lantang di hadapan pria itu. Tapi dia tidak ingin melakukan itu, yang akan berujung dirinya malu. Sehingga Tiya hanya diam tidak menjawab, dia justru menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke pria yang berbicara dengannya.
Tidak kehabisan akal, pria itu bertanya kembali untuk menggagali informasi. "Tiya, kamu ada masalah sama Ayu atau Nara, ya?"
"Hah?"
Pertanyaan pria itu kali ini membuat Tiya keheranan. Jadi pria itu berpikir dia sedang ada masalah dengan Nara atau Ayu? Astagaa, bagaimana mungkin pria dihadapannya ini menyimpulkan hal konyol seperti itu.
Sebenarnya bisa saja jika Tiya dan Ayu sedikit bersinggungan. Tapi dengan Nara? bahkan gadis itu belum satu minggu tinggal di Kos Pratama.
"Kenapa Lo bisa mikir gue ada masalah sama mereka berdua?" Tiya menatap Raka dengan pandangan bingung.
Yah pria itu Raka.
"Aku pikir kamu ada masalah sama salah satu dari mereka. Kamu tadi tiba-tiba nggak jadi makan, padahal sebelumnya kamu bilang lagi lapar." jawab Raka.
Tiya menghela nafas kasar. Dia tidak habis pikir, kenapa Raka bisa mengambil kesimpulan aneh itu. Tapi wajarlah, Raka ini memang tidak peka sekali.
Tiya memaksakan tawanya "Hahaha. Lo nih ada-ada aja. Ngapain juga gue ada masalah sama mereka. Tadi gue memang tiba-tiba nggak lapar. Buru-buru mau mandi juga. Lo gak usah mikir aneh aneh," jelasnya terdengar santai.
"Baguslah kalau gitu. Aku cuman khawatir kalau misalnya kalian ada masalah." Raka mengangguk paham, "Tapi bener nggak ada masalah kan? Atau mungkin sama yang lain," lanjutnya lagi.
"Nggak ada, Raka. Gue nggak ada masalah sama siapapun kok," jawab Tiya, berbanding terbalik dengan isi hatinya yang ingin menjawab masalahnya tuh ada di Lo. Tapi tentu saja dia tidak mungkin berkata seperti yang itu.
Raka mengangguk, "Kamu belum makan kan? Aku buatin Mie yah. Kebetulan mau buat kopi juga."
Tiya ingin menolak, tapi pria itu sudah beranjak dari duduknya. Pria itu langsung pergi untuk membuat mie, untuk Tiya.
Astaga, hal inilah yang tidak disukai Tiya. Bisa tidak pria itu tidak perhatian begitu. Tiya itu gampangan banget perasaannya, apalagi berhubungan dengan Raka.
Huftt.
Tiya menghela nafas kasar. Pasrah saja dengan keadaan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.
Hampir 15 menit, Raka datang kembali dengan semangkuk Mie, yang masih mengepulkan asap dan segelas kopi untuk dirinya sendiri.
"Padahal Lo nggak perlu repot-repot," ujar Tiya.
"Nggak repot kok, kan kebetulan juga."
Ingatkan Tiya untuk tidak baper atas perlakuan manis ini. Berbahaya sekali. Sadarkan Tiya kalau pria yang perhatian padanya ini adalah calon suami perempuan lain.
Terdiam beberapa saat sambil menikmati mie buatan Raka. Akhirnya Tiya berinisiatif untuk memulai percakapan kembali.
"Lo bener mau nikah?"
Terkutuklah pertanyaan tak berbobot dari Tiya itu. Kenapa pertanyaan konyol itu harus keluar dari bibir Tiya yang seksi. Sangat tidak bermutu, Tiya hampir saja reflek menampar bibirnya. Kesannya dia sangat denial dengan informasi yang dia dengar sebelumnya.
Raka terkekeh pelan, senyuman manis tersungging di bibirnya. Walaupun balkon tidak terlalu terang, tapi Tiya dapat melihat binar bahagia di mata yang selalu membawa kesejukan bagi hatinya itu. Tapi Tiya tentu sadar, binar itu bukan untuk dirinya.
"Iya, Tiya. Hubunganku dengan Indah udah tujuh tahun. Mau tunggu sampai kapan lagi. Mas pengen halal aja lah. Udah jenuh juga sendirian. Butuh pendamping hidup," jawabnya masih dengan senyuman bahagia.
"Tujuh tahun?
Dan Tiya baru tau. Tidak, sebenarnya sejak tinggal di Kos Pratama dari tiga tahun yang lalu, ia sudah tau kalau Raka punya pacar. Tapi Tiya tidak tau kalau hubungan mereka sudah selama itu.
"Iya bener, tujuh tahun."
"Tapi kok, dia nggak pernah main ke sini?" tanya Tiya penasaran.
"Dia stay di Makassar, kerja di sana. Kebetulan dia sambil lanjut S2 juga. LDR lah istilahnya. Dia belum pernah ke kos ini. Nanti kalau udah nikah pasti dia ke sini kok."
Hati Tiya seperti tersayat-sayat. Bodoh sekali memang, tapi mau bagaimana. Namanya perasaan, tidak tau akan berlabuh pada siapa.
"Terus nanti pas udah nikah, Lo sama Istri mau tinggal di mana? Apa tinggal di sini juga? atau balik ke Sulawesi." Bodoh memang, harusnya dia tidak bertanya lagi, tapi entah kenapa pertanyaan yang ingin dia simpan saja, justru dengan lancar keluar dari bibirnya.
"Aku udah beli rumah nggak terlalu jauh dari sini. Rencananya mau tinggal di sana sama Indah setelah menikah. Paling datang ke sini buat kontrol kos aja." jawabnya lagi sambil menyeruput kopinya yang mulai dingin.
"Kalau untuk balik ke Sulawesi, belum sampai rencana ke sana sih, walaupun sebenarnya orang tua pangen, Aku ngurus bisnis mereka saja. Tapi, sejak kuliah di Semarang, sampai akhirnya kerja di sini, jujur udah nyaman banget. Nanti Aku bakal nanya pendapat Indah lagi," lanjutnya lagi sambil tersenyum.
Perencanaan itu sungguh luar biasa. Beruntung sekali perempuan bernama Indah itu. Tapi Tiya juga bersyukur paling tidak, setelah Raka menikah, ia tidak punya kesempatan jadi pelakor hanya karena masih sering melihat Raka.
"Terus nanti nikahnya kapan?
"InshaAllah, abis lebaran Idul Adha. Mas mau lamaran resmi dulu. Awal juni, mau ke Makassar buat wisudanya Indah, sekalian acara lamarannya di sana," jelasnya.
"Jadi nanti nikahannya di Makassar, yah?"
Raka menggeleng "Enggak. Aku sama Indah sama-sama asli Buton. Jadi nanti nikahannya di sana."
Tiya mengangguk paham. Ia rasa informasi yang dia dapat sudah cukup. Enggan bertanya hal lain lagi, terlebih tentang hubungan Raka dengan Indah.
Yah, hal-hal yang tadi di bahas Raka, sudah cukup membuat dirinya sadar diri. Tapi ternyata, sepertinya Raka belum selesai.
"Oh yah. Nanti kalian semua ikut ke Buton pas acara nikahan. Aku udah siapin tiket buat kalian semua." ujar Raka
Tadinya Tiya sudah senang karena tidak perlu sakit hati menyaksikan pernikahan Raka. Tapi ajakan pria itu, tentu tidak boleh ditolak.
"Kenapa gitu? Kita di sini rame banget loh. Emang keluarga Lo gak bakal keberatan?"
"Keluarga aku gak bakal keberatan. Aku sangat menjamin, kalian akan disambut baik di sana," jawabnya dengan penuh keyakinan.
"Kalian itu teman terbaik aku di sini, udah kayak keluarga juga. Sebagai teman baik, Aku juga bakal minta sama yang cowok-cowok buat jadi groomsmen. Dan kalian yang cewek-cewek jadi bridesmaid. Aku juga udah omongin itu sama Indah, dia juga setuju kalian jadi bridesmaid karena teman ceweknya dikit," tambahnya lagi.
Luar biasa sekali ternyata rencana Pria itu, sampai Tiya bingung harus merespon bagaimana.
"Tiyaa...." tegurnya pelan, karena melihat Tiya terbengong. "Kamu mau kan? Aku udah anggap kamu teman baik. Kamu dan Bima paling lama di sini, bahkan sejak Kosan ini baru aja jadi."
"Nggak!! We can't be friends," ujar Tiya tanpa sadar.
"Hah? Kamu nggak mau yah?"
"Ehh, nggak kok. Gue mau kok. Tadi itu judul lagunya Ariana Grande. Gue sedikit terdistrek sama pikiran sendiri, hehehe," ujar Tiya diakhiri dengan kekehan yang dipaksakan.
*****
Hiii
Votenya dong, biar aku semangat hehe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments