Penghuni Baru

Awal Mei 2022

Seorang perempuan menatap penasaran sebuah kosan dua lantai di hadapannya di balik pagar yang cukup tinggi. Ia juga melihat garasi yang cukup luas, terdapat beberapa kendaraan bermotor dan sebuah mobil di sana.

Dia melihat banner tergantung cukup tinggi bertuliskan "KOS PRATAMA"

Terdengar suara-suara dari belakangnya, sontak membuat gadis itu berbalik untuk melihat yang datang.

"Duh mbak, kebiasaan banget deh kalau lagi di motor suka nyubit gini," gerutu seorang pemuda tampan yang mengemudikan motor, dengan seorang perempuan di boncengannya.

"Abisnya Lo Dit, rese banget jadi orang. Buruan masukin motor ke garasi. Gue udah lapar, malas kalau harus nungguin Lo. Lama!" seorang perempuan dengan seragam khas pramuniaga, turun dari motor menenteng kresek berisi makanan.

Dua orang itu belum menyadari keberadaan seorang perempuan dengan tas ransel dan sebuah koper berukuran sedang di samping tubuhnya, karena terlalu asik berdebat.

"Permisi," sapa perempuan itu, agar keberadaannya di sana diketahui.

"Ehh."

Tiya sedikit terperanjat melihat keberadaan perempuan asing di sana, lalu melirik ke arah Dito, mengkode melalui ekor matanya agar pemuda itu segera memarkirkan motornya. Sepertinya di sore yang hampir Maghrib ini, Raka--pemilik Kos, akan mendapatkan penghuni Kos baru.

Tersenyum menghampiri gadis itu, Tiya menunjukkan wajah seramah mungkin "Halo, mau cari kos yah?" tanyanya.

Perempuan asing itu mengangguk ragu-ragu "Iya Kak, saya cari Kos. Apa di sini bisa untuk putri?"

Tiya mengangguk antusias "Bagus sekali, bisa kok. Di sini kebetulan campuran. Masih ada kamar kosong juga. Kamu tertarik? Saya panggilkan pemilik kosnya dulu.

Belum sempat perempuan itu mengangguk, Tiya sudah berteriak "Ditooooo!!! Panggilin Raka, bilangin ada yang lagi nyari kos."

Dito yang berada tidak jauh dari sana, mendelik ke arah Tiya. "Mbak, Lo gak perlu teriak-teriak gitu, gue dekat loh ini. Bentar!!!!" Ikut berteriak di akhir kalimatnya.

"Ck. bawel banget si Dito."

Perempuan asing yang memperhatikan interaksi dua orang itu hanya tersenyum tipis, cukup terhibur.

Menunggu tidak sampai dua menit, datanglah seorang pria tampan. Terlihat berwibawa, namun pembawaannya cukup santai.

"Tiya, kata Dito ada yang nyari Kos?"

"Iya nih. Ini anaknya." Tiya menunjuk perempuan di hadapannya. "Gue duluan yah, mau mandi dulu," pamit Tiya, tidak lupa dia juga tersenyum pada perempuan itu.

Raka yang melihat itu melempar senyum ramah pada tamunya. "Kamu nyari kamar kos? Kebetulan sekali masih ada kamar kosong. Mau lihat dulu?"

Perempuan itu menatap Raka dengan pandangan ragu, namun tak urung menyampaikan pertanyaan yang bercokol di kepalanya. "Mmm, maaf...."

"Perkenalkan saya Naraka. Di sini anak-anak manggil Mas Raka, Kak Raka, Bang Raka, ada juga yang cuman manggil nama. Kamu bebas manggil apa aja, senyamannya kamu." Raka memperkenalkan dirinya, ketika menyadari kebingungan perempuan itu.

Perempuan itu mengangguk, "Saya Keinara, maaf Kak. Apa di sini boleh bayar sebulan dulu?" tanyanya ragu.

Raka memahami keraguan Keinara, "Tentu saja, di sini tidak terlalu mahal. 600 ribu perbulan, tapi belum include air dan listriknya. Biasanya anak-anak patungan 50 ribu perbulan. Bagaimana?" tanyanya. "Atau gini, kamu liat-liat aja dulu. Nanti kamu boleh ambil keputusan kalau udah liat kondisi kamarnya," lanjutnya lagi.

Keinara sempat berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Saya langsung ambil aja, Kak," jawabnya.

Raka pun mengangguk, lalu membimbing Keinara memasuki wilayah Kos Pratama, sambil menjelaskan detail tentang Kosan itu.

"Jadi Kosan ini, ada dua lantai, setiap kamar memiliki fasilitas kamar mandi. Kalau untuk dapur, ruang tamu, ruang makan, semuanya fasilitas bersama. Kamu tidak keberatan kan, Nara? Saya panggil Nara yah, kalau Keinara kepanjangan rasanya."

Keinara hanya mengangguk karena memang itu nama panggilannya, melanjutkan langkah bersisian dengan Raka yang membantu membawa kopernya.

Mereka tiba di lantai bawah Kos, Raka masih terus menjelaskan sambil menunjuk objek-objek yang dia sebutkan kepada Keinara.

"Di lantai ini, hanya terdapat dua kamar. Itu kamar saya, dan di depannya Kamar Arion, penghuni di sini. Lalu di sana dapur, ada dua kompor yang bisa kamu gunakan bersama yang lainnya. Nah di sini juga biasa anak-anak makan, dan berkumpul bersama. Bisa nonton TV juga."

"Mari kita ke atas, kebetulan kamar yang kosong hanya di atas. Kamu bisa pilih salah satu dari dua kamar yang kosong."

Di lantai atas juga, Raka menyebutkan nama-nama penghuni kamar yang terlihat tertutup semuanya, dengan tatapan tujuan agar Nara tidak sungkan dan cepat akrab dengan yang lainnya. Keinara juga tidak terlalu ingat nama-nama yang di sebutkan Raka. Tapi dia tetap mengangguk saja seolah mengerti.

Setelah berpikir beberapa menit, akhirnya Keinara memutuskan untuk memilih kamar yang berada di pojok berhadapan dengan kamar nomor 6. Keinara memilih kamar nomor 10.

"Sudah Maghrib, kamu silahkan masuk beres-beres yah. Saya mau sholat dulu. Semoga kamu nyaman di sini. Oh ya, jangan malu-malu. Biasanya semua akan makan malam bersama di bawah."

Keinara mengangguk saja, lalu masuk dalam kamar mulai membersihkan. Karena kamar tersebut terlihat cukup terawat, Keinara tidak memerlukan banyak tenaga untuk membersihkan.

Nara pikir karena harganya lumayan murah, fasilitas yang ada akan terbatas. Namun, justru fasilitas di dalamnya sudah cukup lengkap, Sudah ada kasur dan lemari yang bisa memuat pakaiannya yang bisa terbilang cukup sedikit

***

Sudah pukul 8 malam, perut Nara sudah keroncongan. Dapur bersama ternyata cukup sulit juga. Nara sungkan, ia belum terbiasa. Jika ia ke bawah pasti banyak penghuni kos lainnya yang berada di sana juga.

Lama Nara menimbang-nimbang untuk turun atau tidak. Kamarnya diketuk dari luar. Nara melangkah ke arah pintu dan membukanya perlahan.

Ceklek

Seorang perempuan dengan kerudung instan yang menutupi kepalanya berdiri di sana. Memandang Nara dengan mata teduh dan senyum yang ramah.  Nara membalas dengan senyuman tipis.

"Kamu anak baru di sini?" tanya perempuan itu, yang Nara tebak usianya pasti di atas Nara.

Nara mengangguk, "Iya, Kak."

"Kenalin aku Ayu. Kamar aku nih tepat di depan kamarmu. Yuk turun ke bawah, makan malam. Kebetulan Kak Rafa, penghuni kamar sebelah kamu lagi gajian. Kita ditraktir makanan sama dia," ajak Ayu pada Nara. Ia paham sekali, kalau Nara masih sungkan untuk beradaptasi dengan yang lain.

"Apa tidak apa-apa?" tanya Nara ragu.

Ayu menggeleng, "Tentu saja, anak-anak di sini sudah seperti keluarga. Kita semua harus akrab. Ayo!!"

Mereka berjalan bersama ke lantai bawah. Sampai di tangga keraguan Nara bertambah, terlebih dari atas tangga ia dapat melihat suasana ramai di bawah sana. Namun, senyuman yang dilemparkan Ayu ke arahnya, seolah meyakinkannya.

Menyadari kehadiran dua orang yang baru saja bergabung, sontak 6 orang yang sedang mengelilingi meja berisi makanan, berbalik ke arah keduanya.

"Eh, sini-sini gabung. Ternyata kamu jadi yah, ambil kamar di sini. Kita nambah member lagi." Tiya, menjadi orang pertama yang berseru menyambut Nara di sana.

"Akhirnya ada penghuni baru lagi. Bang Raka buruan deh nyari tuh buat penghuni satu kamar kosong lagi, biar lengkap. Udah lama kosong itu." Bima juga menambahkan.

"Doain secepatnya," jawab Raka. "Hampir lupa, ternyata kita ada member baru ini. Ayo Nara kenalan dulu sama yang lain," lanjut Raka.

Nara pun berkenalan dengan semua penghuni Kos Pratama. Untungnya Nara cukup cepat mengingat nama-nama mereka.

Nara menyadari, beragam sifat yang dimiliki oleh penghuni Kos Pratama itu. Tiya, Dito dan Bimo yang terus berdebat. Celetukan polos Sarah, kelembutan tergambar dari sosok Ayu. Rafa sosok yang dewasa. Lalu ada sosok lain yang seperti halnya sosok ayah di sana, yaitu Raka-si pemilik kos.

Dari cerita Raka sore tadi, harusnya ada satu penghuni kos lagi. Namun, sosok itu tidak terlihat, Nara juga tidak ingin menanyakannya. Toh nanti pasti juga bertemu.

"Kak kita sekampus loh. Aku juga kuliah di UBN, tapi aku masih semester dua jurusan sastra Inggris. Kak Nara Jurusan apa?"

"Aku jurusan Ilmu Komunikasi, semester enam," jawab Nara.

"Wah, asik. Kak nanti kalau kita ada jadwal yang sama. Ke kampus bareng yah. Aku boncengin. Kebetulan fakultas kita dekat." Sarah antusias, akhirnya dia tidak perlu sendiri ke kampus.

"Dih si bocah, pake ajak-ajak. Semester enam itu udah nggak banyak kelas di kampus kayak Lo," cibir Bima.

"Apa sih, Kak Bima yang sudah semester delapan aja, masih sering tuh ke kampus," balas Sarah.

"Aduhh bocah, si Bima sering ke kampus tuh karena dia ngulang matkul. Dia tuh calon mahasiswa abadi." Dito ikut menimpali.

"HAHAHAHHA." Tiya tertawa keras melihat ekspresi tidak terima Bima. Yang lain juga ikut terkekeh karena perkataan Dito memang benar adanya.

"Bangsatt, Dito homo," maki Bima, hampir meraih kerah baju Dito. Namun aksinya terhenti oleh Ayu yang menyiapkan piring makanan.

"Udah-udah, makan yuk. Ini Kak Rafa, udah traktir kita makanan masa dianggurin sih."

Mereka pun menyantap makanan yang dibawa oleh Rafa dalam suasana yang hangat, yang dibumbui oleh aksi nyeleneh mereka.

***

Hiiii, ini ceritanya bagus pake Lo gue semuanya? Atau sesuaiin aja yah? Kayak tergantung karakternya gitu, gapapa kan? Nyaman gak kalau kalian baca?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!