Orang orang, yang selalu mendukung.

Kini malam sudah menjelang, Lea menelpon ibunya.

^Halo ma.

^Halo, kenapa Lea.

^Mama lagi apa.

^Lagi istirahat, ini, kamu lagi apa, udah makan Lea.

^Udah ko mah.

^Bagus kalau udah, ada apa nelpon Lea.

^Ma, tadi tante Lilis marah marah, sama Lea.

^Hah, marah marah kenapa, dia marah marah sama kamu.

^Karena Lea, ga bilang, kalau mamah ga ada, pergi ke kota sejak lama.

^Keterlaluan, kenapa sampai marah marah segala, ke kamu, kenapa ga dia langsung yang nelpon mamah.

^Lea juga ga tau mah, Lea juga bilang gitu.

^Aneh banget Lilis, marah marah ke anak ku ga kasian apa ke anak ku, aku tinggal juga, buat bisa bayar hutang ke dia.

^Mah sakit banget, tante Lilis bentak bentak Lea, Lea bener bener sedih mah.

^Maaf ya Lea, mamah ga tau bakal kaya gini, tar mama marahin lagi, tante Lilis, Lea, kamu yang sabar, yang kuat ya, mama juga ngelakuin ini semua demi Lea.

^Iya mah, insyaallah Lea kuat ko.

^Iyaa aamiin mah, mamah juga sehat sehat disana.

^Iyaa, ya udah ya na, yang sabar, kata mamah juga, kamu ke rumah nenek kamu aja, dari pada sakit hati disitu, mamah ga nyangka, kaka mamah sendiri, ga ada ngebelain, ke anak mamah.

^Iya mah, tar besok, Lea mau nginep di rumah nenek, sekarang mah udah malem, mah Lea juga mau bilang belom bayar ujian.

^Astagfirullah, iya mamah lupa, tar mama kirim ya, ke om kamu, om kamu kayanya pulang besok.

^Om siapa mah, yang tinggal sama nenek.

^Iya na, sekalian tar kamu kalau besok nginep, dia bakal pulang, kamu tar kan sekalian bisa langsung bayar ujian, besok nya.

^Oh yaudah kalau gitu, mah.

^Ya, yaudah kamu yang kuat na, uda malem ini, udah tidur sekarang mah, jangan banyk pikiran.

^Iya mah, makasih ya mah, Assalamualaikum.

^Waalaikumsalam.

Telpon pun terputus.

Lea termenung, diapun akhirnya memilih untuk tidur.

Keesokan harinya, Lea berangkat sekolah, pagi ini dia berangkat kesekolah bersama dengan Renald, menaiki motornya. Karena saat dijalan, dia bertemu dengan Renald.

Sekarang Lea sudah sampai di sekolah, dan dia bertemu dengan Artur, di parkiran, iapun tersenyum pada Artur. Saat dia berjalan menuju kelas, dia di hadang oleh artur

"Semanggat, jangan sedih lagi, inget ada aku, yang dukung kamu," ucap Artur, berbisik.

"Makasih ka, kalau gitu maaf aku duluan,"ucap Lea.

"Iya, tetep senyum," ucap Artur.

"Makasih ka,"ucap Lea, lalu ia kembali berjalan.

Kini dia sudah mulai menaiki tangga, menuju kelasnya, di depan kelas dia sudah melihat adanya Meidina, yang sedang merentangkan tangan nya, sambil tersenyum padanya, Lea pun berlari, dan menyambut rentangan tangan Meidina, merekapun berpelukan.

"Aku kira, kamu ga sekolah," ucap Meidina, sambil menepuk nepuk punggung Lea.

"Sekolah dong," ucap Lea, masih dalam pelukan Meidina, air matanya hampir jatuh.

"Yang kuat ya, ayo kerumah aku aja," ucap Meidina.

"Ga Mei, aku mau kerumah neneku, ini pulangnya," ucap Lea.

"Oh, yaudah kalau gitu,"ucap Meidina.

"Kenapa kalian pelukan," ucap Kaluna, yang tiba tiba datang.

"Ga papa, lagi pengen pelukan aja," ucap Meidina.

"Hum, kalian aneh aneh aja, bikin orang salah paham kan," ucap Kaluna.

"Salah paham kenapa," ucap Meidina.

"Iya, kenapa salah paham, kalau kita pelukan," ucap Lea.

"Disangkanya lesbian, nanti"ucap Kaluna.

"Bener tuh, aku aja yang liat tadi, disini ko ni orang berdua, tiba tiba pelukan, ngapain ga jelas banget,"ucap Shakil.

"Lah, dari tadi ngeliatin emang," ucap Lea.

"Iya dong, nih sampai Rian, mau ikut meluk aku," ucap Shakil, hendak mempraktekan pelukan bersama Rian.

"Dih kalian yah, pada aneh geli banget," ucap Meidina.

"Iya ih, amit amit, udah yu ke kelas," ucap Lea, sambil melangkah.

"Jangan jangan, kalian yang gay," ucap Kaluna sambil bergidik mengikuti langkah Meidina.

"Ihh ga ya, amit amit," ucap Shakil, mengikuti langkah mereka.

"Dih dih, malah ikutan masuk kelas juga," ucap Meidina

"Biarin wlee," ucap Shakil, menjulurkan lidahnya.

Lea pun kini duduk bersama dengan Meidina di mejanya.

"Lea, beneran kamu ga papa," ucap Meidina, berbisik.

"Ga ko, santai aja Mei, soalnya ada yang bilang gini ke aku, mungkin bukan takdir yang ga adil, tapi kita nya yang ga iklas, semua mungkin sudah yang terbaik, dan sekarang aku ngeliat kalian, orang orang yang ada, dan selalu mendukung aku, terimakasih banyak," ucap Lea, terseyum.

"Syukurlah, iya kamu bersabar aja, kita ga pernah tau, apa yang akan terjadi, setelah ini, takdir itu rahasia alloh, kita hanya bisa menerima ketentuan nya," ucap Meidina.

"Iya, aku menerima, dan sekarang aku tau, mana orang orang yang benar benar mendukung aku, selalu ada disisiku," ucap Lea.

"Bagus kalau begitu," ucap Meidina.

Percakapan mereka terhenti, karena ada guru pelajaran masuk.

Jam pelajaran pun sudah selesai, kini sudah waktunya istirahat, Lea, Meidina dan Kaluna, mereka pun sekarang sudah ke kantin.

Sepulang dari kantin, dia berpapasan dengan Artur, lebih tepatnya memang Artur sudah menunggu mereka.

Meidina yang melihat itu, menyenggol Lea, lalu dia pun berjalan duluan, meninggalkan Lea, dan Artur, Meidina berjalan bersama Kaluna.

Tersisalah Lea dan Artur.

"Ini buat kamu," ucap Artur, memberikan sebuah roti.

"Ko buat aku," ucap Lea, menundukan mukanya.

"Takutnya belom makan, pas pagi," ucap Artur, masih dengan memengang sebuah roti.

"Em makasih ka," ucap Lea, sambil mengambil roti tersebut.

"Lea, jangan pernah merasa sendiri ya, tenang ada aku, dan yang lain nya," ucap Artur.

"Iya ka, makasih banget ya, udah suport aku," ucap Lea.

"Iya sama sama, dimakan rotinya," ucap Artur.

"Iya ka, makasih sekali lagi, aku duluan," ucap Lea, dia benar benar tersipu, mukanya sudah memerah.

"Iya hati hati," ucap Artur.

Lea pun kini berjalan, menuju kelasnya, dengan sedikit berlari.

"Assalamu'alaikum" ucapnya, saat memasuki kelas.

"Wa'alaikumsalam" ucap semuanya.

Lea pun lalu duduk di mejanya.

"Abis ngapain Lea, ko aga lama," ucap Kaluna, penasaran.

"Iya, kamu ngobrolin apa," ucap Meidina.

"Ga ko, tadi ka Artur, ngasih ini," ucap Lea, menunjukan rotinya.

"Cie cie, udah official kah," ucap Kaluna.

"Hum tumbuh juga, benih benih cinta, pas paskibra," ucap Ayuna, menimpali.

"Duh duh, kalian apaan sih, jadi malu," ucap Lea.

"Perhatian banget ya, Artur ini, sama Lea, sampai sampai ngasih roti," ucap Nia.

"Sering dianterin pula, ya ga," ucap Ayuna.

Lea hanya menundukan wajahnya, dengan pipi yang sudah seperti kepiting rebus.

"Udah, udah, kita makana aja makanan nya, jangan gangguin Lea, kasian dia, yang peting kita liatin aja, sampai sejauh mana, kan dia yang ngejalanin, iya ga," ucap Meidina, sambil menaik turun kan alisnya.

"Nah bener ni, kata Meidina, tumben ni orang pinter" ucap Tanisha.

"Dih, sejak kapan aku bodoh," ucap Meidina.

"Iya si, kamu kan ga pernah bodoh, cuman aga gesrek aja, otaknya," ucap Tanisha.

"Udah udah, katanya mau makan," ucap Kaluna.

Akhirnya merekapun saling diam, dan menikmati makanan nya masing masing.

Tak terasa, bell pun sudah berbunyi..

"Duh, udah jam masuk aja ya," ucap Meidina.

"Iya cepet banget, hari ini tumben," ucap Lea.

"Iya bener," ucap kaluna.

"Eh kalian, udah pada bayar ujian belom, yuna belom ni, mau bayar ujian," ucap Ayuna.

"Aku udah, dong," ucap Meidina.

"Aku belom, tar aja," ucap Tanisha.

"Aku juga belom, kayanya besok," ucap Lea.

"Yaudah, Nia anter yu, Yuna mau bayar ujian ini," ucap Ayuna.

Setelah kepergian Yuna dan Nia mereka pun Fokus dibangkunya masing masing, sambil menunggu guru masuk, Sedangkan Meidina, sedang membisikan sesuatu, pada Lea.

"Lea, kamu ada uang ga, kalau ga ada, pake uang aku aja," ucap Meidina.

"Ada ko, mama nanti mau kirim titip ke adeknya, bapak," ucap Lea.

"Kalau mau, aku ada tabungan ko, kalau kamu ga ada uang mah," ucap Meidina.

"Ga papa, ada ko, makasih ya Liz, selalu dukung aku," ucap Lea.

"Iya sama sama Lea," ucap Meidina.

Ditangah bisik bisik itu, para lelaki yang diluar berlarian, sambil berkata, " ada guru ada guru"

Percakapan merekapun terhenti, akhirnya merekapun menyimak pelajaran, degan sungguh sungguh.

Episodes
1 kepergian ibu ke kota.
2 Hampa.
3 Mencoba ikhlas.
4 Orang orang, yang selalu mendukung.
5 kerumah nenek
6 Dipaksa ke kota.
7 Keterpaksaan karena keadaan.
8 Tidak melanjutkan sekolah.
9 Tidak seburuk itu.
10 Mendapat tawaran bekerja.
11 Mulai bekerja.
12 Gajih pertama
13 Pacaran dengan Artur.
14 Ditingal sendiri.
15 Seandainya.
16 Sesuatu yang hilang.
17 Bercerita dengan Meidina.
18 Harapan.
19 Ke taman.
20 Edisi tahun baruan.
21 Waktu bersama keluarga.
22 Kabar duka.
23 Covid makin melanda.
24 Musibah Rafli.
25 Masalah bertubi tubi.
26 Menjual rumah.
27 Tinggal di rumah bu Endah.
28 Mengubur mimpi.
29 pulang ke kampung
30 Kerumah Meidina
31 Merasa di ghosting.
32 Tenang.
33 Bertemu Artur.
34 Biarkan mengalir.
35 jokes bapak bapak
36 Terlalu tergesa.
37 Akan sibuk.
38 membantu Meidina.
39 Membuat baikan.
40 Malah membuat berantem
41 hari pertama sekolah.
42 Di usili.
43 Masih di usil
44 Akan pindah lagi.
45 surat pindah
46 jalan kaki
47 Dukungan Meidina.
48 biar aku yang antar.
49 pacar pacaran.
50 tak sabaran
51 jodoh itu apa
52 ke sekolah.
53 Sangat senang sekolah
54 tawaran kerjaan.
55 Semoga rezeki nya
56 Grogi
57 Belajar mengulang
58 Mencetak bakso.
59 Saling berkabar.
60 harus datang
61 Ke taman kota.
62 Jadi renggang
63 Untuk melupakan
64 Mau serius.
65 Besok pun mau
66 menemani tante
67 Diputuskan Artur.
68 Di semangati kakak.
69 langit malam jakarta.
70 Pertama kali bertemu.
71 Pasti diganti lebih baik
72 Tiba tiba di ajak nikah
73 Semua terasa berat
74 Dilema
75 Umur hanyalah angka
76 Dilema.
77 aku yang terkesan menyakiti
78 Bapak tiba tiba sakit
79 begitu tulus
80 Asal bapak sehat.
81 Dilamar Keyvano
Episodes

Updated 81 Episodes

1
kepergian ibu ke kota.
2
Hampa.
3
Mencoba ikhlas.
4
Orang orang, yang selalu mendukung.
5
kerumah nenek
6
Dipaksa ke kota.
7
Keterpaksaan karena keadaan.
8
Tidak melanjutkan sekolah.
9
Tidak seburuk itu.
10
Mendapat tawaran bekerja.
11
Mulai bekerja.
12
Gajih pertama
13
Pacaran dengan Artur.
14
Ditingal sendiri.
15
Seandainya.
16
Sesuatu yang hilang.
17
Bercerita dengan Meidina.
18
Harapan.
19
Ke taman.
20
Edisi tahun baruan.
21
Waktu bersama keluarga.
22
Kabar duka.
23
Covid makin melanda.
24
Musibah Rafli.
25
Masalah bertubi tubi.
26
Menjual rumah.
27
Tinggal di rumah bu Endah.
28
Mengubur mimpi.
29
pulang ke kampung
30
Kerumah Meidina
31
Merasa di ghosting.
32
Tenang.
33
Bertemu Artur.
34
Biarkan mengalir.
35
jokes bapak bapak
36
Terlalu tergesa.
37
Akan sibuk.
38
membantu Meidina.
39
Membuat baikan.
40
Malah membuat berantem
41
hari pertama sekolah.
42
Di usili.
43
Masih di usil
44
Akan pindah lagi.
45
surat pindah
46
jalan kaki
47
Dukungan Meidina.
48
biar aku yang antar.
49
pacar pacaran.
50
tak sabaran
51
jodoh itu apa
52
ke sekolah.
53
Sangat senang sekolah
54
tawaran kerjaan.
55
Semoga rezeki nya
56
Grogi
57
Belajar mengulang
58
Mencetak bakso.
59
Saling berkabar.
60
harus datang
61
Ke taman kota.
62
Jadi renggang
63
Untuk melupakan
64
Mau serius.
65
Besok pun mau
66
menemani tante
67
Diputuskan Artur.
68
Di semangati kakak.
69
langit malam jakarta.
70
Pertama kali bertemu.
71
Pasti diganti lebih baik
72
Tiba tiba di ajak nikah
73
Semua terasa berat
74
Dilema
75
Umur hanyalah angka
76
Dilema.
77
aku yang terkesan menyakiti
78
Bapak tiba tiba sakit
79
begitu tulus
80
Asal bapak sehat.
81
Dilamar Keyvano

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!