RAM 5 Menunda Kehamilan

Rinjani, After Married (5)

" Terimakasih. Aku benar-benar tidak menyangka semua sesuai impian ku,"

" Kamu sudah mengatakan itu dari tadi. Hmm," ucap Angga.

Rinjani masih merasa takjub dengan dekorasi resepsi pernikahannya. Semua sesuai dengan apa yang pernah ia impikan.

" Bagaimana kamu tahu?,"

" Kamu pernah mengatakannya saat kita akan melakukan praktek nikah di sekolah dulu,"

Rinjani terkekeh. Ia tertawa sendiri. Ia jadi teringat masa-masa itu. Masa dimana ia begitu cerewet soal warna gaun pernikahan dan Dekorasi pelaminan.

Padahal bukan pernikahan sungguhan sampai ia diingatkan berkali-kali.

" Ya. Kamu bilang mau nuansa putih karena kamu suka warna putih,"

Bolehkah Rinjani terharu karena Angga masih ingat omelannya kala itu.

" Itu kado dari siapa?," tanya Rinjani saat melihat tumpukan kado di atas meja.

Seingatnya, kado-kado yang ia dapatkan sudah di bawa pulang ke rumah.

" Itu dari sahabatku. Katanya itu harus di buka sekarang juga,"

" Isinya apa?,"

" Entahlah.." Angga mengedikkan kedua bahunya.

" Ya sudah nanti aku buka setelah mandi," ucap Rinjani.

" Aku duluan yang mandi. Kamu buka saja kadonya. Itu untukmu katanya,"

Angga langsung pergi ke kamar mandi mendahului Rinjani.

Rinjani mengerutkan keningnya merasa ada yang mencurigakan dari sikap suaminya itu.

Karena sudah di dahului Angga, jadilah Rinjani pun membuka kado terlebih dahulu.

" Memangnya isinya apa sih? Makanan yang cepat basi?," tanyanya pada diri sendiri.

Sretttt

Kotak itu akhirnya terbuka.

Mata Rinjani melotot. Mukanya merah padam.

" Astaghfirullah... Ini..."

Sebuah baju tipis menerawang ia angkat dengan kedua tangannya.

" Ya Allah, jadi ini baju dinas yang selalu dikatakan orang-orang," Rinjani bergidik ngeri membayangkan ia memakai baju itu.

Ia Merasa tak ada gunanya karena malah memperlihatkan yang seharusnya ditutupi.

Ada dua kado lagi yang belum dibuka. Rinjani menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan isi kado yang semuanya sama. Hanya berbeda warna dan model saja.

" Ini dari siapa sih?,"

Baju dinas terakhir berwarna merah menyala ia angkat. tetap saja penasaran padahal masih sama seperti sebelumnya.

Di dalam kamar mandi, wajah Angga sudah merah padam. Bohong jika ia tidak tahu isi kado dari para sahabatnya itu. Ia sengaja lari ke kamar mandi untuk menghindari kecanggungan.

Sesungguhnya, itu bukan kado dari sahabatnya. Dia ingin Rinjani memakai itu tapi, malu mengatakannya. jadilah dia membuat skenario ini. Padahal ia sendiri yang membelinya. Khusus untuk istrinya.

" Apa Jani mau pakai itu untuk malam ini ya?," tanyanya penasaran.

" Ah sudahlah. Aku akan membuatnya memakai itu malam ini" sambil merogoh sesuatu dalam sakunya

" Ini tidak nyaman. Masa di pertama kali aku melakukannya harus pakai ini." Angga membuang benda kecil yang elastis itu ke dalam tong sampah.

" Tapi, aku tidak mau Jani sampai hamil dulu," gumamnya.

" Oh iya, nanti kita ke dokter saja." Angga merasa menemukan solusi. Ia pun melakukan niatnya untuk mandi.

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka. Angga mematung di sana saat melihat Rinjani sedang melihat-lihat isi kadinya.

Glekk.

Baru lihat saja, ia sudah membayangkan jika baju yang di rentangkan itu melekat di tubuh istrinya. Pasti indah.

" Yang hitam, bagus Jani,"

Blusshh

Rinjani buru-buru memasukkan bajunya ke dalam kotak kado. Ia malu.

" Aku pakai baju yang aku bawa saja," ucapnya sambil berlalu menuju koper yang sudah di persiapkan kemarin.

" Padahal yang hitam bagus," puji Angga.

Bisa ia bayangkan kulit putih Rinjani yang memng cocok menggunakan warna apapun.

" Itu baju atau apa?," omelnya.

Padahal ia tahu yang namanya baju dinas seorang istri ya yang begitu.

" Ya, baju khusus untuk istri saat melayani suaminya." jawab Angga.

" Tapi, itu memalukan, Angga," keluh Rinjani.

Ia dan Angga sudah sepakat. Jika berdua mereka akan memanggil dengan nama saja. Sampai Rinjani benar-benar terbiasa.

Angga berfikir senyamannya Rinjani saja. Ia tak ambil pusing soal panggilan.

" Kamu tahu, bahkan jika kita melakukannya, kita bahkan tak berbusana,"

Glekkk

Rinjani dilema. Ia mungkin merasa biasa saat membuka kerudung di hadapan Angga. Selain karena statusnya kali ini adalah suami istri, Angga mengenalnya dulu disaat ia belum..menutup aurat.

" Tapi.."

" Seorang istri itu harus menuruti perintah suaminya. Selama itu bukan dalam hal kemaksiatan,"

Rinjani mendesah. Kalau sudah mengeluarkan dalil, Rinjani kalah telak.

" hanya ada aku. Tidak ada orang lain," bujuk Angga.

" Tapi,.."

" Pahala, Jani. Atau kamu mau berdosa karena tidak mau menuruti perintah suami?,"

" CK, Ok. Ok. aku pakai. Mau warna apa?,"

" Merah,"

" Hah? Tadi katanya hitam,"

Menurut Rinjani hitam lebih elegan. Sementara merah ia merasa tampak menantang Angga untuk segera melakukan itu.

" Merah lebih ... h0t," Ucap Angga berbisik di telinga Rinjani sambil meletakkan pakaian yang ia n Vin Rinjani pakai.

" Baiklah,"

Rinjani pergi ke kamar mandi. Sementara Angga terkekeh sendiri. Benar ternyata, cukup dia mengatakan dosa dan pahala, istrinya menurut. Ia harus berterima kasih pada kakak iparnya karena tahu kunci menghadapi kekerasan kepalaan Rinjani.

Ceklek

Angga mengerutkan keningnya saat Rinjani keluar malah memakai jubah mandi.

" Kenapa malah pakai itu?,"

Rinjani yang tahu maksud Angga langsung menjawab, "malu. Bajunya benar-benar membuatku malu. memakainya ataupun tidak sama saja," jawabnya meringis.

Melihat bagaimana tampilannya di depan cermin tadi, ia jadi malu sendiri.

Srettt

" Angga!!!,"

Rinjani terkejut karena Angga tiba-tiba ada di dahasap nya dan sudah menarik jubah mandinya.

"Ini baru cantik," Angga tersenyum melihat tampilan Rinjani.

Rinjani malah sibuk menutupi bagian yang sangat membuatnya malu itu.

" Aaaaaaa.....!!!!!,"

Angga tanpa aba-aba membawa Rinjani ke tempat tidur.

Deg...Deg...Deg ..

Jantung Rinjani bertalu-talu.

" Ga..." Rnjani meremas seprei di kanan kirinya. taburan bunga pun tak luput dari remasan nya

Kamar yang mereka gunakan memang kamar untuk pengantin baru dengan segala dekorasinya.

" Hmmm," Rangga hanya berdehem karena sedang menikmati wangi tubuh istrinya yang masuk ke indra penciumannya.

" Kamu sangat wangi,"

Rinjani kembali berteriak saat Angga membuat tanda kepemilikan di lehernya. "Tanda kemarin sudah pudar," dalihnya.

Angga mengangkat kepalanya. Mencium ubun-ubun istrinya dan membacakan do'a sebelum memulai aktivitasnya.

...******...

Rinjani hanya menatap keluar jendela. Pagi ini ia sudah kembali dari hotel. Mereka hanya satu malam disana karena akan melanjutkan dengan bulan madu.

" Kenapa kamu diam saja?," Angga heran dengan kebungkaman istrinya.

" Apa kamu tidak mau punya anak?," tanya Rinjani akhirnya.

Ia sudah membayangkan akan menyusul para sepupunya untuk memilih momongan. Tapi, ia dikejutkan dengan ucapan Angga sesaat setelah bangun tidur tadi yang katanya ingin menunda untuk punya anak tanpa menjelaskan alasan nya.

" Bahkan tadi kita langsung ke dokter kandungan untuk konsultasi," tambah Rinjani.

Angga masih diam sambil fokus menyetir mobilnya.

" Hanya menunda. Bukan tidak mau punya anak." jawab Angga akhirnya buka suara.

" Padahal kamu bisa pakai pengaman kalau belum mau punya anak begini." Rinjani sedikit gelisah saat harus melakukan KB di awal pernikahan mereka.

" Aku sudah mencobanya semalam. Tapi, rasanya aneh,"

Aku ingin menyentuhmu tanpa ada yang menghalangi walaupun itu hanya pengaman. Batin Angga.

.

.

.

TBC

Terpopuler

Comments

Nurwana

Nurwana

padahal Rinjani sudah umur 27, masa harus tunda untuk hamil. ada apa ini Angga???

2024-12-28

0

Uthie

Uthie

Wahhh.. Angga.. koq gak mau langsung sihhh????

2025-01-11

0

Noey Aprilia

Noey Aprilia

Emng knp sih angga mau nunda khmilan????jani jd slh phm kn,d kira ga mau pnya ank dr dia....

2024-10-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!