After Married (2)
Flashback on
" Pak, saya tidak mau berpasangan dengan Angga!," Seorang siswi mengangkat tangannya.
" Kenapa?," Pak Guru menanyakan dulu alasannya pada muridnya itu.
" Image saya bisa jatuh dong, pak. Masa saya nikah sama playboy sementara saya tidak pernah pacaran," alasan yang di utarakan nya membuat temen-temennya yang lain menertawakannya.
" Jani, harusnya kamu beruntung. Dari sekian wanita, kamu yang jadi pasangan ku," Angga tak terima ada perempuan yang menolaknya. Biasanya mereka senang jika ada di samping seorang Anggara Pramana.
Rinjani mendelik. " Bukan untung tapi, buntung,"
Lagi-lagi teman-teman sekelasnya hanya menertawakan kedua temannya yang memang bagai kucing dan anjing itu.
" Aku tampan. Aku kaya. bagian mana yang membuat kamu tidak beruntung?," Angga mulai berdiri karena kesal.
" Hei, aku memang tidak sekaya kamu. Tapi, bukan perempuan materialistis yang langsung mau menerima laki-laki bermodalkan wajah dan harta milik orang tuanya,"
Pak Fahami memijat kepalanya.
" Tenang. Tenang semuanya!!," suara perdebatan kedua muridnya di tambah suara tawa yang lainnya menambah riuh suasana kelas siang ini.
Pak Fahmi menghembuskan nafasnya. " Ini hanya praktik nikah. Bukan nikah betulan," Pak Fahmi mengingatkan kedua siswanya.
Pak Fahmi sampai pusing sendiri mengahadapi keduanya yang seperti calon mempelai sungguhan.
" Walaupun bohongan tetap saja tidak mau, pak. Bagaimana kalau tiba-tiba ada malaikat yang lewat dan mengaminkan. Kan rugi di saya,"
" Hahahah,"
" Aku juga mana mau nikah sungguhan sama perempuan cerewet kayak kamu," kesal Angga.
" Cerewet begini, aku masih ORI. Belum tersentuh sama sekali. Kamu akan beruntung kalau menikah denganku,"
" ORI juga kalau berisik buat apa?,'
" Kalian emang serasi."
" Iya, kita do'akan nikah betulan sekalian,"
"AAMIIN!!!!,"
Semua temannya serempak mengaminkan doa salah satu sahabat Angga. Membuat sepasang laki-laki dan perempuan yang tadi berdebat itu semakin kesal saja.
" Ya, Allah. Kalian ini. Sudah bapak bilang, ini hanya praktek. Bukan nikah betulan. Pokoknya mau tidak mau, suka tidak suka, kalian akan memerankan sesuai dengan kertas yang kalian dapatkan. Itu kan pilihan kalian tadi," tutup Pak Fahmi tidak ingin lagi ada perdebatan yang tidak penting.
Flashback end
Angga hanya tertawa mengingat masa lalu. Ia dan Rinjani sebenarnya tidak bermusuhan. Mereka cukup dekat. Perdebatan itu hanya bumbu-bumbu pertemanan mereka saja.
Aslinya, Angga bahkan sering bercerita tentang perempuan yang sedang jadi kekasihnya saat itu.
" Aku mau tahu bagaimana reaksinya saat ternyata aku yang menikahinya," Angga tertawa sendiri.
Apalagi saat mendengar perkataan ibunya yang mana Rinjani tidak mau tahu dengan siapa ia menikah.
" Sepertinya menarik jika aku melakukannya," Berbagai rencana sudah tersusun di kepala Angga.
Ia lalu menghubungi seseorang.
...******...
" Yakin, tidak mau melihat siapa calonmu?," tanya Ummi Aminah pada putrinya.
Kegagalan demi kegagalan membuat Rinjani hanya mengangguk saja.
Kalaupun ada sesuatu kedepannya, ia tidak akan terlalu kecewa karena ia tidak terlalu berharap.
" Jangan sampai kamu kecewa setelah melihat rupanya," bujuk Ummi pada sang putri.
" Tidak. Jani akan terima dengan siapapun laki-laki yang menikahi Jani nantinya,"
" Kalau jelek?,"
" Berarti sudah jodohnya Jani. Asal akhlaknya baik aja,"
Ummi Aminah akhirnya keluar dari kamar sang putri dan kembali membawa map berisi biodata calon suami yang akan menikahi putrinya.
" Bagaimana, Mi?," tanya Cakrabuana, kakak laki-laki Rinjani.
" Adikmu malah bilang terima saja. Dia juga tidak mau tahu siapa calon suaminya,"
" Pasti dia tidak mau kecewa lagi, Mi,"
" Iya. Semoga saja yang ini sampai pelaminan bahkan sampai akhir hayat,"
" Semoga sampai ke surgaNya."
" Aamiin,"
Walaupun tak percaya tentang pembawa sial dan lain sebagainya, Keluarga Rinjani pun tampak sedikit trauma atas takdir buruk yang selalu menimpa calon suami Rinjani.
" Anaknya baik kan?,"
" Besok insyaallah akan ke rumah. Kamu nilai saja sendiri,"
" Terus Jani bagaimana? Ia akan melihat sendiri Calonnya kan? Jangan sampai merasa terjebak nantinya,"
Ummi Aminah menggelengkan kepalanya. "Adikmu minta kita yang menilai. Kalau kita setuju, dia ikut saja katanya."
" Dia itu benar-benar. Apa tidak khawatir kalau Calonnya tidak sesuai harapan?," Cakra tahu adiknya pun memiliki ketakutan tersendiri. Berkali-kali gagal menikah, siapa yang tidak khawatir rencana kali ini juga gagal?
" Katanya kalaupun ternyata calon suaminya jelek, berarti sudah jodohnya,"
Cakra hanya berdecak kesal. Ingin bilang bagai membeli kucing dalam karung, tapi tidak seperti itu juga. Karena mereka akan melihat seperti apa calon suami dari adiknya itu.
...******...
" Deg-degan?," tanya Nova
Kakak iparnya yang sedang hamil empat bulan itu menemaninya di dalam kamar.
Sementara di ruang tamu semua sudah berkumpul untuk menyaksikan ijab kabul yang akan dilakukan seseorang.
" Sangat,"
Rinjani merasakan detak jantungnya bertalu-talu.
Akhirnya ia bisa sampai di titik ini. Dimana laki-laki yang akan menjadi suaminya mengucapkan ijab kabul.
" Bagaimana pendapatmu soal calon suamimu itu?,"
" Jani tidak tahu. Jani tidak melihat fotonya sama sekali,"
" Kamu serius??," Nova terkejut karena Sampai akhir Rinjani teguh pada pendiriannya untuk tidak tahu sama sekali siapa calon suaminya.
" Bukannya Ummi sudah memberikan biodatanya semalam?,"
Rinjani mengangguk. " Ummi memberikannya. Tapi, Jani tidak melihatnya sama sekali. Biarlah jadi kejutan nantinya,"
Nova speechless dengan jawaban adik iparnya. Dia bisa selapang itu menikah dengan laki-laki yang tidak ia ketahui sama sekali bahkan hanya namanya saja.
" Tapi, perasaan kamu sendiri bagaimana?,"
" Setelah sholat istikharah, Jani lebih tenang. Jani yakin dengan pilihan Abah," jawabnya.
Rinjani memberikan hak penuh pada ayah kandungnya itu untuk mengambil keputusan apakah akan menerima lamaran atau malah sebaliknya.
Namun, Abahnya itu memberi penilaian positif soal calon suaminya.
" Abah bilang, beliau yakin kalau orang yang akan menikahi Jani adalah laki-laki yang baik,"
Nova manggut-manggut. Jika ayah mertuanya sudah berpendapat demikian, maka ia tidak akan meragukannya.
" Kalau menurut kakak, calon suamiku bagaimana?,"
" Kakakmu tidak mengizinkan kakak ikut di acara lamaran waktu itu. Katanya ia takut calon suami kamu salah menanggapi perempuan yang akan jadi calon istrinya," Nova terkekeh di akhir ucapannya.
" Ish, kak Cakra memang posesif berat,"
" Benar. Mana mungkin dia salah menilai? Sementara perut kakak buncit begini," keduanya tertawa membicarakan Cakra.
Hingga pintu terbuka dari luar.
" Ayo keluar, ijab kabulnya sudah selesai,"
Tangan Rinjani tiba-tiba berkeringat. Ia gugup luar biasa.
" Jangan khawatir. Ada kakak," Nova memapah Rinjani keluar dari kamar.
Ummi Aminah berkaca-kaca menatap putri kecilnya yang akhirnya di persunting orang.
" Ummi...."
" Ayo keluar. Jangan membuat suamimu lama menunggu,"
Ummi Aminah menyeka air matanya.
Di ruang tamu, Angga sudah tidak sabar bertemu perempuan yang sudah sah jadi istrinya. Ia bahkan tidak membalikkan wajahnya saat terdengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya.
" Ayo sambut istrinya," ucap pak penghulu karena melihat mempelai laki-laki malah diam mematung.
Angga berdiri dan melihat istrinya yang masih menundukkan kepalanya.
" Dilihat suaminya,neng,"
Rinjani mengangkat kepalanya.
Deg
" kamu..."
Angga hanya tersenyum tengil melihat keterkejutan Rinjani.
" Kita benar-benar menikah. Malaikat benar-benar mengaminkan nya "timpal Angga
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Uthie
Yaaa ampun.... kocak dehhh... dari berawal nikah2an dan di Aamiin kan teman-temannya, malah jadi beneran pada akhirnya 👍👍👍😂😂😂
dan intinya juga adalah, berserah diri pada Allah, juga taat pada pilihan orang tua yg pastinya menentukan yg terbaik bagi jodoh anaknya, juga adalah kunci hal kebaikan 👍👍🤗
2025-01-11
0
Wandi Fajar Ekoprasetyo
wkwwkkwwkkw..... kocak
2025-04-12
0
yulithong
masih nyimak....
2024-10-13
0