Marni pergi ambil nasi dan lauk pauk yang baru saja dimasak ibunya. Menikmati makanan dengan hati bercampur aduk, antara bahagia dan sedih. Marni begitu bersyukur mempunyai seorang ibu dan adik yang begitu perhatian padanya. Namun disisi lain suami yang sangat ia cintai tidak memperdulikannya. Baru saja marni memasukan sesuap nasi ke mulutnya, ia mendengar suara suaminya datang.
Bergegas ia cuci tangan lalu menemui suaminya, tak lupa ia mencium tangan suaminya sebagai bentuk rasa hormatnya pada suami. Kusno kemudian duduk, setelah dipersilahkan masuk oleh ibu marni.
Mereka berbincang-bincang tentang kesehatan tisna dan kabar anak istrinya.
“ Alhamdulillah sudah membaik mas, tapi maaf sy masih ingin disini sampai masa pemulihan mas," ucap marni.
“ Betah kamu disini, sampai tidak pulang dan melupakan tanggung jawabmu sebagai istri!," ucap kusno dengan nada tinggi hingga membuat marni geram.
“ Iya mas saya betah disini," jawab marni pelan.
Marni mencoba menekan amarah didalam hati yang telah berkecambuk tidak karuan. Dia masih sempat berkali kali beristighfar. Saat marni diam terdengar kusno mengatakan hal yang tak pantas didengarnya. Yang benar-benar bisa membuat hati merasa hancur lebur.
“ Dasar istri tidak tahu diri, pemboros, tidak bisa mengatur keuangan. Selama ini aku kasih uang selalu saja habis," ujar kasno.
“ Kamu ngomong apa mas? Bisa-bisanya kamu menuduhku seperti ini. Kurang sabar apa aku selama ini jadi istrimu. Uang yang kau kasih padaku setiap hari juga untuk kebutuhan sehari-hari. Kamu kira uang sebesar Rp 5.000 setiap hari cukup mas? Sedangkan uang segitu saja terkadang kau masih minta kembaliannya. Paling banyak kau kasi aku Rp 10.000 mas itu juga harus ada kembalian. Selama ini kamu memberi uang orang tuamu dan adik-adikmu aku diam saja mas. Uang yang kau kasih bukan untuk kebutuhanku saja mas, tapi untuk kita dan anakmu mas," jawab marni penuh dengan kekecewaan.
Karena mengingat kejadian yang telah dia alami, amarahnya jadi tidak terkendali. Apa yang selama ini selalu ada dalam benaknya ia luapkan begitu saja pada kusno. Hingga akhirnya Marni mengemas pakaian suaminya dan memintanya untuk pergi.
“ Pergi kamu dari sini, sungguh aku menyesal telah menikah denganmu. Bawa semua pakaianmu aku tidak mau menjadi istrimu lagi!," ujar Marni dengan hati yang hancur dengan deraian air mata dipipinya.
Spontan saja kusno tercengang, ia tidak menyangka istri yang begitu lembut baginya bisa berubah begitu keras. Akhirnya kusno menyadari kesalahan yang telah ia perbuat selama ini.
Namun penyesalannya sudah tiada artinya. Kini marni benar-benar sudah terluka olehnya, berulang kali ia berusaha meminta maaf namun marni tidak mau memaafkannya.
“ Marni aku punya anak, kau tega mengusirku marni. Lalu anakku bagaimana nantinya?," ucap kusno mencoba membujuk marni.
“ Aku bisa mengurus anakku walau tanpamu mas, kau yang membuatku seperti ini! Kau yang tanpa sebab yang jelas malah memakiku bahkan disaat anak sakit kau pergi ketempat adikmu. Kamu tidak memperdulikanku dan Tisna yang sedang sakit. Pergi kamu mas, pergi!," jawab marni sembari mendorong suaminya keluar dari rumah.
Ibu marni mencoba menengahi pertengkaran diantara mereka. Namun usahanya sia-sia, marni bersikeras tidak mau memaafkan kusno.Marni kemudian menggendong Tisna membawanya kekamar dan mengunci pintu kamarnya.
Ibu marni bingung dengan keadaan yang terjadi. Ibu marni berjalan mendekati kusno memberikan saran agar bersabar.
Kusno tak bisa berbuat apa-apa lagi, karena apa yang dikatakan semua oleh marni adalah benar adanya. Kusno terlalu perduli dengan adik-adik dan orangtuanya dibandingkan dengan Marni. Dengan berat hati kusno pergi meninggalkan Marni. Ibu marni tak bisa berbuat banyak, karena yang menjalin bahtera rumah tangga adalah mereka. Ia hanya bisa berdo'a semoga diberikan yang terbaik untuk mereka.
Disepanjang perjalanan Kusno terasa sesak didadanya, menyesalpun sudah tidak ada artinya. Kesalahannya bagi marni sudah sangat fatal.
Sesampainya di rumah ia menceritakan semua kejadian yang menimpa pada ibunya. Ia ditegur oleh ibunya atas perlakuan buruknya pada marni.
" Semua salahmu Kusno, marni adalah wanita yang baik yang selama ini ibu kenal. Dia begitu baik dan menyayangi anakmu seperti anak kandungnya sendiri, selama ini ibu tidak pernah melihat dia memarahi Fitri sedikitpun. Justru Fitri selalu bahagia bersamanya, jika seperti ini lalu bagaimana? Kamu telah merusak kebahagiaan keluargamu sendiri," ujar ibu kusno dengan kesal.
Kusno hanya bisa terdiam mendengar semua makian dari ibunya. Terlihat ibu kusno menitikkan air mata, ia merasa sangat kehilangan marni sosok menantu yang perhatian padanya saat kusno tidak ada.
Ibu kusno menceritakan marni yang dulu tanpa sepengetahuan Kusno, marni sering datang kerumah dan membantu meringankan pekerjaan rumah ibu kusno. Sambil terduduk lemas dikursi bersebelahan dengan kusno.
Kusno yang mendengarkan cerita ibunya, hingga ia teringat dengan apa yang ia perbuat pada marni. Yaitu saat menyiramkan air hangat ke kepala tanpa sebab yang jelas, padahal marni sudah seharian melakukan perkerjaan rumah tangga hanya karena marni tidak ada dirumah saat ia pulang.
“ Maafkan aku bu, aku terbawa emosi tidak bisa mengendalikan emosiku. Tapi karena dia tidak mau aku ajak pulang,"ujar kusno.
“ Seharusnya kau biarkan dan turuti dia. Dia juga butuh istirahat. Ibu ingatkan padamu kusno, seorang lelaki bukan hanya bekerja mencari nafkah. Namun tugasmu juga harus bisa membuat istri dan anakmu bahagia. Istrimu juga bukan pembantu Bahkan jika kau melihat istrimu sedang sibuk dirumah, kau juga seharusnya bisa meringankan perkerjaan istrimu," ujar ibu kusno.
Kusno terdiam sejenak namun ia tak menerima jika ia hanya bekerja mencari nafkah.
“ Bu aku mencari nafkah juga untuk mencukupi kebutuhan keluarga," ujar kusno.
Ibu kusno semakin geram saat anaknya berkata mencukupi kebutuhan keluarga, sedangkan ia tahu betul bagaimana mana sifat kusno.
"Jangan kau kira perkerjaan rumah tangga itu mudah, pekerjaan rumah tangga itu lebih berat dari perkerjaan mencari nafkahmu kusno. Dari memasak, mencuci, membereskan rumah yang kotor dan berantakkan, mengurus suami dan anak setiap hari. Dan terkadang membantu ibu dirumah, di tambah lagi dia sedang hamil dan sekarang sudah melahirkan seorang anak untukmu," ucap ibu kusno.
Namun kusno masih berdalih dengan alasan ini dan itu. Sampai akhirnya keluar sebuah kata tak pantas didegar oleh ibunya.
“ Itukan cuma melahirkan bu, memang sudah hal wajar bagi wanita. Banyak kok diluaran sana habis melahirkan melakukan pekerjaanya sendiri tanpa bantuan suami," jawab kusno tanpa befikir panjang akibat dari perkataannya.
Ibu kusno berdiri mendekati kusno dan menampar wajahnya, lalu menunjukkan padanya foto saat ia masih bayi.
“ Kusno kamu lahir dari ibu, aku yang mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkanmu. Ibu juga wanita kusno, apa kamu tiba-tiba bisa besar sendiri seperti ini.
Coba kamu yang melakukan semua itu apa kamu bisa kusno!!! Dan ingat kusno apa kamu bisa mengandung anak dalam perut sampai 9 bulan dan melahirkan ?? Karena ulahmu ibu kehilangan menantu yang ibu sayangi," jawab ibu kusno dengan penuh kekecewaan pada kusno dan pergi meninggalkan kusno sendirian diruang tamu.
Tak bisa keluar sepatah katapun dari mulut kusno saat ia berbicara. Karena tang diucapkan ibunya adalah benar. Kusno sadar dan mengingat semua memori ia juga seorang anak yang telah dilahirkan oleh ibunya. Dirawat dan dibesarkan oleh seorang wanita. Saat kusno sedang larut dalam fikirannya. Terdenga seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Segera ia berdiri membukakan pintu.
“ Kamu kenapa mas, kenapa telihat begitu sedih,"tanya adik kusno.
“ Tidak apa dek, hanya sedikit tidak enak badan. Kalau kamu mau mencari ibu, ibu ada di dapur. Aku mau keluar dulu beli obat," ujar kusno.
" Iya mas, tolong sekalian beliin beras ya mas. Berasku sudah hampir habis dirumah mas, soalnya aku belum menggiling padi," ucap adik kusno beralasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments