Kesabaran Yang Di Uji

Iman sungguh tak kuasa melihat kakaknya bersedih, ia berjanji akan selalu menjaga dan melindungi marni walaupun tidak setiap hari melihat marni. Iman keluar meninggalkan marni sendiri dikamar. Sedangkan Marni masih terisak menangis meratapi nasibnya.

Kini nasi sudah jadi bubur, Marni tidak bisa menolak keinginan adiknya. Karena ia tau betul bagaimana sifat adiknya Iman. Ia yakin iman melakukan semua ini pasti sudah difikirkan secara matang.

Perlahan ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya, mencoba menenangkan hati dan fikiran agar menerima kenyataan yang pahit ini. Ia beristighfar berkali-kali lalu pergi kekamar mandi untuk membasuh wajahnya. Kemudian ia masuk ke kamar lalu ia gunakan lipstik dibibirnya agar terlihat lebih segar.

Kusno mengetuk pintu marni, karena sudah hampir satu jam ia belum keluar-keluar.

“ Marni tolong buka pintunya, apa aku boleh masuk?," ujar kusno.

“ Iya mas, tunggu sebentar aku sedang mengikat rambutku dulu," jawab marni yang haru saja selesai menyisir rambutnya.

Marni segera membuka pintu dengan perasaan yang tak menentu. Dan menyuruhnya masuk kekamar, Ia mencoba memperlihatkan senyuman diwajahnya meski berat. Marni kemudian duduk di atas ranjangnya dan kusno mendekati marni. Ia meraih tangan marni kusno meminta maaf kepada marni atas segala perlakuannya selama ini pada Marni, kusno juga berjanji jika ia akan memperbaiki dirinya.

 Hati kecil marni berkata jika kusno tidaklah bersungguh. Tapi marni menepis kata hatinya, ia mencoba mempercayai suaminya setelah semua hal yang di sampaikan adiknya iman. Dengan berat hati ia memaafkan kusno, lalu mereka keluar dari kamar dan menemui orang tua mereka.

Ayah kusno juga datang untuk menjemput marni dan tisna. Mereka berbincang dan sepakat dengan perjanjian yang dijelaskan oleh iman kepada keluarganya. Karena hari sudah mulai gelap keluarga kusno menginap dirumah Marni, dan esok harinya baru mereka akan kembali bersama Marni dan Tisna.

Disaat kusno dan marni tidur bersama, kusno ingin memeluk marni. Namun marni menolaknya. Kusno yang sudah lama tak bersama dengan marni dan lama tidak melakukan hubungan suami istri tidak bisa menahan gelojak dihatinya. Ia membujuk marni hingga istrinya mau melayaninya.Marni yang tak berdaya hanya bisa pasrah karena sudah menjadi kewajiban seorang istri melayani suaminya.

Setelah berhubungan suami istri kusno merasa bahagia, karena istrinya mau melayaninya. Lain halnya dengan marni, ia begitu sedih setelah melayani suaminya. Namun itulah marni lagi dan lagi harus menerima kenyataan hidupnya. Sudah larut malam akhirnya mereka tertidur dan siang harinya mereka bersiap untuk kembali kerumah kusno.

Ibu marni sedang berbincang bersama ibu kusno di dapur sembari memasak nasi, sayur dan lauk pauk untuk sarapan pagi. Sedangkan iman dan ayah kusno mereka sedang berada diteras menikmati secangkir kopi. Kusno menghampiri ayahnya dan iman. Marni sibuk mengurus tisna memandikan dan menyusui. Setelah hari sudah siang kusno, ayah dan ibunya serta marni berpamitan pada ibu dan adik marni untuk pulang kerumah kusno.

Disepanjang perjalanan pulang Marni berharap semua baik-baik saja. Sesampainya dirumah kusno meletakkan semua barang bawaan marni kekamar.

“ Dek, untuk sementara bolehkah ibu dan bapak tinggal bersama kita. Agar ada yang menemanimu saat aku pergi kerja," ujar kusno.

“ Boleh mas," jawab marni singkat.

“ Mamas minta maaf dek udah mengecewakanmu. Aku janji dek akan memperbaiki diri lebih baik lagi," ujar kusno.

“ Iya mas," jawab marni singkat sembari membereskan pakaian miliknya dan tisna yang ia bawa.

Selesai membereskan pakaian marni segera membuatkan kopi dan menggoreng pisang untuk suaminya. Ayah dan ibu kusno kini tinggal bersama mereka. Hari demi hari ia lalui hingga genap satu minggu Ayah kusno akan pergi kejawa untuk menjenguk Istri kedua ayah kusno. Adik kusno datang menjenguk mereka.

Kusno memiliki 6 bersaudara ditamba 3 saudara dari ibu tirinya di jawa. Rumah mereka tak begitu jauh dari rumah kusno. Mereka berkumpul karena ayah mereka akan kejawa, setiap anak memberikan uang ayahnya begitu juga kusno. Marni bisa mengerti keadaan mereka.

Kakak pertamanya datang menemui Marni menanyakan kabar dan menggendong Tisna.

“ Anakmu sangat cantik Marni, mirip dengan ayahnya. Nanti kalau besar bisa jadi rebutan laki-laki ini, hehehe," ujar kakak pertama kusno.

Marni membalasnya dengan senyuman lembut diwajahnya. Namun terlihat wajah marni begitu pucat.

“ Mba kamu kenapa? Apa kamu sakit? ," tanya adik bungsu kusno.

“ Aku tidak apa-apa dek, tadi lupa belum makan. Nanti setelah makan juga sembuh," jawab marni.

“ Tunggu sebentar mba aku kewarung dulu beli obat. Mba istirahat saja dulu, lagi pula tisna juga sedang dibawa mamasku," ujar adik bungsu kusno.

Adik kusno segera kewarung membeli obat untuk marni, diwarung ia berjumpa dengan Sri.

“ Ayu kamu beli obat, emang kamu lagi sakit? Wajahmu saja terlihat segar begitu masa iya sakit," ujar Sri.

“ Bukan aku yang sakit mba tapi mba Marni, sepertinya sakit maagnya kambuh karena tadi lupa tidak makan," jawab ayu.

“ Halah, palingan juga sakit biasa. Terlalu manja si Marni itu yu. Sudah bagus dia tinggal dirumahnya, kenapa harus dibawa pulang lagi sih sama mas kusno. Banyak lho wanita lain yang lebih baik daripada marni," ujar Sri dengan wajah bencinya.

“ Astaghfirullah, mba Sri kalau ngomong itu dijaga. Mba marni itu baik! Fikiranmu saja yang jelek mba," jawab Ayu dan berlalu pergi meninggalkan Sri.

Disepanjang perjalanan ia tak habis fikir jika kakaknya bisa sebenci itu dengan marni. Namun Ayu tak peduli dengan kakaknya, ia lebih peduli dengan Marni. Sesampainya dirumah ia memberikan obat untuk marni. Marni segera meminum obat yang diberikan oleh Ayu.

“ Terimakasih dek, maaf merepotkanmu," ujar marni.

“ Sama-sama mba, o..iya mba sudah makan? Jika belum biar saya ambilkan," ucap Ayu.

“ Sudah dek, baru saja selesai makan. Ini mba mau cuci piring dulu kedapur. Tolong titip Tisna sebentar ya dek, tadi baru selesai mba susui," ujar marni.

” Iya mba, tenang saja aman sama Ayu mba hehehe," canda Ayu pada marni.

Marni tersenyum merasa senang melihat ketulusan Ayu. Marni segera kedapur dan mencuci semua piring kotor. Baru saja selesai mencuci piring ada Sri yang datang dan langsung menghampirinya.

“ Udah pulang mba, katanya udah gak mau pulang lagi dan gak mau sama mamasku lagi. Ini nyatanya balik juga. Kalau aku sih malu mba!," ucap Sri tanpa berfikir perkataannya menyakitkan atau tidak. Tapi itulah sri yang memang sangat benci dengan marni.

Tak disangka di belakang sri ada ibunya yang sedari tadi mendengar semua yang di ucapkan Sri pada Marni.

“ Plak! Dasar anak tidak tahu sopan santun," ujar ibu kusno sembari menampar wajah Sri.

“ Ibu! Kenapa menamparku, aku salah apa? Semua yang aku katakan benar adanya, untuk apa dia kembali lagi. Saya yakin jika dia berpisah dengan mas Kusno juga tidak ada yang mau dengannya lagi! ,” jawab Sri dengan nada tinggi pada ibunya.

“ Dengar baik-baik Sri! Marni datang kesini bukan atas kehendaknya sendiri tetapi kami semua yang meminta kembali. Termasuk mamasmu Kusno. Sekarang lebih baik kamu pulang! Kehadiranmu hanya membuat masalah saja," ujar ibu Ani sembari menarik tangan Sri untuk keluar dari rumah.

Semua keluarga yang ada merasa heran kenapa ibu mereka menarik sri dengan begitu kuat. Anak pertama mendekati ibu Ani menanyakan perihal apa yang terjadi hingga menarik tangan Sri seperti bukan anaknya sendiri. Anak yang lain tak berani ikut campur jika ibunya sedang marah, hanya Ayah dan kakak pertama saja yang mau menengahinya.

Kemudian setelah dirasa ibu sudah cukup tenang, ayu memberikan segelas air minum untuk ibunya. Ibu menghela nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan. Kemudian ibu menjelaskan kepada mereka perihal yang terjadi kepada anak-anak mereka.

Tentu saja Ayah dan anak yang lainnya juga merasa geram dengan sikap yang ditunjukkan oleh Sri. Lalu anak yang ke tiga membawa Sri pulang agar tidak menimbulkan masalah kembali. Disepanjang jalan Sri menggerutu merasa ibu hanya peduli pada marni seorang.

“ Kamu yang bodoh Sri, jika kamu tidak menyukainya seharusnya diam saja. Bukankah kamu tau semua keluarga sedang berkumpul. Caramu itu kudu diperbaiki," ucap kakak Sri.

Sri merenung sejenak mendengarkan kakaknya berbicara, tak disangka ternyata kakak ketiganya juga tidak menyukai Marni. Lalu kakaknya memberikan solusi bagaimana cara menyingkirkan Marni dari keluarga mereka.

“ Hahaha, baik-baik Mas! Aku ikuti caramu, ku kira hanya aku yang tak menyukai marni. Ya sudah mas, aku sudah sampai rumah. Cepatlah kembali agar mereka tidak mencurigaimu mas,” ujar marni pada kakaknya.

“ Ingat perkataanku Sri, jangan gegabah. Perlahan asal pasti," ujar kakak Sri mengingatkan.

Sri menganggukkan kepala tanda ia menyetujui nasehat kakaknya. Sesampainya kakak ketiga marni dirumah Marni, ia izin pamit pulang. Begitu juga saudara-saudari yang lainnya. Bagitu juga kusno pergi mengantarkan saudara ketiganya pulang. Kecuali Ayu dan suaminya yang masih menghibur marni, yang sedari tadi duduk terdiam tak berbicara sepatah katapun sejak mendengar ucapan Sri.

Ibu Ani mendekati marni dan memberinya nasehat. Marni sedari tadi menahan sesak didadanya, namun saat ibu Ani yang menasehatinya air mata marni mengalir deras sembari memeluk ibu Ani seperti memeluk ibunya sendiri. Ayah kusno juga menasehati marni dengan halus.

“ Yang sabar ya nak, ini ujian rumah tangga. Jika kamu kuat bertahanlah nak, jika sudah tidak kuat nantinya kami juga tidak akan memaksamu," ucap ayah.

Ayu ikut menangis atas apa yang dialami kakak iparnya. Ia tak menyangka Sri begitu tega pada marni. Suami Ayu juga ikut terharu, namun dia merasa kagum dengan marni karena ia masih mau menerima kusno kembali. Ibu melepaskan pelukannya ada Marni dan mengusap air mata marni.

“ Semua akan baik-baik saja marni, percayalah. Kamu harus memikirkan tisna, rawatlah dia dengan baik. Kamu bebas marni kapanpun mau pulang kerumahmu, jika kamu ingin menenangkan hati dan fikiranmu kembali," ujar ibu.

“ Tidak bu aku akan disini bersama ibu, jika aku sudah tidak sanggup lagi baru aku akan kembali bu," jawab marni lembut.

“ Maafin mba Sri ya mba Marni, jangan difikirkan perkataannya. Sekarang mba istirahat dulu bersama Tisna. Kami izin pulang dulu mba, jangan lupa ini diminum jamunya mba. Biar badan mba lebih fit," ujar Ayu sembari memberikan jamu yang baru saja ia ambil dari dapur dan direbus oleh ibunya.

Setelah Ayu pulang bersama suaminya, ayah dan ibu kusno meminta Marni untuk beristirahat dikamarnya. Marni kemudian pergi kekamar untuk beristirahat. Tisna tidur begitu lelap, marni menciumi anaknya dengan penuh kasih sayang lalu tidur. Begitu juga ayah dan ibu kusno.

Saat mereka semua beristirahat Kusno masih dirumah saudara ketiganya. Disana saudara ketiga kusno mulai menghasut secara perlahan-lahan. Ia menyarankan agar kusno pergi bekerja ketempat lain agar mendapat penghasilan yang besar. Jika ia mendapatkan penghasilan yang besar ia bisa adil saat membagi penghasilannya kepada keluarga dan istrinya tanpa diketahui oleh Marni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!