Bab 5

Keesokan harinya, Bu Ami datang berkunjung menengok Bu Cici di rumah sakit seorang diri. Tadinya Bu Ami ingin mengajak suaminya jenguk Bu Cici, namun suaminya ada kerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Jadilah ia datang sendiri saja.

"Bu Cici, gimana keadaannya sekarang?" tanya Bu Ami.

Bu Ami sempat mencemaskan keadaan Bu Cici yang terjatuh di kamar mandi. Bu Ami sangat terkejut saat mendengar kabar tersebut.

"Sudah lebih baik," jawab Bu Cici dengan suara lemah.

"Saya kaget loh saat denger kalau ibu jatuh di kamar mandi. Takut sampai terjadi apa-apa. Tahu sendiri, biasanya orang yang jatuh di kamar mandi sering berakibat fatal dan bisa saja meninggal." Bu Ami memelankan suaranya saat berucap kata meninggal. Karena memang kebanyakan yang jatuh atau terpleset di kamar mandi selalu berakibat fatal, bahkan yang lebih serius lagi sampai meninggal. Bu Ami jadi teringat akan tetangganya yang juga jatuh di kamar mandi dan justru berakhir dengan kehilangan nyawa.

"Alhamdulillah, Allah masih memberikan saya umur panjang," ujar Bu Cici.

Bu Ami mengangguk kecil. Bersyukur sekali kalau Bu Cici baik-baik saja. Walau ia dengar kalau Bu Cici mengalami gegar otak ringan.

"O iya, Shandra kenapa tidak ikut?" tanya Bu Cici.

"Kalau jam segini dia sedang ngajar di TK."

"O iya ya, saya lupa," ucap Bu Cici seraya menepuk jidatnya.

Shandra, selain hidupnya yang sederhana, dia juga seorang guru TK. Kelembutannya terhadap anak-anak membuat hati Bu Cici ingin menjadikan Shandra sebagai menantu. Makanya Bu Cici begitu gencar ingin menjodohkan Shandra dengan Atha. Bu Cici tidak peduli dengan perkataan orang yang beranggapan kalau Shandra perawan tua, karena di usianya yang sudah kepala tiga tidak ada lelaki yang mau dengannya. Pasti ada alasan tersendiri kenapa Shandra sampai saat ini masih betah melajang dan hal itu tidak jadi masalah baginya untuk menjodohkan Atha dengan Shandra.

Hingga tak terasa, hampir dua jam Bu Ami membesuk Bu Cici. Sesaat sebelum pamit pulang Atha datang untuk melihat kondisi sang mama.

"Ma, udah lama di sini?" sapa Atha sambil menyalami Bu Ami. "Mama sama Papa sehat kan?" sambung Atha lagi.

"Alhamdulillah sehat," jawab Bu Ami. "Tumben jam segini kamu udah pulang?"

"Aku minta izin pulang lebih awal."

Bu Ami pun mengangguk-anggukkan kepalanya dan Atha kemudian menghampiri mamanya dan menanyakan kondisinya saat ini.

"Bu, saya pulang dulu ya," pamit Bu Ami.

"Iya, terima kasih sudah datang jenguk saya," sahut Bu Cici, lalu Bu Cici menoleh ke arah Atha.

"Antar Bu Ami pulang," titahnya kepada Atha.

Atha mengangguk, lalu Bu Ami dan Atha meninggalkan kamar rawat Bu Cici.

"Sebelum pulang, Mama mau mampir ke mana dulu?" tanya Atha. Siapa tahu Bu Ami ingin mampir ke suatu tempat, mungkin.

"Pulang aja deh," jawab Bu Ami.

Sebelum masuk ke dalam mobil, Bu Cici mengirim pesan singkat kepada Atha dan Atha membaca isi pesan dari mamanya itu.

'Sekalian kamu jemput Shandra di tempat kerjanya atau kalau perlu ajak dia ke sini.'

Itulah isi pesan dari mamanya.

Atha menghembuskan napas panjang, karena mamanya terus mendesak dirinya untuk mendekati Shandra.

Atha tidak membalas pesan dari mamanya. Atha justru lebih memilih masuk ke dalam mobil dan segera mengantar Bu Ami pulang. Sebenarnya Atha malas bila harus bertemu dengan Shandra dan semoga saja nanti ia tidak bertemu dengan perempuan itu.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengantar Bu Ami pulang. Atha sengaja tidak turun dari mobil supaya ia tidak bertemu dengan Shandra.

"Gak mampir dulu?" ujar Bu Ami yang sudah turun dari mobil.

Atha menggeleng. "Lain kali, Ma."

Bu Ami mengangguk dan kembali membuka suaranya. "Kalau gitu terima kasih udah anterin Mama pulang. Hati-hati di jalan."

Atha mengangguk kecil. "Sama-sama, Ma. Titip salam buat papa."

"Iya, nanti Mama sampein."

Setelah itu, Bu Ami menutup pintu mobil, lalu Atha melajukan lagi mobil.

Saat akan membelokkan mobilnya ke arah jalan raya, Atha tidak sengaja menyenggol motor seseorang, hingga pengendara itu jatuh dari motornya.

"Waduh, nyerempet motor orang lagi," ujar Atha kepada dirinya sendiri. "Kayaknya emak-emak nih yang aku serempet."

Atha menghentikan mobilnya dan gegas menolong pengendara yang ia serempet.

"Maaf, Mba, saya tidak sengaja nyenggol motor, Mba," ucap Atha.

Wanita itu mendongakkan kepalanya melihat siapa orang yang menyerempetnya.

"Atha ...," ucapnya.

Atha terperangah mendengar suara wanita itu. Suara yang sangat familiar di telinganya, meski wanita itu menggunakan cadar. Namun Atha yakin siapa pemilik suara itu, yang tak bukan dan tak lain adalah Shandra. Wanita yang ingin ia hindari saat ini.

Atha hanya bisa memaki di dalam hati. Kenapa ia harus bertemu dengan wanita itu.

"Maaf ya, aku gak sengaja," ucap Atha sedikit merasa bersalah karena sudah menyerempet motor Shandra dan mengakibatkan Shandra terjatuh dari motornya.

"Iya," jawab Shandra sembari mengusap sikutnya yang terasa perih.

"Kamu gak apa-apa kan? Ada yang luka gak?" tanya Atha. Kuatir jika Shandra sampai ada yang luka, meski ia sangat malas berurusan dengannya.

"Palingan luka-luka kecil," sahut Shandra.

Dari sudut mata yang terlihat oleh Atha, sepertinya Shandra tengah meringis sakit. Ia yang sudah membuatnya terjatuh dari motornya, harus bertanggungjawab atas apa yang dirasakan Shandra.

"Bagaimana kalau aku ajak kamu ke dokter?" tawar Atha.

"Mm ... gak usah deh, biar nanti aku obatin di rumah saja," tolak Shandra halus.

"Ayo lah! Ini sebagai bentuk tanggungjawab aku udah nyerempet kamu." Atha tetap memaksanya. Atha yakin kalau wanita itu tengah kesakitan, meski ia tidak melihat raut wajah kesakitannya karena tertutup cadar.

Namun, saat Shandra akan menjawabnya, Atha justru menaiki motornya.

"Kamu tunggu di sini. Aku titip dulu motor kamu ke Pak satpam."

Shandra pun mengangguk terpaksa. Padahal ia tidak mempermasalahkan jika dirinya harus di bawa ke dokter.

Selesai menitip motor milik Shandra, Atha segera membawa Shandra ke klinik terdekat.

Sambil menunggu Shandra diobatin, Atha mendapatkan pesan singkat dari adiknya, Tya.

'Mas, kata mama balik kesininya ajak Kak Shandra. Mama bilang mau bicara sama Kak shandra.'

Atha mendengus melihat isi pesan tersebut.

"Ngapain sih nyuruh nyuruh ajak dia," gerutu Atha yang sangat malas dengan permintaan mamanya itu.

Kalau bukan karena insiden tadi, ia tidak mau bertemu dengan Shandra, tapi apa mau di kata, takdir sepertinya memang mengharuskan bertemu dengan wanita itu.

Apa mungkin ini tandanya kalau ia memang harus setuju dengan permintaan mamanya?

Atha menggeleng kuat. "Tidak-tidak! Ini hanya kebetulan saja. Aku gak mungkin nikahin dia."

Tring!

Ponselnya kembali berbunyi dan Tya kembali mengirim pesan singkat lagi.

'Mama bilang, kalau kakak gak ngajak Kak Shandra, mama ngambek sama kakak.'

Atha kembali mendengus seraya membalas pesan tersebut.

'Ya,' balas Atha singkat.

Terpopuler

Comments

🌺 Tati 🐙

🌺 Tati 🐙

sandra pake cadar ya thor?

2024-09-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!