Bab 2 - Darah dan Cinta

Di bawah bayangan megah Gunung Baishan, Kerajaan Lianyun berdiri bak seekor naga yang menjaga setiap lembah di sekitarnya.

Letak strategis yang berada tepat di jantung jalur perdagangan antara Utara dan Selatan, ditambah cerita tentang Bunga Keabadian itu... menjadi magnet bagi kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Di tengah padang hijau yang bergelombang cembung ke langit dan barisan tebing batu yang menjulang tinggi di balut kabut, tanah ini dulunya pernah damai, namun sayangnya, belum lama ini kerap dikotori oleh debu pertempuran dan siul jerit kematian.

Musuh mereka barusan, Kerajaan Qingfeng, telah merencanakan serangan ini dengan matang. Selama bertahun-tahun, dendam yang mengalir dari perbatasan yang disengketakan dan keserakahan atas kekayaan alam Lianyun semakin menumpuk, hingga akhirnya meledak dalam satu ledakan pertempuran.

Alhasil Qingfeng mengutus jenderal terbaik mereka, Lian Xu, demi merebut kekuasaan atas Lianyun. Mereka tak hanya menginginkan tanah, tetapi juga ingin menghancurkan nama, sejarah, hingga harapan rakyat Lianyun, terutama Dinasti Yao, selaku pemegang kekuasaan tertinggi di kerajaan itu.

Selama berminggu-minggu, medan pertempuran berubah menjadi lautan darah. Pasukan Lianyun, meskipun terbiasa dengan kerasnya pegunungan, mulai goyah di bawah gempuran musuh. Benteng mereka yang kokoh bergetar, ribuan tentara kehilangan nyawanya, lantaran diserbu dari segala penjuru. Namun mereka mampu bertahan, karena Kaisar Yao Zhenghua pernah berkata, bahwa kekalahan bukanlah sebuah pilihan, kita hidup di Baishan atau mati.

Dalam bising pertempuran besar itu, langit yang mendung kini menjadi pertanda akhir, diikuti oleh hujan deras yang menyapu darah, sekaligus menjadi saksi bisu bagi sepuluh ribu lebih pasukan Qingfeng yang akhirnya ditarik mundur.

...[Yao Chen : Bayangan Iblis di Istana Lianyun]...

Beberapa waktu setelah perang besar terjadi, barak utama Kerajaan Lianyun kini dipenuhi oleh sorak kemenangan. Yao Mingzhe, dengan wajah kalem, duduk berhadapan dengan Yao Liangcheng, adik sepupunya yang terlihat berapi-api.

“Aku yakin mereka semua gentar ketika melihatku di garis depan,” dalam posisi bertelanjang dada, pemuda dengan kain jin hitam yang terikat kuat oleh tali renda di kepala itu berkata dengan tawa sombong, memamerkan pedang berkilauan di genggamannya. “Kerajaan Qingfeng tak pernah tahu apa yang menghantam mereka. Aku menghabisi pasukan kavaleri mereka seperti sekumpulan serangga. Mereka bukanlah tandingan ku!”

Di depan saudaranya yang berdiri bangga, Yao Mingzhe hanya membalas dengan senyuman tipis lalu menaikkan salah satu kakinya ke atas meja kecil. Melihat luka ringan di kaki Yao Mingzhe, seorang perawat wanita segera membasuh dan membalutnya dengan kain.

“Kau selalu saja berlebihan, Yao Liangcheng. Lantas, bagaimana nasib saudara kita itu? Aku belum melihatnya kembali ke barak.”

Yao Liangcheng tertawa keras, menahan perut. Membuat dua perawat wanita di kanan-kiri, kesulitan untuk mengobati luka di punggungnya. “Saudara kita? Yao Chen? Kak, yang benar saja, dia mungkin sudah terkubur bersama pasukannya! Aku melihat seluruh divisinya lenyap saat gelombang serangan pertama menghantam. Jika dia masih hidup, itu akan menjadi sebuah keajaiban yang lebih besar dari apapun. Bahkan Dewa Surgawi pun tak akan sanggup bertahan dari hujan panah sebanyak itu."

"Itu salahmu Yao Liangcheng... ." Yao Mingzhe juga terlihat menahan tawa di tengah kejaimannya. "Bagaimana kita menceritakan ini pada paman besar Yao Lin?"

Yao Liangcheng tertegun sejenak, menatap kilauan di pedangnya sebelum kembali tersenyum. "Kita ceritakan saja pada ayahku jika putra sulungnya itu tewas secara terhormat."

"Mulutmu jelek sekali," balas Yao Mingzhe sambil melempar saudaranya itu dengan segenggam kain yang kotor.

Saat tawa Yao Liangcheng menggema, pintu besar barak terbuka dengan kekuatan yang membuat mereka berdua terdiam. Yao Fenlong melangkah masuk, wajahnya tegas tanpa emosi. Mata tajamnya memandang lurus ke depan, mengabaikan tatapan semua orang, termasuk kedua pemuda itu. Yao Mingzhe yang menyadari kehadirannya, lantas berdiri, mendekati ayahnya dengan hormat.

“Ayah, apakah semua musuh telah mundur?” Yao Mingzhe bertanya, tapi Yao Fenlong tidak segera menjawab. Jenderal berusia 50-an itu terus melangkah menuju ruangan pribadinya, diikuti bayangan besar tubuhnya yang masih berbalut zirah, menelan cahaya masuk dari luar.

“Yao Lin dan Guangyao sedang membersihkan pasukan Qingfeng yang tertinggal,” jawabnya tanpa menoleh. "Aku akan menulis laporan untuk Kaisar Yao Zhenghua."

Yao Mingzhe hanya terdiam, ingin bertanya lebih lanjut, namun ia terlebih dahulu melihat sosok lain yang muncul di ambang pintu. Sosok yang membuat nafasnya tersendat. Begitu pula dengan Yao Liangcheng yang sebelumnya penuh tawa, kini memucat, rona merah diwajahnya terlihat begitu membara. Ditambah tatapan tajam yang tak bisa beranjak sedikit pun dari saudara tirinya itu.

Hua Huifang, perlahan masuk, memapah suaminya yang berlumuran darah dan kotoran.

"Hua Huifa— maksudku... istriku," panggil Yao Chen. "Aku baik-baik saja, ini hanya luka goresan kecil ketika aku tadi tersandung."

Namun istrinya tidak menanggapi perkataannya, ia justru membalas tatapan tajam ke arah Yao Mingzhe dan Yao Liangcheng.

Yao Chen merasakan nafas berat Hua Huifang di pundaknya, namun yang lebih berat lagi adalah beban dari tatapan saudara-saudaranya. Tangannya bergetar ketika mencoba menopang tubuhnya, tapi rasa sakit yang menjalar di kaki memaksanya untuk tetap bergantung pada istrinya. Tubuh barunya terlalu lemah.

"Kau selamat," suara Yao Mingzhe lirih namun menusuk. "Si bodoh yang tak pernah belajar dari kesalahan rupanya masih beruntung kali ini."

Yao Chen tertawa kecil dalam hati. Mingzhe, selalu saja penuh sarkasme... Sepertinya kau memang cerminan dari sebuah kebijaksanaan yang cacat. Aku sudah mengetahui bagaimana dirimu berakhir di masa depan. Walaupun awalnya terasa mengerikan, berpindah tubuh ke dalam dunia novel favorit ku ternyata lebih menarik dari yang aku kira.

"Beruntung?" Hua Huifang masih melotot dengan tatapan yang sama ke arah Mingzhe, seolah melempar tombak guntur dari matanya. "Kau sepertinya lupa, Mingzhe. Sejak awal suamiku tidak pernah bergantung pada keberuntungan. Dia punya keahlian yang tidak kau miliki. Kau hanya belum menyadarinya. Terlebih lagi, Kaisar Yao Lin akan melantiknya menjadi penerusnya suatu hari nanti."

Yao Liangcheng, yang berdiri tak jauh, mendengus sambil mengayunkan pedangnya. "Yao Chen menjadi Kaisar? Wow! Jika Yao Chen yang memimpin, aku yakin seluruh divisi akan ikut tersandung bersamanya. Itulah kenapa mereka bisa mati begitu cepat!"

"Lagipula... keahlian apa yang dimiliki dari seorang pangeran yang tidak dapat berkultivasi, aku harap kau masih hidup ketika kita menjarah ke benteng Kerajaan Qingfeng musim depan."

Yao Chen bisa merasakan darahnya mendidih, bukan karena hinaan itu, namun karena cara Liangcheng mengatakannya dan bisa-bisanya tebakannya benar jika dirinya baru saja tersandung—membuatnya malu. Selain itu, cecunguk yang satu ini juga tidak memanggilnya kakak. Yao Chen benar-benar ditenggelamkan oleh kerabatnya sendiri. Selalu begitu.

"Saudara kita ini memang spesial," Yao Mingzhe melipat tangannya di dada. "Tidak semua orang bisa dilahirkan cacat, kan?"

“Tapi sudahlah, Liangcheng. Kita tak perlu memperkeruh suasana bahagia ini. Bagaimanapun, Yao Chen masih di sini. Aku yakin ada alasan kuat dari Dewa mengapa dia selamat... walaupun agak sulit dipercaya. Sekarang biarkan mereka lewat.”

...[Yao Chen : Bayangan Iblis di Istana Lianyun]...

Waktu berlalu dengan cepat, membawa desir kedamaian malam yang perlahan menguasai seluruh istana. Langit yang semula dihiasi dengan semburat jingga, kini telah berubah menjadi gelap, hanya diterangi oleh sepotong bulan sabit yang menggantung di cakrawala.

Setelah melewati hari yang begitu melelahkan, baik secara fisik, maupun mental, Yao Chen akhirnya dapat menikmati waktu untuk dirinya sendiri, setidaknya mendapatkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan raga barunya.

Tubuhnya kini berbaring santai diatas kasur mewah yang dipenuhi bantal satin. Seprei berbahan sutra segera menyentuh kulitnya, wangi dari Bunga Xianglan segera tercium, ditambah teksturnya yang lebih lembut dari bulu domba, tentu memberikan kenyamanan yang tiada duanya.

"Ini hari pertama yang gila," bisiknya, sambil terus memutar telunjuknya ke langit-langit.“Dunia ini penuh dengan kekejaman, diluar maupun di dalam kastil. Sebuah tamparan keras untuk seseorang yang telah terbiasa duduk di atas kursi roda sepertiku."

Matanya menerawang ke sekeliling ruangan. Segala detailnya terpahat sempurna, tirai emas, meja kayu dengan ukiran naga, perabotan mahal, semua jauh di luar jangkauan hidupnya di dunia sebelumnya.

"Lucu sekali," pikir Yao Chen, "Setidaknya kamar ini lebih besar daripada apartemen kecilku dulu. Haish... kenapa aku tidak jadi tokoh utamanya saja... kenapa harus jadi Yao Chen."

Disaat yang sama, pikirannya terhenti sejenak, setelah terdengar suara langkah kaki berjalan mendekati pintu kamar. Awalnya, ia mengira itu hanyalah salah satu pelayan yang biasa lewat, tetapi ada sesuatu yang berbeda dari suara langkah itu... terdengar lebih ringan, lebih anggun.

Yao Chen segera menoleh ke arah pintu, dan pemandangan di depannya membuat darahnya mendesir kencang. Hua Huifang muncul di ambang pintu, tubuhnya yang ramping sempurna hanya diselimuti kain tipis putih yang nyaris tidak menutupi apapun. Rambutnya tergerai di bahu, dan mata yang terkesan mengintimidasi itu memandang lurus ke arah Yao Chen, menerobos langsung ke dalam jiwa, membuat sekujur tubuhnya terasa panas.

"Ini buruk... sangat buruk, bahkan lebih menyeramkan dari menghadapi seratus Yao Fenlong sekaligus," pikir Yao Chen dalam hati. Dia tahu melawan seratus Yao Fenlong pun adalah hal tergila dalam hidupnya. Namun ketika teringat bagaimana cara tokoh Yao Chen mati di dalam novel, momen yang kini berjalan, terasa begitu dekat dengan kematiannya.

Tanpa berpikir jernih, dia melompat dari kasur, tubuhnya yang lemah dan belum terbiasa langsung terhuyung. Selimut yang menjerat kaki membuatnya tersandung, dan dengan gerakan yang sama sekali tidak keren, Yao Chen terjerembab mencium lantai dengan bunyi yang begitu keras, menimbulkan kerutan di kening istrinya.

“Benarkah... ini suamiku?”

Terpopuler

Comments

David Muchsin Syahril

David Muchsin Syahril

keren ceritanya...

2024-12-30

1

Alan

Alan

Seru banget, ayo cepat update next chapter nya thor! 🤩

2024-09-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Liu Xiaotian
2 Bab 2 - Darah dan Cinta
3 Bab 3 - Liu Xiaotian Bukanlah Yao Chen
4 Bab 4 - Pil Peningkat Xuanhua
5 Bab 5 - Yao Liangcheng
6 Bab 6 - Buku Panduan Yao Chen
7 Bab 7 - Master Alkimia dan Tabib Terbaik
8 Bab 8 - Master Alkimia dan Tabib Terbaik 2
9 Bab 9 - Yao Mingzhe
10 Bab 10 - Peta Takdir
11 Bab 11 - Manusia Salmon
12 Bab 12 - Sang Ratu Iblis
13 Bab 13 - Berurusan Dengan Orang Yang Salah
14 Bab 14 - Nasib Baifeng
15 Bab 15 - Tetaplah Disini, Bersamaku Selamanya
16 Bab 16 - Zhang Yi
17 Bab 17 - Maafkan Aku
18 Bab 18 - Darah dan Rindu
19 Bab 19 - Serpihan Memori
20 Bab 20 - Kenyataan Buruk Namun Menyejukkan
21 Bab 21 - Menggali Kuburan Sendiri Demi Kehormatan
22 Bab 22 - Tokoh Utama
23 Bab 23 - Kakek Ompong Penuh Wawasan
24 Bab 24 - Xiaolian dan Cincin Ajaib
25 Bab 25 - Kegelapan Adalah Kekuatan
26 Bab 26 - Pendekar Tabib Alkemis
27 Bab 27 - Minu
28 Bab 28 - Orang Yang Sama, Namun Berbeda
29 Bab 29 - Orang Yang Sama, Namun Berbeda 2
30 Bab 30 - Akar Persahabatan
31 Bab 31 - Delusi
32 Bab 32 - Keluarga
33 Bab 33 - Ikatan Takdir
34 Bab 34 - Cinta Dua Abad
35 Bab 35 - Minu 2
36 Bab 36 - Restu Tabib Pendekar
37 Bab 37 - Musuh Lama Telah Kembali
38 Bab 38 - Jeritan di Balik Kabut
39 Bab 39 - Jeritan di Balik Kabut 2
40 Bab 40 - Seruling Malam
41 Bab 41 - Seruling Malam 2
42 Bab 42 - Kakak Yang Terlewatkan
43 Bab 43 - Selingkuh
44 Bab 44 - Liontin
45 Bab 45 - Cincin Penghasil Domba
46 Bab 46 - Suara Hati
47 Bab 47 - Duel
48 Bab 48 - Awal dari Sebuah Akhir
49 Bab 49 - Jejak Tanpa Batasan
50 Bab 50 - Dua Nyawa Satu Hati
51 Bab 51 - Paranoid
52 Bab 52 - Master Mesum-ku Berulah Lagi
53 Bab 53 - Xiaolian dan Huifang
54 Bab 54 - Xiaolian dan Huifang 2
55 Bab 55 - Wuchang
56 Bab 56 - Pesta Sambutan
57 Bab 57 - Pesta Sambutan 2
58 Bab 58 - Terlupakan
59 Bab 59 - Kembalinya Lawan Sebanding
60 Bab 60 - Keputusan Kaisar Yao Lin
61 Bab 61 - Istriku, Masterku
62 Bab 62 - Rencana Yao Chen
63 Bab 63 - Perkenalan Anggota Kultus
64 Bab 64 - Perkenalan Anggota Kultus 2
65 Bab 65 - Teman Baru Xiaolian
66 Bab 66 - Kegelapan di Langit Qingfeng
67 Bab 67 - Hua Wuying
68 Bab 68 - Hua Wuying 2
69 Bab 69 - Kebangkitan Baifeng
70 Bab 70 - Wu Mingyan
71 Bab 71 - Eksperimen Hua Wuying Melawan Mingyan
72 Bab 72 - Berkhianat atau Manipulasi?
73 Bab 73 - Bai dan Mingyan
74 Bab 74 - Pidato Putra Baifeng
75 Bab 75 - Confess
76 Bab 76 - Tepi Jurang
77 Bab 77 - Persiapan Yao Chen
78 Bab 78 - Persiapan Yao Chen 2
79 Bab 79 - Firasat Buruk
80 Bab 80 - Janji Bai Ling
81 Bab 81 - Zhou Fei dan Teka-teki
82 Bab 82 - Takdir Gelap
83 Bab 83 - Atas Izin Kaisar
84 Bab 84 - Saudara Yao
85 Bab 85 - Mahakarya
86 Bab 86 - Pengkhianat Yang Berkhianat
87 Bab 87 - Lingmen Shengdao
88 Bab 88 - Alur Dalam Genggaman
89 Bab 89 - Alur Dalam Genggaman 2
90 Bab 90 - Pertemuan Dua Dewa
91 Bab 91 - Bayangan Iblis di Istana Qingfeng
92 Bab 92 - Bawahan Setia Ratu Iblis
93 Bab 93 - Bawahan Setia Ratu Iblis 2
94 Bab 94 - Bawahan Setia Ratu Iblis 3
95 Bab 95 - Yaner & Baifeng
96 Bab 96 - Kekuatan Domain
97 Bab 97 - Domain Wu Ye Jiao
98 Bab 98 - Domain Wu Ye Jiao II
99 Bab 99 - Domain Wu Ye Jiao III
100 Bab 100 - Domain Wu Ye Jiao IV
101 Bab 101 - Domain Wu Ye Jiao V
102 Bab 102 - Domain Wu Ye Jiao VI
103 Bab 103 - Domain Wu Ye Jiao VII
104 Bab 104 - Domain Wu Ye Jiao VIII
105 Bab 105 - Domain Wu Ye Jiao IX
106 Bab 106 - Domain Wu Ye Jiao X
107 Bab 107 - Bunuh atau Mati
108 Bab 108 - Bunuh atau Mati II
109 Bab 109 - Bunuh atau Mati III
110 Bab 110 - Bunuh atau Mati IV
111 Bab 111 - Bunuh atau Mati V
112 Bab 112 - Bunuh atau Mati VI
113 Bab 113 - Melawan Xing Tian
114 Bab 114 - Melawan Xing Tian II
115 Bab 115 - Melawan Xing Tian III
116 Bab 116 - Melawan Xing Tian IV
117 Bab 117 - Melawan Xing Tian V
118 Bab 118 - Melawan Xing Tian VI
119 Bab 119 - Melawan Xing Tian VII
120 Bab 120 - Melawan Xing Tian VIII
121 Bab 121 - Melawan Xing Tian IX
122 Bab 122 - Raja Terakhir
123 Bab 123 - Raja Terakhir II
124 Bab 124 - Raja Terakhir III
125 Bab 125 - Raja Terakhir IV
126 Bab 126 - Warisan dan Kehidupan Baru
127 Pesan Author
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Bab 1 - Liu Xiaotian
2
Bab 2 - Darah dan Cinta
3
Bab 3 - Liu Xiaotian Bukanlah Yao Chen
4
Bab 4 - Pil Peningkat Xuanhua
5
Bab 5 - Yao Liangcheng
6
Bab 6 - Buku Panduan Yao Chen
7
Bab 7 - Master Alkimia dan Tabib Terbaik
8
Bab 8 - Master Alkimia dan Tabib Terbaik 2
9
Bab 9 - Yao Mingzhe
10
Bab 10 - Peta Takdir
11
Bab 11 - Manusia Salmon
12
Bab 12 - Sang Ratu Iblis
13
Bab 13 - Berurusan Dengan Orang Yang Salah
14
Bab 14 - Nasib Baifeng
15
Bab 15 - Tetaplah Disini, Bersamaku Selamanya
16
Bab 16 - Zhang Yi
17
Bab 17 - Maafkan Aku
18
Bab 18 - Darah dan Rindu
19
Bab 19 - Serpihan Memori
20
Bab 20 - Kenyataan Buruk Namun Menyejukkan
21
Bab 21 - Menggali Kuburan Sendiri Demi Kehormatan
22
Bab 22 - Tokoh Utama
23
Bab 23 - Kakek Ompong Penuh Wawasan
24
Bab 24 - Xiaolian dan Cincin Ajaib
25
Bab 25 - Kegelapan Adalah Kekuatan
26
Bab 26 - Pendekar Tabib Alkemis
27
Bab 27 - Minu
28
Bab 28 - Orang Yang Sama, Namun Berbeda
29
Bab 29 - Orang Yang Sama, Namun Berbeda 2
30
Bab 30 - Akar Persahabatan
31
Bab 31 - Delusi
32
Bab 32 - Keluarga
33
Bab 33 - Ikatan Takdir
34
Bab 34 - Cinta Dua Abad
35
Bab 35 - Minu 2
36
Bab 36 - Restu Tabib Pendekar
37
Bab 37 - Musuh Lama Telah Kembali
38
Bab 38 - Jeritan di Balik Kabut
39
Bab 39 - Jeritan di Balik Kabut 2
40
Bab 40 - Seruling Malam
41
Bab 41 - Seruling Malam 2
42
Bab 42 - Kakak Yang Terlewatkan
43
Bab 43 - Selingkuh
44
Bab 44 - Liontin
45
Bab 45 - Cincin Penghasil Domba
46
Bab 46 - Suara Hati
47
Bab 47 - Duel
48
Bab 48 - Awal dari Sebuah Akhir
49
Bab 49 - Jejak Tanpa Batasan
50
Bab 50 - Dua Nyawa Satu Hati
51
Bab 51 - Paranoid
52
Bab 52 - Master Mesum-ku Berulah Lagi
53
Bab 53 - Xiaolian dan Huifang
54
Bab 54 - Xiaolian dan Huifang 2
55
Bab 55 - Wuchang
56
Bab 56 - Pesta Sambutan
57
Bab 57 - Pesta Sambutan 2
58
Bab 58 - Terlupakan
59
Bab 59 - Kembalinya Lawan Sebanding
60
Bab 60 - Keputusan Kaisar Yao Lin
61
Bab 61 - Istriku, Masterku
62
Bab 62 - Rencana Yao Chen
63
Bab 63 - Perkenalan Anggota Kultus
64
Bab 64 - Perkenalan Anggota Kultus 2
65
Bab 65 - Teman Baru Xiaolian
66
Bab 66 - Kegelapan di Langit Qingfeng
67
Bab 67 - Hua Wuying
68
Bab 68 - Hua Wuying 2
69
Bab 69 - Kebangkitan Baifeng
70
Bab 70 - Wu Mingyan
71
Bab 71 - Eksperimen Hua Wuying Melawan Mingyan
72
Bab 72 - Berkhianat atau Manipulasi?
73
Bab 73 - Bai dan Mingyan
74
Bab 74 - Pidato Putra Baifeng
75
Bab 75 - Confess
76
Bab 76 - Tepi Jurang
77
Bab 77 - Persiapan Yao Chen
78
Bab 78 - Persiapan Yao Chen 2
79
Bab 79 - Firasat Buruk
80
Bab 80 - Janji Bai Ling
81
Bab 81 - Zhou Fei dan Teka-teki
82
Bab 82 - Takdir Gelap
83
Bab 83 - Atas Izin Kaisar
84
Bab 84 - Saudara Yao
85
Bab 85 - Mahakarya
86
Bab 86 - Pengkhianat Yang Berkhianat
87
Bab 87 - Lingmen Shengdao
88
Bab 88 - Alur Dalam Genggaman
89
Bab 89 - Alur Dalam Genggaman 2
90
Bab 90 - Pertemuan Dua Dewa
91
Bab 91 - Bayangan Iblis di Istana Qingfeng
92
Bab 92 - Bawahan Setia Ratu Iblis
93
Bab 93 - Bawahan Setia Ratu Iblis 2
94
Bab 94 - Bawahan Setia Ratu Iblis 3
95
Bab 95 - Yaner & Baifeng
96
Bab 96 - Kekuatan Domain
97
Bab 97 - Domain Wu Ye Jiao
98
Bab 98 - Domain Wu Ye Jiao II
99
Bab 99 - Domain Wu Ye Jiao III
100
Bab 100 - Domain Wu Ye Jiao IV
101
Bab 101 - Domain Wu Ye Jiao V
102
Bab 102 - Domain Wu Ye Jiao VI
103
Bab 103 - Domain Wu Ye Jiao VII
104
Bab 104 - Domain Wu Ye Jiao VIII
105
Bab 105 - Domain Wu Ye Jiao IX
106
Bab 106 - Domain Wu Ye Jiao X
107
Bab 107 - Bunuh atau Mati
108
Bab 108 - Bunuh atau Mati II
109
Bab 109 - Bunuh atau Mati III
110
Bab 110 - Bunuh atau Mati IV
111
Bab 111 - Bunuh atau Mati V
112
Bab 112 - Bunuh atau Mati VI
113
Bab 113 - Melawan Xing Tian
114
Bab 114 - Melawan Xing Tian II
115
Bab 115 - Melawan Xing Tian III
116
Bab 116 - Melawan Xing Tian IV
117
Bab 117 - Melawan Xing Tian V
118
Bab 118 - Melawan Xing Tian VI
119
Bab 119 - Melawan Xing Tian VII
120
Bab 120 - Melawan Xing Tian VIII
121
Bab 121 - Melawan Xing Tian IX
122
Bab 122 - Raja Terakhir
123
Bab 123 - Raja Terakhir II
124
Bab 124 - Raja Terakhir III
125
Bab 125 - Raja Terakhir IV
126
Bab 126 - Warisan dan Kehidupan Baru
127
Pesan Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!