...HAPPY READING YAAA...
Sabtu malam itu, cafe sangat ramai dikunjungi oleh pasangan-pasangan yang menghabiskan malam di sana. Karelina bahkan tidak ada hentinya melayani, hingga waktu sudah menunjukkan untuk tutup, ia baru bisa beristirahat. Deniar sekarang pun menjadi seorang pekerja keras.
Karelina dan Deniar bersiap untuk pulang. Keduanya mengenakan jaket tebal karena angin malam yang sangat dingin. Sudah hampir larut, keduanya mengucapkan selamat tinggal pada rekan lainnya.
Saat baru sampai di luar pintu cafe, seseorang menghentikan langkah keduanya. Itu Gana, laki-laki humoris yang dimiliki cafe. Ia tersenyum pada Karelina yang memutar tubuh untuk melihatnya. "Besok libur sekolah, kan?" tanya lelaki itu, sedikit malu-malu.
Karelina menanggapinya dengan anggukan kecil. "Mau gak kalau besok keluar sama aku? Jalan-jalan," kata Gana, kemudian ia tidak sengaja menatap Deniar yang menyorot tajam dan membuatnya sadar. "Berdua."
Gadis itu cukup terkejut dan bingung. Ia pun melihat Deniar sekilas, lelaki itu tidak menatap ke arahnya. "Em berdua?" tanya Karelina, memastikan.
"Iya."
Karelina bingung. Jadi, ia menganggukkan kecil. "Aku lihat besok, ya," ujar gadis itu.
Gana pun hanya setuju, ia tidak berani memaksa Karelina. "Hubungi aku, ya!" pinta Gana, sebelum melambai pergi meninggalkan mereka berdua.
Karelina menatap Deniar yang ternyata juga sedang menatapnya. "Apa kamu lapar?" tanya Deniar.
"Iya, sedikit," jawab Karelina. "Kamu mau makan?"
Deniar mengangguk, dengan memasang wajah melas kelaparan. Padahal, tadi ia mencuri daging di freezer dapur dan ketahuan Karelina. "Ayo, cari makan dulu!" ajak gadis itu, dan mendapat anggukan semangat dari Deniar.
Karelina menggandeng tangan Deniar karena jalanan masih ramai, takutnya laki-laki itu hilang atau berjaga-jaga dengan kejadian yang mungkin di luar dugaan. Karelina masih waspada bila Deniar kelaparan dan akan memakan manusia di sini, hanya itu yang dipikirkan ketika keluar rumah.
"Kenapa ada banyak pasangan malam ini?" celetuk Deniar.
"Karena besok adalah hari libur dan mereka tidak perlu pergi bekerja atau ke sekolah. Makanya, mereka bebas menikmati malam ini," jawab Karelina, seadanya karena ia pun sebenarnya kurang tahu alasan jelasnya. Sebab, ini sudah terjadi sejak lama bahkan sebelum ia lahir.
Deniar hanya menganggukkan kepalanya. "Ah!" Dia berhenti tiba-tiba membuat Karelina terkejut dan sontak menghentikan langkah. Pria itu menunjuk ke arah seberang jalan. "Daging besar!" celetuk Deniar.
Saat Karelina mengikuti arah kemana jari telunjuk Deniar berada, ia hanya mendapati seorang memakai kostum daging panggang dengan beberapa potongan daun bawang menaburinya. Benda itu berdiri di sebuah toko yang cukup sepi. Gadis itu menepuk jidat. "Itu bukan daging sungguhan," ucap Karelina.
Deniar langsung menatapnya dengan mata bulat. "Bukan?" Karelina menggeleng. "Lalu, apa aku bisa memakannya?" tanyanya.
"Tidak." Jawaban yang Karelina berikan benar-benar membuat Deniar kecewa. Lelaki itu mengerucutkan bibirnya. Dia memegangi perutnya yang kelaparan.
Tidak tega, Karelina menepuk kepala lelaki tinggi di depannya itu untuk menenangkan. "Baiklah, aku bawa kamu makan di sana," ujar Karelina, membuat Deniar membulatkan mata dan berbinar. "Ayo!" Karelina pun menggandeng tangan lelaki itu untuk menyebrang.
Sesampainya di sana, Deniar justru berhenti di depan daging panggang besar itu dan menatapnya. "Aku bisa memakannya, sekarang?" tanyanya pada Karelina.
Karelina menggelengkan kepala dan langsung menarik Deniar untuk masuk. Sedangkan orang yang memakai kostum daging itu, hanya memandangi karena terkejut seseorang akan memakannya, dan dia berpikir Deniar adalah seorang berkebutuhan khusus.
.....
Matahari yang hangat telah terbit dari arah timur. Cahayanya menyelinap ke dalam ruangan, memberikan penerangan. Karelina yang masih memejamkan, merasakan sinar mentari mengenai wajahnya, alisnya pun mulai berkerut. Dia meregangkan ototnya, kemudian bangun secara perlahan.
Karelina membuka mata, mendapati Deniar tersungkur di lantai. Gadis itu langsung beranjak turun. "Ada apa?" tanyanya, berjongkok di depan lelaki itu.
Seolah tidak berdaya, Deniar mengangkat wajah murungnya. "Beri aku makan!" pekiknya.
Manik Karelina membulat. Ia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10. Dia kesiangan, sangat terlambat untuk membuat sarapan.
Karelina berpikir sejenak, Deniar sedang kelaparan dan mungkin saja akan memakannya. Dia segera berdiri dan menjauh. "Kamu tadi mau makan aku?" seloroh Karelina.
Deniar terkejut. "Tidak, kok!" Dia menjawab dengan tegas dan menekankan kalimatnya. "Aku hanya akan membangunkan kamu," ucap Deniar.
Berpikir cepat. "Aku masakkan kamu sebentar!" Karelina bergegas, ia kalut karena takut hal yang diwaspadai akan terjadi.
Tidak punya banyak makanan, Karelina hanya menggoreng sosis dan telur. Setidaknya bisa membuat kenyang manusia serigala itu sementara. Kenapa Deniar tidak makan sayuran juga, Karelina punya banyak sekali di belakang rumah. "Apa aku ubah dia jadi herbivora, ya?" gumamnya.
Karelina berlari kecil menuju kamarnya dengan sepiring makanan di tangannya. Ternyata, Deniar masih tetap di posisi sebelumnya. Karelina pun menyodorkan makanan itu pada Deniar dan lelaki itu pun langsung menyantapnya dengan lahap.
Bagaimana jika Karelina lebih terlambat bangun tadi? Mungkin, sudah dimangsa Deniar.
"Aku ingatkan kamu sekali lagi, ya!" ujar Karelina. "Jangan masuk kamar aku sembarangan seperti tadi!"
"Kalau mau masuk, ketuk pintu dulu!" Ini juga kesalahannya karena lupa mengunci pintu tadi malam.
"Aku gak akan makan kamu, kok, meski kelaparan," sahur Deniar. "Kan kamu sudah menolong aku. Jadi, aku akan kontrol diri aku untuk kamu, dan melakukan apa yang kamu suruh sebagai balas jasa aku."
Mendengarnya, cukup membuat Karelina tenang. Namun, tetap saja ia harus berhati-hati karena Deniar itu serigala, hewan buas yang sulit dijinakkan. Tapi, Deniar terlihat sangat berbeda apalagi lelaki itu katanya pemimpin di golongannya.
Karelina masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Deniar juga masih belum memberitahunya bagaimana ia bisa sampai di sini, lelaki itu juga seperti tidak melakukan usaha apapun.
"Astaga!" Karelina terlonjak kaget, ia lupa punya janji dengan seseorang. Gana pasti menunggunya.
Gadis itu berlari ke kamar mandi dengan handuk bersamanya. Ia segera membersihkan diri. Setelah itu, saat dia keluar dari sana, Deniar masih duduk di lantai memperhatikan pergerakannya. "Kamu? Kenapa masih di sini? Ayo keluar!" celetuk Karelina.
Deniar hanya menurut tanpa menyahuti. Dia keluar dari kamar Karelina dan meninggalkan piring bekas makannya. Karelina menggelengkan kepala melihatnya, kemudian menutup daun pintu untuk segera ganti pakaian.
Sweater rajut berwarna putih dan celana jeans, serta rambut yang diikat kepang dengan pita berwarna biru. Riasan tipis di wajahnya membuat gadis itu terlihat cantik natural. Saat ia membuka pintu, lelaki itu benar-benar mengejukannya.
Deniar berdiri tegap di depan pintunya, menatap Karelina yang keluar dengan tatapan tajam. "Ada apa lagi?" tanya Karelina. "Aku akan keluar, kamu tunggu di rumah saja."
"Pergi bersama laki-laki dengan lumut di kepala?" celetuk lelaki itu, tanpa Karelina ketahui. "Rambutnya ada hijau."
Karelina berdecak. "Panggil dia Gana, Deniar!"
Gana memang sedikit memberi warna hijau di rambutnya.
Deniar menggeleng. "Bisa aku pergi juga?"
"Tidak."
"Baiklah. Kamu pergi aku ikut diam-diam."
"Kalau diam-diam tidak usah bilang!" Karelina berdecak kesal. Dia mengerutkan kening dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Di rumah saja kamu!" pinta Karelina.
"Aku tidak bisa sendirian," celetuk Deniar.
"Kenapa?"
"Karena, seseorang sedang mencariku."
"Siapa?"
"Aku merasakan kedatangannya kemarin malam."
Sialnya, Karelina menuruti permintaan lelaki itu dan tidak jadi pergi hanya demi menjaga Deniar agar keberadaannya tidak diketahui.
Deniar tidak mau mereka menemukannya telebih dahulu karena takutnya kalau yang datang itu musuhnya. Jadi, Deniar ingin mengetahui terlebih dahulu siapa yang datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments