03. Menjaganya

...HAPPY READING ...

Gadis dengan rambut diurai itu jongkok di depan kelas. Jemari tangannya mengikat tali sepatu yang lepas. Saat itu, Karelina hendak pergi istirahat. Ia melihat sepasang kaki berdiri di depannya. Ketika ia mendongak, memperlihatkan sosok laki-laki tinggi.

Karelina pun berdiri, menyapa laki-laki itu dengan senyuman tipis. "Ke kantin, Kar?" tanya Noel, teman seangkatannya sejak di sekolah menengah. Laki-laki dengan tinggi 175 itu terlihat tampan dengan rahang kokoh, hidung mancung, alis tebal terukir, dan bibir tebal. Rambutnya pun selalu rapi disisir ke belakang. "Bareng, yuk!"

Gadis itu dengan malu-malu menjawab dengan anggukan kecil. Lalu, keduanya berjalan bersama menuju kantin. Sudah biasa, mereka berdua selalu bersama.

Sejak memasuki sekolah, mereka selalu bersama karena satu kelas. Namun, meski sekarang tidak sekelas, Karelina dan Noel masih sering bersama. Kebersamaan yang selalu menyenangkan, membuat Karelina nyaman pada sosok Noel yang begitu baik dan perhatian padanya, sebab Noel tak bersikap sama pada orang lain.

Rasa sukanya sudah ada sejak kelas dua. Meski sudah satu tahun lebih, Karelina menyembunyikannya. Ia tidak mau bila Noel mungkin menolaknya dan membuat persahabatan mereka bubar.

"Kamu mau beli apa? Biar aku yang pesan, ramai soalnya," ujar Noel pada Karelina saat sampai di pintu depan Kantin, yang terlihat sesak karena banyak antrean.

"Gak apa-apa? Ramai banget itu," jawab Karelina.

Noel menggelengkan kepala. "Ramen seperti biasa?"

Karelina menjawabnya dengan anggukan. Gadis itu membeli ramen secara rutin, dua hari sekali dan Noel sudah menghafalnya. "Tanpa nori, ya," pesan Karelina. "Lagi gak pengen soalnya."

Noel langsung maju meninggalkan Karelina. Ia adalah siswa yang cukup terkenal karena menjadi ketua di tim bola basket. Siapa yang tidak mengenal seorang Noel, si tampan dan berbakat itu. Ketika ia mendekat pada kerumunan itu, mereka seolah memberi jalan, merelakan perut laparnya agar sang pujaan hati bisa memesan tanpa kesusahan.

Melihatnya, Karelina cukup terkejut karena itu benar-benar seperti kerumunan ikan yang terbelah. Dan, Noel kembali padanya dengan mudah, dan dua mangkuk ramen di tangan.

.....

Rembulan yang bersinar itu bertengger di langit gelap dan sunyi. Sebuah cafe dengan nuansa kuno, hari ini ramai pengunjung. Karelina bekerja di sana, melayani pembeli dengan sangat ramah. Tanpa ia sadari, seorang laki-laki di luar sana selalu melihat ke arahnya tanpa beralih sedikit pun.

Ditemani air suci, Deniar terus memandangi gadisnya yang seperti dalam bahaya karena kesusahan melayani begitu banyak pembeli. "Dia aneh," gumam Deniar, yang tidak sengaja pandangannya tertuju pada seorang pria di dalam sana.

Pergerakan pria itu seperti akan melakukan sesuatu, dia berusaha agar tidak ada orang lain yang melihat.

Benar saja, pria itu memasukkan sebuah ponsel ke dalam saku celananya, kemudian mengendap-endap keluar cafe. Namun, tanpa ia duga, Deniar berdiri menghadang. "Maaf, permisi," ucap pria itu pada Deniar. Ia ingin lewat sisi lain, tetapi Deniar bergeser mengikuti pergerakan pria tersebut.

Dari dalam sana, seorang rekan kerja Karelina bertanya pada gadis itu. "Lihat ponsel Pak Deon gak?" tanyanya.

Karelina menggelengkan kepala. "Gak lihat."

Pak Deon datang dari dalam dapur. "Ponsel saya hilang. Tadi di tas itu," ucapnya, menunjuk sebuah kursi di tengah ruangan. Ia salah penempatan. "Siapa yang curi?"

Dari luar cafe, Deniar masuk dengan membawa pria tadi yang hampir kabur. Ia membawanya ke hadapan Pak Deon.

Karelina mengerutkan kening. "Ada apa?" tanya Karelina pada Deniar.

"Dia mengambil sesuatu," ucap Deniar.

Pak Deon yang sigap, segera memeriksa pakaian pria itu yang berusaha memberontak. Ia merasakan sebuah benda kotak di saku celana pria tersebut dan langsung mengambilnya. Benar saja, itu adalah ponsel miliknya. "Kamu mencuri," kata Pak Deon.

Insting manusia serigala itu benar-benar kuat.

Pak Deon pun menyuruh seorang karyawan untuk membawa pria pencuri itu ke pihak berwajib. Manager cafe itu pun menatap Deniar, yang dikenalnya sebagai teman Karelina. "Bagaimana kamu tahu dia mencuri?" tanyanya. "Kamu sepertinya punya insting yang kuat."

"Teman saya mungkin tadi tidak sengaja melihatnya, Pak," sahut Karelina, takutnya bosnya itu curiga.

"Pak, sepertinya, cafe kita butuh seorang penjaga agar kejadian ini tidak terulang kembali," ujar seorang karyawan. "Untung hari ini pelakunya tertangkap."

Pak Deon mengangguk-anggukkan kepala, menyetujui saran karyawannya itu. "Boleh." Lelaki itu pun melihat ke arah Deniar. "Bagaimana? Apa kamu mau bekerja di sini?" tawarnya.

Karena tidak mengerti, Deniar menatap Karelina yang hanya diam. Lalu, ia menganggukkan kepala tanda menurut saja.

Ya, sebenarnya Karelina cukup takut bila Deniar harus sering bertemu manusia, tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Mungkin, sekarang Deniar bisa bersikap normal layaknya manusia biasa. Namun, bagaimana bila tiba-tiba lelaki itu memangsa? Karelina menghawatirkannya.

Sesampainya di rumah, Karelina menghembuskan napas panjang. Tubuhnya yang lelah, ia rebahkan di atas kasur kamarnya. Namun, pintunya terbuka begitu saja membuatnya terkejut dan langsung bangun. "Ada apa?" tanya Karelina, pada sosok manusia serigala di ambang pintu.

Wajahnya melas. "Apa aku membuat kesalahan sehingga kamu marah?" ujar Deniar.

Karelina membantin, lelaki itu benar-benar peka. "Tidak."

"Tapi, kamu mendiami aku sejak pulang tadi."

Baiklah, Karelina menyerah. "Ke sini!" pintanya, yang kemudian dituruti lelaki itu untuk ikut duduk di sampingnya. "Kenapa kamu setuju soal tawaran bekerja tadi?"

Deniar menautkan alisnya, kemudian menggelengkan kepala. "Aku hanya ... menerimanya karena agar bisa membantu kamu."

"Dan, menjaga kamu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!