Hampir dilecehkan

Matahari sudah mulai bergerak turun tanda waktu sudah sore, namun pemilik tubuh cantik itu masih meringkuk diatas kasur setelah pagi tadi membersihkan halaman panti asuhan bersama yang lainnya.

"Mal... bangun udah sore lo nggak berangkat kerja?"

Malvia tak bergeming, mungkin masih asik dengan mimpi indahnya.

Chloe sudah jengah karna sudah 3 kali membangunkan Malvia tapi tidak ada tanda-tanda anak itu mau bangun jadi akhirnya di tinggal lah gadis itu.

Sampai pada pukul setengah 4 barulah Malvia bangun, dia mengumpulkan nyawanya yang baru saja mengarungi mimpi lalu meraih handphone nya yang ada diatas bantal.

"Ampun!" pekik Malvia kaget karna tau jam sudah menunjukan pukul 15:37 Malvia menepuk keningnya lalu segera bangun dan lari ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.

Tidak sempat kalau harus mandi di sini nanti saja di sana kalau sempat dia akan mandi. Semoga saja pak Rian mau memaklumi dan semoga juga Hanzie tidak datang hari ini.

Malvia menguncir rambutnya asal tanpa menyisir lalu meraih tasnya dan langsung menghambur keluar kamar.

"Mbak jangan lari-lari!" teriak Bintang

"Iya buru-buru kok mbak Chloe gak bangunin sih dia kemana?"

"Gak tau mbak, tapi katanya udah di bangunin"

"Masa sih, pinjem sepeda ya!"

"Iyaa" teriak Bintang ikutan panik.

Malvia langsung menyambar sepeda Bintang yang terparkir di halaman panti, untung saja jaraknya dekat paling kalo gak telat Malvia biasa jalan kaki sama Ratih, kan rumah Ratih cuma beda 3 rumah dari sini.

Sampai di Coffee shop Malvia sudah di sambut oleh pak Rian.

Pak Rian menunjuk-nunjuk jam yang melingkar ditangannya.

"Jam berapa Mal?"

"Maaf pak"

"Alasan?"

"Ketiduran"

"Di tunggu bos diatas"

Malvia mengangguk lalu segera masuk kedalam, ternyata Hanzie sudah datang. Mampus!

"Hei Mal, dari mana aja kok baru muncul?" tanya Ratih yang sedang membersihkan meja dapur.

"Ketiduran Rat"

"Nggak di bangunin sama nyokap lo?" tanya David menyahuti.

Malvia hanya tersenyum sambil menggeleng, lalu dia meletakkan tas di loker dan segera naik ke lantai atas untuk menghadap Hanzie.

Dia mengetuk pintu.

"Masuk!"

Malvia pun masuk kedalam sambil menunduk karna dia tau dia salah kali ini.

Disana ternyata tidak hanya ada Hanzie, tapi ada seorang pemuda seumuran Hanzie yang sedang duduk di samping kursi kerja milik Hanzie, sepertinya lebih menyeramkan dari pada Hanzie.

"Kenapa? Tanpa izin tanpa apa tiba-tiba telat 1 jam lebih jangan anggap remeh pekerjaanmu!"

"Maaf mas"

"Kamu bersihkan kamar mandi lantai 2!"

Malvia mengangguk, dia segera keluar. Sementara Hanzie kembali menatap layar lap top nya.

"Karyawan lo?"

Hanzie mengangguk, Jansen menatap pintu dengan senyum samar.

Hanzie meliriknya.

"Jangan macem-macem disini, dia masih polos"

"Dikit aja boleh kan, gue mau kenalan sama gadis polos gimana ya rasanya"

Hanzie hanya menggeleng-gelengkan kepala, sementara Jansen beranjak dari kursinya ingin menyusul Malvia.

"Hello" sapa Jansen di ambang pintu kamar mandi yang sedang di bersihkan Malvia. Malvia hanya melihat sebentar lalu mengangguk kecil sebagai tanda menanggapi.

"Siapa namamu"

"Malvia mas"

Jansen tertawa mendengar ucapan Malvia yang seperti gadis desa, memanggilnya dengan sebutan 'mas'.

"Kenalin gue Jansen, temennya si bangsat"

Jansen mengulurkan tangannya, Malvia membalas dengan ragu.

"Bangsat?"

"Hanzie"

"Ohh"

Jansen mengeratkan jabatan tangannya sambil menatap wajah Malvia dengan penuh arti, Malvia mencoba melepaskan.

"Maaf mas, mau bantu bersihin kah?"

"Haha lo lucu ya, gue tunggu disini"

Jansen melepas jabatan tangannya, Malvia segera masuk lagi kedalam dan mulai menggosok, dia risi karna Jansen masih ada di ambang pintu sambil menatapnya ini lebih menakutkan dari pada berada di lantai 2 sendirian.

"Mas gak punya kerjaan?"

Jansen menaikkan sebelah alisnya.

"Saya bersihin kamar mandi apa yang harus di lihat? "

"Oh come on, you're so beautiful and i like it"

"Saya gak tau mas ngomong apa saya tutup ya pintunya"

"Biarin gue masuk kalo gitu"

Malvia menggeleng cepat, mana lagi Hanzie kenapa kutu kupret ini gak dicari malah di biarin keluyuran.

Malvia menutup pintunya tapi belum sampai tertutup penuh, Jansen mendorong pintunya dan menerobos masuk lalu menutup pintu dari dalam, menyisakan dia dan si cantik Malvia.

Oh ini sungguh yang dia inginkan.

Malvia mundur hingga mentok ke bak air.

"Mas kok masuk, beneran mau bantuin saya bersih-bersih?" tanya Malvia mencoba tidak panik.

Jansen menyeringai lalu menyentuh pipi kanan Malvia, tentu saja si pemilik pipi langsung menampik tangan Jansen.

"Mas jangan macam-macam"

"Lo masih perlu menjelajahi dunia sayang, supaya tau rasa yang nikmat"

"Apa maksudnya?"

Jansen langsung menarik tangan Malvia dan meraih tengkuknya supaya Jansen bisa leluasa mencium gadis yang baru saja di kenal nya beberapa menit lalu.

"Mas, tolong!" teriak Malvia.

Jansen berusaha mencium bibir Malvia yang masih suci, sementara Malvia menggeleng-gelengkan kepala supaya bibirnya tak menyentuh bibir Jansen.

Klek..

Pintu kamar mandi dibuka, menampilkan sosok Hanzie yang membuat Malvia lega karna saat itu juga Jansen melepaskan Malvia.

"Tolol gue bilang apa tadi"

"Lo ngrusak urusan gue bangsat!"

Hanzie menyeret Jansen untuk keluar dari kamar mandi sementara Malvia nafasnya tak beraturan karna tubuhnya gemetar takut, serta air matanya yang ikut keluar.

"Ngapain lo bertindak sejauh itu? Lo bilang cuma kenalan?"

"Ayolah Han, lo paling tau sifat gue masa iya gue menyia-nyiakan gadis cantik yang masih fresh"

"Awas kalo lo berani biar gimanapun Mavin itu karyawan gue, dia berada dalam lindungan gue kalo terjadi sesuatu padanya di dalam Coffee shop"

Jansen memutar bola mata, mungkin lain kali saat bertemu di jalan supaya Hanzie tak mengganggunya.

Hanzie menyusul Malvia yang masih berdiri kaku di tempatnya sedari tadi.

"Mavin!"

Tidak ada sahutan.

Malvia tetap berdiri kaku tanpa merubah ekspresi nya.

"Mavin! "

Hanzie menarik tangan Malvia keluar dari kamar mandi, Malvia tersadar dan langsung mengusap sisa air matanya.

"Si tolol itu udah lecehin kamu?"

"Nggak"

"Saya minta maaf, kamu lanjutin saya akan mengurusnya"

Hanzie melangkah pergi, Malvia masuk kedalam kamar mandi lagi dan menutup pintunya serta menguncinya dari dalam, dia takut kalau Jansen kembali lagi.

Sungguh ini menyakitkan sekali, meskipun Jansen tak berhasil melakukannya tapi ada kemungkinan kedua jika dia datang lagi kesini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!