The Coffee Spot
Malvia berjalan keluar dari panti asuhan yang dia tinggali selama ini dia bekerja di sebuah Coffee shop yang selalu ramai pengunjung, kebanyakan yang datang adalah anak-anak muda yang masih bersekolah, karena selain kopi Coffee shop ini menyediakan wifi gratis.
Malvia segera mengganti bajunya dengan seragam kerja, Coffee shop itu buka mulai pukul 3 sore sampai pukul 11 malam, dan hari ini Malvia akan izin, karena harus menemani bu Anggi.
"Mal, besok gue nggak masuk kerja" ucap Ratih, teman kerja Malvia
"Kenapa Rat kok nggak masuk? "
"Gue diajak kerumah Kris yang di Palembang"
"Oh, jadi nginep?"
"Iya soalnya kan sini ke sana itu jauh, nggak mungkin cuma sejam dua jam kan"
"Ya hati-hati aja deh kalo udah diajak pulang, ntar setannya ngikut"
"Idih tenang aja Mal aman"
"Haha ya udah yuk kedepan"
Ketika baru buka seperti ini, tugas Malvia dan Ratih adalah menyapu dan setelah itu akan di pel oleh David dan Amel.
Pemilik Coffee shop itu masih muda kira-kira usia 28 tahunan dia seorang laki-laki blesteran Belanda-Indonesia rupanya tampan khas orang Belanda, namun dia jarang sekali mengunjungi Coffee shop tapi dia mempercayakan pengelolaan pada pak Rian, tangan kanan nya.
"Eh Mal!"
Ratih meninju bahu Malvia, membuat Malvia menghentikan kegiatan menyapu nya
"Apa sih Rat, sakit tau"
"Itu ada mas Hanzie didepan baru nyampek"
Malvia langsung menghadap kedepan, benar saja Hanzie berjalan memasuki Coffee shop, dia terlihat sangat berwibawa meski hanya memakai baju santai dan kaca mata hitam.
Keduanya terpesona menatap Hanzie, hingga sapunya di anggur kan.
"Sore mas" ucap Malvia dan Ratih secara bersamaan
Hanzie hanya mengangguk tanpa menoleh dia berjalan terus keatas, ruangan diatas memang hanya ada ruangan bos selebihnya mungkin hanya gudang sebagai tempat menyimpan barang-barang rusak meskipun tempatnya luas.
"Aduh Mal gue gak bisa napas Mal ganteng banget bos"
"Sama Rat jadi lebih ganteng banget tau nggak"
"Iya Mal, kalo dia tiap hari disini gue palingan gak pernah izin nggak masuk"
"Hadehh sadar dong sadar lo kan udah punya Kris nah yang itu bagian gue hehe"
"OOEEE!!!!! "
Gertak David, Malvia dan Ratih sampai menjatuhkan sapunya karna kaget.
"Duh apa apaan sih ngagetin aja"
"Nyapu tuh nyapu malah ngegosip aje"
"Sirik aja yuk Mal"
Malvia mengangguk, mereka pun melanjutkan kegiatannya.
*
Pukul 6 malam dengan senang hati Malvia naik keatas ingin menemui Hanzie, meski dia takut karna memang lantai 2 jarang sekali di pijak kaki tapi karna ada Hanzie disana jadi nyalinya melebar.
Malvia mengetuk pintu dengan hati-hati, dan dia masuk setelah ada sahutan dari dalam.
"Sore Mas Hanzie"
Hanzie hanya melirik sebentar lalu kembali menatap layar lap top nya.
"Kenapa? "
"Saya mau izin"
"Izin kenapa? "
"Mau menghadiri undangan mas"
"Ini kan masih jam kerja? "
"Maaf mas ada kepentingan sebentar, lagi pula saya udah janji sama ibu pan... "
Malvia langsung menutup mulutnya memang bosnya ini tidak tau jika Malvia tinggal dipanti selama ini, teman kerja pun tak ada yang tau kecuali Ratih.
"Maksud saya ibu saya mas, dia minta saya buat nemenin ke undangan"
kali ini Hanzie mendongak, lalu berdiri sambil menutup lap top nya.
"Keliatan sekali kalo kamu bohong"
"Enggak mas sumpah beneran saya ke undangan jamuan makan malam sama ibu saya"
"Oke, tapi saya boleh minta tolong?"
"Boleh minta tolong apa mas?"
"Ruangan ini tiap sore bersihin tadi kotor banget ketauan kalo gak pernah dimasukin jadi kayak gudang"
"Iya mas soalnya takut disini kan jarang di... "
Malvia menutup mulutnya lagi, terlalu jujur dia bisa gawat.
"Takut sama apa pokoknya saya mau mulai besok ruangan saya di bersihin tiap hari, karna mulai sekarang tiap hari saya bakal ada disini"
"Iya mas jadi saya boleh izin kan sekarang"
"Jam berapa sekarang?"
"Jam 6.17 mas"
"Ya udah sana!"
"Makasih banyak mas saya pamit"
Hanzie mengangguk, Malvia segera keluar dari ruangan Hanzie.
Setelah sampai rumah dia harus siap dalam waktu setengah jam saja.Malvia bukan tipe wanita yang suka sekali make up jadi mungkin hanya perlu sedikit sentuhan seperti merapikan alis dengan pensil alis, menjepit bulu mata, sedikit eyeliner, maskara, bedak tipis dan terakhir lipstiknya, begitu saja sudah membuat Malvia cantik karena memang dari bayi Malvia sudah cantik.
Bunyi pintu kamar di ketuk.
Malvia membuka pintu tepat setelah ia selesai berdandan, bu Anggi ternyata, ibu panti yang sudah dia anggap seperti ibu kandung.
"Sudah siap nak?"
"Udah bu baru selesai"
"Yuk berangkat"
Malvia mengangguk, mereka berjalan menuju halaman rumah panti pak Bram dan Arion sudah menunggu dimobil.
Bu Anggi duduk didepan bersama Pak Bram sementara Malvia duduk dibelakang bersama Arion, si anak kandung bu Anggi.
Arion menoleh ketika Malvia masuk, sampai mobil berjalan pun Arion masih menatap Malvia, membuat Malvia menoleh heran.
"Kenapa?"
"Umurmu berapa sih mbak?"
"Kamu nanya?" Arion berdecak sebal sambil membuang muka.
"21" jawab Malvia kemudian
"Ohh"
"Masih imut gitu ya?" goda Malvia
Malvia menaik turun kan sebelah alisnya, Arion menatap kedepan.
"Orang nanya doang"
"Heleh bilang aja mukaku baby face, gitu aja susah ngomongnya"
Arion hanya membuang muka malas menanggapi kakak angkatnya yang pede nya luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Muhammad Ari
keren thor, ijin promo ya, jgn lupa mampir dan baca novel dg judul "sudden kiss" ya... 😇😇😇
2020-07-25
0