Tidak semudah mengupas kulit bawang

Daniel sedang bersama keempat temannya, di lapangan basket, yang tidak begitu jauh dari gedung baru yang digunakan para mahasiswa baru sebagai kelas untuk setiap mata kuliah. Mata lelaki itu tidak melepas pandangannya pada sosok Hellena yang sedang duduk bersama seorang temannya di tangga gedung sambil membaca buku. "Daniel, lu sawan atau kenapa sih? Daripada kayak orang bengong. Liatin siapa?" Sewot Niko, karena sedari tadi jujur dia sedikit terganggu dengan tingkah Daniel yang duduk dalam diam. Kenapa harus terganggu dengan orang yang diam? Karena itu bukan Daniel yang mereka kenal.

"Kalo gue suka sama cewek wajar ga sih?"

"Ga wajar kalo yang lu suka itu Pak Sapto." Sahut Ravelo.

"Lebih ga wajar kalo selama ini lu sukanya sama kita-kita yang ada disini." Sambung Julian.

"Gue serius, kocak."

"Lu suka sama siapa? Mahasiswa baru yang duduk ditangga gedung depan?" Tebak Diego mencari keberanan. Diantara mereka berlima yang paling waras hanyalah Diego dan Daniel selebihnya dibawah ambang kegilaan.

"Kalau iya, gimana menurut kalian? Agak kaget ga sih tiba-tiba gue suka sama cewek?"

"Emang dulu lu suka cowok?" Tanya Niko lalu mendapatkan toyoran dari Ravelo. "Lu ngomong suka ga difilter dulu, pelan-pelan bisa?"

"Gue dari dulu belum pernah setertarik ini sama cewek sih? Kemaren gue sama dia di perpustakaan."

"PERPUSTAKAAN?! KAPAN?!" Tanya mereka kompak terkecuali Diego.

"Kemaren pas lu nelpon gue." Jawab Daniel sambil melirik julian. Mereka masih kaget tapi pandangan mereka semua tertuju pada Hellena yang masih duduk di tangga. Seorang lelaki menghampiri Hellena dengan es macha ditangannya, lalu memberikan es tersebut kepada Hellena. Mereka duduk berdua karena teman perempuan Hellena pergi setelah lelaki itu datang.

"Ikut gue." Perintah Daniel, beranjak pergi menuju ke arah mereka Hellena.

Gadis itu masih bercengkerama dengan temannya, Andre. Kebetulan mereka satu kelompok pada tugas mandiri sehingga mereka memang dibeberapa waktu akan sering bersama untuk berdiskusi. Sekelompok lelaki berjalan menghampiri mereka tanpa permisi duduk diantara mereka. Hellena sangat terkejut dengan wajah datarnya, dia berusaha untuk tidak mengeluarkan ekspresi apapun.

"Abang-abang sekalian ada perlu apa ya sama kita berdua?" Tanya Andre dengan sopan.

"Gue ga ada urusan sama lo, tapi sama Hellena." Tidak hanya Andre yang tercengang tapi semua yang ada disitu. Hellena menaikan alisnya meminta penjelasan apa yang Daniel dan teman-temannya butuhkan darinya? Perasaan gadis itu tidak memiliki urusan apapun dengan mereka.

"Oh baik, Bang. Kalau begitu saya pamit duluan."

"Andre, kemana? Disini aja temanin aku sekalian." Pinta Hellena, lelaki itu ingin menemaninya tapi tatapan Daniel lebih menakutkan dari tatapan Pak Santoso dosen Kimia pagi tadi.

"Perihal buku yang Hellena pinjam ya, Bang? Bukunya ada dirumah ga Hellena bawa soalnya ada beberapa yang belum Hellena catat di binder."

"Bukan perihal buku." Tangan Daniel meminta semua temannya untuk meninggalkan mereka, hanya berdua. Entah sejak kapan mereka semua telah menghilang dalam sekejap mata.

"Jadi perihal apa ya, Bang?"

"Kalau lagi sama aku bisa ga usah pakai kata saya?"

"Tapi, Bang. Saya kan... "

"Aku yang minta. Pakai aku kamu itu better dibandingkan saya-sayaan, aku bukan dosen atau orang tua."

"Ini canggung banget, mana jam kuliah masih lama lagi." Monolog Hellena dalam hati. Entah apa tujuan Daniel tapi Hellena tidak terlalu nyaman.

"Yaudah, Abang ada perlu apa sama Hellena?" Tanya gadis itu lembut.

"Ga ada, Abang ga ada urusan apapun sama kamu."

"Tadi Abang bilang ada urusan."

"Itukan tadi bukan sekarang, Helena." Jawab Daniel. Lelaki itu teringat akan satu hal. "Perihal semalam, maaf ya. Ga sengaja kepencet."

Hellena langsung paham kemana arah pembicaraan ini "Iya, gapapa." Sambungnya. Setelah itu, tidak ada pembicaraan apapun, Hellena sibuk dengan bukunya sedangkan Daniel sibuk memperhatikan Hellena. Gadis cantik itu melirik arlojinya, lima menit lagi kelas berikutnya akan dimulai. Ia menyimpan buku kedalam tasnya lalu matanya melirik Daniel yang entah sejak kapan terlelap. Tidur dalam posisi duduk? Apa senyaman itu? Ga sakit? Ia memberanikan diri untuk membangunkan Daniel dengan menepuk pelan pundaknya.

"Bang, aku ada kelas bentar lagi. Bangun, nanti leher abang sakit kalo kelamaan posisi tidurnya kaya gitu." Ucapnya saat Daniel mengucek matanya. "Oke, abang juga mau pulang." Jawabnya. Hellena hanya tersenyum menanggapi balasan dari Daniel.

Yosea dan Hellena sedang berada di Mall, sekedar untuk refreshing. Kebetulan keduanya hanya memiliki kelas siang jadi untuk sore sampai malam mereka memiliki waktu yang banyak untuk memanjakan mata mereka di gedung yang besar ini.

"Kuliahmu gimana, Len? Capek banget ga sih jadi maba teknik?"

"Banget, cuman hari ini doang jadwalku sebentar, selebihnya sampai sore semua. Mana jadwalnya dari pagi." Hellena sedikit mengeluh, salah sepertinya dia memilih teknik sebagai jurusan yang ingin dia tempuh. Baru beberapa bulan tapi sudah sangat melelahkan.

"Ada yang lagi dekatin kamu, ga?"

"Dekatin gimana?" Tanya Hellena polos.

"Cowok sekelas atau seniormu, mungkin. Aku tau kamu masih ada difase itu, Len. Tapi ga ada salahnya buat coba, kasian sama diri kamu sendiri kalo kamu masih kepikiran itu terus, kasian ke dianya juga."

"Aku juga berusaha kok, Yos. Aku berusaha bangkit dan melupakan semuanya yang kemaren."

Yosea merangkul Hellena dengan begitu hangatnya, dia tahu betul apa yang Hellena alami selama setahun terakhir ini. "Jadi gimana ada yang dekatin kamu, ga? Atau mau aku kenalin sama temen-temen aku aja. Takutnya kamu risih sama cowok teknik yang terkenal buaya itu."

Hellena sedikit berpikir "Aku ga tau, tapi ada satu cowok yang akhir-akhir ini berusaha dekatin aku." lanjutnya.

Yosea sangat tertarik dengan topik pembicaraan ini. Ia antusias sambil memakan es krim ditangannya.

"Siapa?"

"Senior, dia yang bantuin aku buat dapetin buku yang aku pinjam beberapa hari yang lalu. Besok rencana mau aku balikin ke dia."

"Katamu pinjam ke perpustakaan."

"Iya, perpustakaan tapi peminjamnya dia bukan aku. Jadi, aku harus balikin buku itu ke dia."

"Terus kamunya gimana? Tertarik?"

Hellena menghela napas pelan "Aku belum ada kepikiran kesitu. Ya udah yuk jalan lagi aku mau beli baju yang ada disana." Jawab Hellena sembari menarik tangan gadis disampingnya.

Yosea sangat mendukung jika benar lelaki itu mendekati Hellena untuk sebuah hubungan, dia juga tidak ingin Hellena terlalu larut dalam kesedihan masalalu. Dia juga tidak bisa berbuat banyak, karena sebuah hubungan dijalani orang kedua pihak jadi apapun itu hanya Hellena punya keputusan penuh untuk urusan hatinya, yang terpenting Hellena sudah mulai bisa menerima apa yang terjadi di masalalu. Melupakan apa yang terjadi tidak semudah melepas kulit bawang.

Terpopuler

Comments

haha kaget banget dia, pasti di circle pertemanan ada aja kayak dia, heboh.

2024-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!