"Kak, kita baru kemarin menikah. Aku rasa tidak baik membicarakan tentang perceraian." Ucap Nayra setelah beberapa saat diam.
"Aku mohon jangan egois, Nay. Tolong mengerti aku. Coba kamu yang ada diposisi aku, menikah dengan wanita yang tidak kamu cintai! Bagaimana rasanya?" Tekan Darian.
Nayra tersenyum tipis, namun kedua matanya berkaca-kaca. Meski ialah yang menciptakan dramanya, tapi kenapa rasanya sesakit ini mendengar semua ucapan suaminya. "Dan coba Kak Rian yang ada di posisi aku sebagai wanita? Setelah dinodai lalu dicampakkan begitu saja!" Balasnya, menatap sang suami tanpa kedip.
Darian memalingkan wajah. "Aku tidak mencampakkan kamu, Nay. Aku sudah bertanggungjawab dan aku rasa itu sudah cukup!" Tegasnya.
Nayra menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, "Terima kasih sudah mengantarku. Kak Rian pula saja. Aku akan pulang sendiri nanti." Ujarnya mengalihkan pembicaraan, lalu turun dari mobil.
Darian memukur stir mobil, kesal. Sekarang ia baru melihat isi lain Nayra yang ternyata keras kepala. Setelah Nayra menutup kembali pintu mobil, ia pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah sakit.
Untuk beberapa saat Nayra masih berdiri ditempatnya memandangi kepergian mobil suaminya dengan nanar. Apa yang harus ia lakukan sekarang, di satu sisi ia mencintai Darian, namun disisi lain ia juga tidak tega melihat suaminya itu merasa tertekan. Akan tetapi ia tidak bisa mengajukan gugatan cerai seperti permintaan sang suami karena dirinya tak lebih dari sebuah pion yang dikendalikan oleh pemainnya.
Nayra melangkah memasuki rumah sakit begitu mobil suaminya tak terlihat lagi. Melangkah dengan gontai menuju ruangan dimana adiknya dirawat.
"Kak," Dion menerbitkan senyum melihat kedatangan kakaknya. Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu.
"Gimana keadaannya hari ini, Dek?" Tanya Nayra yang telah berdiri di sisi brankar.
"Udah enakkan, Kak. Gak kayak biasanya lemes mulu gak ada tenaga." Dion terkekeh pelan. Ia yang semula rebahan mengubah posisi duduk bersandar. "Oh ya, Kak. Tadi kata dokter, 3 hari lagi aku sudah boleh pulang."
"Alhamdulillah, kakak seneng banget dengernya." Nayra memeluk adiknya seraya mengusap-usap pundak. Karena adiknya inilah ia terpaksa menjebak Darian demi uang yang jumlahnya tidak sedikit untuk biaya pengobatan adiknya. Dan semuanya tidak sia-sia saat mendengar sendiri dari adiknya tentang perkembangannya selama beberapa hari dirawat di rumah sakit dan tentunya mendapat pengobatan terbaik.
Setelah cukup lama berada di rumah sakit, Nayra pun berpamitan pulang. Ia merasa tidak enak jika harus berlama-lama meninggalkan rumah, apalagi sekarang mungkin Darian sudah berada di rumah mengingat tadi ia meminta suaminya itu pulang.
.
.
.
Sejak meninggalkan rumah sakit, Darian terus mengemudikan mobilnya tak tentu arah. Bahkan sudah beberapa kali ia melewati jalanan yang sama, hingga ia merasa lelah dan berhenti di depan sebuah cafe yang merupakan tempat favoritnya bersama Vanessa.
Dari dalam mobil ia menatap setiap orang yang silih berganti keluar masuk ke cafe itu. Mendesahkan nafas panjang sambil memijat batang hidungnya. Hampir setiap hari ia dan Vanessa datang ke cafe itu, menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk ngopi dan mengobrol banyak hal. Tapi sekarang semuanya berubah setelah apa yang terjadi antara dirinya dengan Nayra.
Menghabiskan beberapa menit hanya dengan duduk di dalam mobil, Darian pun menghidupkan mesin mobilnya. Mungkin sebaiknya ia menenangkan diri di tempat lain. Namun, sebuah mobil yang baru saja datang membuatnya mengurungkan niat untuk pergi.
Mematikan mesin mobil lalu keluar, mempercepat langkahnya ketika melihat Vanessa keluar dari mobil. "Nessa, panggilnya sambil tersenyum.
Vanessa menoleh, ekspresi wajahnya langsung berubah begitu melihat siapa yang memanggilnya. "Kak Rian," gumamnya.
"Aku pikir, kamu tidak akan pernah datang lagi ke tempat favorit kita. Tapi ternyata kamu datang." Ucap Darian, senyumnya semakin mengembang. "Aku tahu, kamu pasti merindukan kebersamaan kita, kan? Aku juga, Nessa. Aku juga sangat merindukan... ." Ucapannya terjeda begitu seorang laki-laki keluar dari mobil Vanessa tepat dari bagian kemudi. "Nessa, dia siapa?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu. Dari ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.
"Dia Kak Vero, anak temannya Papa." Jawab Vanessa.
Darian kembali menatap Vanessa, "Kenapa kamu bisa pergi bersama dia?" Tanyanya.
"Memangnya kenapa, Kak?" Bukannya menjawab, Vanessa justru bertanya balik. Bukankah terlalu egois jika masih melarangnya bersama laki-laki lain, sementara dia sendiri sekarang telah beristri. Benar kata papanya bahwa Darian bukanlah laki-laki yang tepat untuknya. Buktinya saja, Darian yang selalu mengatakan mencintainya tapi malah meniduri perempuan lain.
Darian menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar, "Nessa, jangan bilang kalau kamu ingin membalas ku? Kamu tidak tahu bahwa apa yang terjadi diantara aku dan Nayra itu karena ketidaksengajaan. Aku tidak sadar waktu itu, aku mengira Nayra adalah... ."
"Cukup, Kak. Tidak usah menjelaskan apapun lagi." Potong Vanessa. "Sekarang Kak Rian sudah punya istri, dan tidak salah, kan, jika aku juga ingin mencari pasangan hidup?"
"Nessa, aku mohon jangan seperti ini. Aku dan Nayra akan segera bercerai dan kita bisa bersama lagi." Ucap Darian penuh permohonan.
"Aku akan semakin kecewa jika Kak Rian sampai melakukan itu. Aku juga perempuan, bisa merasakan apa yang dirasakan Kak Nayra."
Darian mengusap wajahnya kasar, "Jadi mau kamu apa, Nessa?"
"Aku mau kita jalani hidup kita sendiri-sendiri." Jawab Vanessa lalu menghampiri Vero yang menunggunya. Pria itu tersenyum sambil mengulurkan tangan, Vanessa pun menyambutnya juga dengan tersenyum.
"Dia siapa?" Tanya Vero.
"Itu Kak Rian, kakak sepupuku." Jawab Vanessa.
"Oh," Vero pun tersenyum pada Darian. Tadi ia pikir laki-laki itu adalah teman dekat Vanesa yang bisa saja menjadi saingannya. Apalagi keduanya tadi mengobrol dengan suara pelan sehingga ia tidak bisa mendengar apa yang mereka berdua bicarakan.
"Kami duluan ya," pamit Vero lalu segera mengajak Vanessa masuk ke cafe.
Darian menatap kepergian mereka dengan tajam. Kemudian melayangkan kepalan tangannya di udara sambil mengumpat. Dadanya terasa sesak saat tadi mendengar Vanessa mengakuinya hanya sepupu. Dan tak hanya itu, bahkan Vanessa juga mengajak laki-laki lain ke tempat favorit mereka. Apakah harus seperti ini akhir kisah cintanya bertepuk Vanessa.
Darian pun akhirnya pulang dengan perasaan kesal. Namun, ia bertekad akan kembali menemui Vanessa untuk membujuknya. Ia yakin Vanessa hanya sedang marah dan ingin membalasnya, dan tidak bersungguh-sungguh untuk menjalin hubungan dengan Vero. Jika pun itu benar, ia tidak akan membiarkan begitu saja. Ia akan memperjuangkan dan mendapatkan Vanessa kembali. Dibalik itu ia juga harus menyelesaikan masalahnya dengan Nayra.
"Aku harus memaksa Nayra untuk segera mengajukan gugatan cerai!" Gumamnya. Menambah kecepatan laju mobilnya menuju rumah. Ia yakin sekarang Nayra pasti sudah pulang.
.....
Mohon maaf telat update. 🙏 Aku lagi sibuk packing barang, mau pindahan luar kota. Dan insyaallah besok otw Palembang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sanatun Eka Ayu Aprilya
yang nyuruh nayra raka apa yah, ayah biologis Darian.
.
hem, lanjut saja dehh
2024-09-06
0
Ilfa Yarni
emangnya vanesssa ank siapa kok dia bilang sepupu
2024-08-31
0
Septiyani Hasanah
aku masih berfikir yg jebak bpnya rian.cuman Nessa anaknya siapa sih apakah anaknya rafka mknya ga di bolehin ma Aska karena mereka satu BPK.klo sepupuan masih bisa tapi klo satu BPK kan ga Isa
2024-08-31
0