LH - 1 - Bad Boys

Kediaman keluarga Mahali.

 

 

Gadis cantik itu tampak kebingungan. Dia tengah melihat semua dokumen-dokumen pentingnya. Dibantu beberapa pria berbadan kekar dan berpakaian serba hitam. Mereka semua adalah orang-orang kepercayaan ayah dari gadis muda itu.

Berbanding terbalik dengan gaya keren mereka, pria-pria itu sedang membuka dan mencari-cari dokumen yang diinginkan nona Mahali.

"Nona Rastarani, anda melupakan raport SD anda," ucap salah seorang pria sembari melihat satu per satu lembaran sertifikat yang dipegangnya.

"Ah, jangan panggil aku Rastarani, itu ketuaan. Panggil saja Shica, Bang Dian," kata gadis bernama Shica itu.

"Ah, iya. Maafkan aku, Nona Shica." Pria bernama Dian itu mengkoreksi ucapannya.

"Bang Izal, sudah ketemu, belum raport SD-ku?" Tanya Shica.

"Belum," jawab pria bernama Izal itu.

Seorang pria paruh baya berjas hitam memasuki rumah Mahali. Melihat orang-orang itu memilah dokumen, pria itu mengernyit.

Melihat keberadaan tuan besar Mahali, semua pria itu berdiri lalu membungkukkan badan ke arahnya.

"Lanjutkan saja," kata tuan Ridan Mahali, ayahnya Shica.

Orang-orang itu membungkuk lagi kemudian kembali melaksanakan perintah.

"Sedang mengumpulkan persyaratan untuk masuk SMA?" Tanya Ridan pada putrinya.

"Iya, Pa." Shica menjawab tanpa menoleh sedikit pun pada ayahnya.

"Sinis sekali pada Papa," ketus Ridan.

Mendengar itu, Shica segera menoleh dan tersenyum manis, "Iya, Papaaaa."

Ridan tersenyum, "Bagus, kalau membutuhkan bantuan, Papa akan menghubungi SMA Hardiswara."

Shica mengangguk semangat, "Terima kasih."

Ridan mengangguk kemudian berlalu menaiki tangga.

"Ketemu!" Salah seorang pria itu menunjukkan raport SD milik Shica.

Dilihatnya foto kecil di bagian sudut bawah itu. Shica terlihat manis dengan rambut pendek di bawah telinga.

"Wah, Nona manis sekali." Pria-pria itu melihat foto tersebut.

Shica segera merebutnya, "Ah, kalian ini bicara apa. Terima kasih bantuannya."

"Baiklah, kami akan kembali bekerja, Nona."

"Iya, terima kasih, ya... Abang-abang baik dan ganteng."

Semua pria itu membungkukkan badan kepada nona mereka kemudian berlalu.

Shica memeriksa kembali berkas-berkas penting tersebut.

Lengkap!

Shica menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan.

Melihat berkas-berkas yang tidak terpakai itu masih berserakan, Shica menghela napas berat.

"Ah, aku lupa. Kenapa aku tidak meminta mereka membereskannya lagi... hemmm."

Terpaksa dia meminta bantuan para pelayan. Untungnya ada beberapa pelayan yang tidak terlalu sibuk.

Setelah semuanya selesai, Shica duduk di sofa dan memainkan ponselnya.

Tidak ada kontak orang asing di ponselnya. Hanya ada nomor keluarga besar Mahali dan anak-anak dari rekan kerja ayahnya.

Shica tidak memiliki seorang teman pun. Ridan dan Ratna, membatasi pergaulan Shica. Sebagai orang tua, mereka memperhatikan Shica dengan ketat.

Bukan tanpa alasan, sebagai keluarga pengusaha yang sukses, ada banyak orang yang ingin melakukan tindakan jahat pada keluarga Mahali.

Apalagi Shica adalah satu-satunya anak perempuan di rumah itu. Kedua kakak laki-lakinya sedikit diberi kebebasan mengingat mereka bisa menempatkan diri di posisi yang bagus.

Regar Mahali dan Rama Mahali, kedua laki-laki tampan itu memiliki kharisma dan pesona yang khas seperti keluarga Mahali pada umumnya. Jarang ada yang mau berurusan dengan mereka berdua.

Berbeda dengan Shica, gadis yang terlalu naif dan terlalu baik. Dia pernah berkali-kali hampir diculik orang.

Waktu Shica masih kecil, ada seorang kakek tua meminta makanan pada Shica. Tanpa merasa curiga, Shica memberikan rotinya pada kakek tua itu.

Dalam kesempatan itu, kakek tua yang ternyata sedang menyamar segera menculik Shica dan meminta uang tebusan.

Untung saja para polisi bertindak cepat, mengingat Ridan memiliki banyak koneksi dengan orang-orang penting demi menjaga keselamatan keluarganya.

Shica bisa diselamatkan.

Pernah juga waktu SD, Shica pulang sekolah jalan kaki. Waktu itu sopirnya telat menjemput. Karena takut dengan tukang ojek, Shica memilih berjalan kaki. Rumahnya juga tidak terlalu jauh dengan sekolah tempat dia belajar.

Ketika diperjalanan pulang sendirian, Shica melihat dua orang sedang memasukkan kotak kardus ke dalam mobil box.

Melihat keberadaan Shica, kedua orang itu meminta bantuan padanya untuk membawakan salah satu kardus. Saat mendekat, mereka menyergap Shica dan membawanya kabur.

Lagi-lagi orang yang menculik Shica itu meminta uang tebusan.

Kasus yang ini, polisi kesulitan mencari jejak si penculik. Namun, dengan segenap kemampuan yang ada, mereka bisa menemukan penculik itu membawa Shica sampai ke Surabaya.

Jakarta-Surabaya.

Itu membuat Ratna Mahali syok dan pingsan. Wanita itu dibawa ke rumah sakit.

Meskipun Shica sudah kembali dalam keadaan selamat, Ratna tetap dirawat. Dia menangis melihat putrinya yang terlihat kurus dan tidak terawat.

Itu sebabnya Shica sangat dimanja dan diperhatikan sampai sebegitunya.

Bukan hanya Shica, Regar dan Rama juga pernah diculik. Namun, mereka tidak sesering Shica. Mereka sering menghindari orang asing dan menolak berteman dengan sembarangan orang.

Sampai sekarang, Shica tidak menjalin pertemanan dengan siapa pun. Dia tertutup pada orang luar. Itu membuat orang-orang di sekitarnya menganggap Shica dan keluarga Mahali sombong.

Shica sudah kebal mendengar itu semua. Sejak SMP dia sering disebut sombong oleh teman-teman sekelasnya.

Ketika kabar itu sampai ke telinga Ridan, tentu saja dia marah dan meminta walikelas serta kepala sekolah memanggil murid-murid yang berani berkata demikian untuk ditegur dan berhenti melontarkan penghinaan pada keluarga Mahali.

Setelah mendapatkan teguran, tidak ada lagi yang berani mengatakan apa pun tentang keluarga Mahali.

Semua orang menghindari Shica dan tidak ada yang ingin berurusan dengan keluarga Mahali.

Meskipun terkenal baik dan hangat ketika bekerja di perusahaan, keluarga Mahali dikenal memiliki emosi yang kurang bagus, alias mudah tersinggung.

Shica menghela napas berat. Dia melemparkan ponselnya ke sofa lalu membaringkan tubuhnya dan menatap langit-langit ruang keluarga.

Shica membatin, sebentar lagi aku akan masuk SMA, apa akan menyenangkan? Orang bilang, masa yang paling menyenangkan itu adalah masa-masa di SMA.

Ah, sepertinya akan sama saja, ujar Shica dalam hati.

Jika ayahnya melakukan pertemuan, dia pasti mengajak Shica atau Rama. Regar tidak pernah ikut, karena tidak tertarik dengan acara makan malam yang menurutnya membosankan.

Shica disuruh mengakrabkan diri dengan anak dari rekan ayahnya. Namun, Shica tidak menyukai sikap mereka yang sombong dan seenaknya. Pada akhirnya, Shica sendirian lagi.

Dia hanya akrab dengan kedua kakak laki-lakinya. Mereka bertiga punya selisih usia 1 tahun.

Regar dan Rama memanjakan Shica seperti Ridan dan Ratna. Itu agar Shica merasa nyaman dan tidak perlu berbaur dengan sembarangan orang.

Terdengar suara langkah kaki dari high heels yang berirama mengetuk-ngetuk lantai.

Shica bangkit dan melihat ibunya datang. Tampaknya wanita itu baru pulang dari kantor.

"Aaahhh, capeee...." desar Ratna sambil duduk di samping putrinya.

Shica masih memperhatikan ibunya, "Mama lapar? Nanti aku minta pelayan untuk menyajikan makanan."

"Nanti saja, Papa sudah pulang?"

Shica mengangguk, "Ada rapat sehingga pulang lebih sore?"

Ratna menggeleng sambil membuka blazer abu-abu dari tubuh rampingnya, "Tadi Mama bertemu dengan teman lama. Kami membicarakan banyak hal."

Shica ber-oh-ria.

"Regar dan Rama sudah pulang?"

Shica mengedikkan bahunya, "Meskipun mereka sudah pulang, mereka tidak akan langsung ke rumah. Mungkin bermain dengan teman-teman mereka."

Dari nada bicaranya, Shica seolah merasa iri dengan apa yang didapat oleh kedua kakaknya.

Ratna menoleh. Dia menangkup wajah putrinya, "Sebentar lagi, Shica juga masuk SMA, bukan? Papa pasti mengizinkan kamu bergaul dengan teman yang seumuran."

"Benarkah?!" Tanya Shica semangat.

Ratna mengangguk, "Itu pun di bawah pengawasan Regar dan Rama."

Shica cemberut, "Sama saja."

Ratna mencubit pipi putrinya, "Kami melakukan ini karena kami sangat mengkhawatirkanmu, Shica."

Shica mengangguk, "Aku mengerti."

"Anak pintar!" Ratna mengusap rambut panjang putrinya kemudian berlalu dan berpapasan dengan suaminya.

"Pa?"

"Ma?"

Shica menoleh melihat kedua orang tuanya seperti baru saja melakukan pandangan pertama.

"Baru pulang?" Tanya Ridan.

"Iya, tadi Mama bertemu dengan teman lama. Ya sudah, Mama ke atas dulu, ya."

Setelah mendapat anggukkan dari suaminya, Ratna berlalu.

Ridan menghampiri putrinya, "Mana berkasnya, Ca?"

Shica menunjukkan berkas-berkas persyaratan masuk SMA Hardiswara.

Dilihatnya berkas-berkas itu dengan teliti oleh Ridan.

"Sertifikat penghargaan lomba-lomba kamu sewaktu di SMP mana? Kenapa tidak dimasukkan?" Tanya Ridan.

"Emm... itu... nanti saja."

Ridan menoleh pada Shica, "Nanti saja bagaimana?"

"Itu bisa menyusul, kan?" Shica menjawab dengan pertanyaan.

Ridan kembali memusatkan perhatiannya pada berkas-berkas di tangannya.

"Kenapa tidak sekalian? Kamu tidak boleh memendam bakat seperti ini."

Shica mencari alasan yang tepat untuk menjawa pertanyaan ayahnya, "Sertifikat penghargaannya belum di fotocopy."

"Dian," panggil Ridan.

Shica menepuk dahinya.

Pria yang tadi membantu Shica memilah berkas-berkas tersebut datang menghampiri tuan Mahali.

"Fotocopy semua dokumen tentang lomba-lomba yang pernah diikuti putriku. Setelah itu, kirimkan persyaratan ini ke SMA Hardiswara. Katakan saja ini langsung dariku." Perintah Ridan disanggupi Dian.

"Baik, Tuan."

Shica memutar bola matanya.

"Coba hubungi Regar dan Rama. Suruh mereka pulang. Kita harus makan malam bersama," kata Ridan.

"Kalau mereka tidak pulang?" Tanya Shica.

"Pintu rumah ini akan selamanya tertutup untuk kedua pria itu," ujar Ridan kemudian berlalu.

Mendengar ancaman mengerikan ayahnya, Shica bergidik ngeri.

Meskipun Ridan memanjakan Shica, itu tidak berlaku bagi putra-putranya. Regar dan Rama sering nakal dan melanggar peraturan yang dibuat oleh Ridan.

Tak jarang kedua laki-laki itu mendapatkan hukuman dari Ridan. Namun, sebagai adik yang baik, kadang Shica membantu dan menyelamatkan mereka dari amukan Ridan yang berbahaya.

Shica mengambil lagi ponselnya. Dia menekan panggilan video untuk menghubungi kakak tertuanya, Regar.

Shica sedikit kesal karena tidak segera diangkat oleh kakaknya itu.

Shica membatalkan menghubungi Regar. Dia memilih menghubungi Rama.

Langsung saja panggilan video itu diangkat oleh Rama. Terlihat laki-laki tampan itu sedang membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan melawan gravitasi.

"Merindukanku, Sayang?" Pertanyaan konyol itu yang pertama didengar Shica dari kakaknya.

Shica mengernyitkan dahinya. Apalagi dia mendengar suara orang-orang di sekitar kakaknya.

"Waahhh, Rama punya pacar?"

"Ini sebuah keajaiban."

"Bagaimana bisa bad boy sepertimu memiliki pacar?"

"Mana, mana! Aku mau melihat pacarmu!"

Shica melihat ada beberapa laki-laki yang berseragam sama seperti kakaknya melihat ke layar.

Apa yang sedang mereka lakukan? Batin Shica menggerutu.

"Minggir, minggir, dia adikku." Rama beranjak dari tempat duduknya dan berlalu ke tempat yang lebih sunyi.

"Punya adik perempuan cantik, ya?"

"Kenapa tidak memberitahu?"

"Kenapa tidak dikenalkan?"

Suara-suara itu masih terdengar oleh Shica.

"Kakak sedang apa? Mereka siapa?" Tanya Shica.

"Jangan didengar. Mereka teman-temanku."

"Papa menyuruhku memberitahu Kakak dan kak Regar untuk pulang," kata Shica tanpa mau menanyakan hal lain.

"Besok minggu, jadi besok saja aku pulang."

"Kalau kalian tidak pulang sekarang, kalian tidak bisa masuk lagi ke rumah ini," ucap Shica menirukan cara bicara ayahnya.

"Serius?!" Rama menatap adiknya dengan ekspresi kaget.

Shica mengangguk.

"Baiklah, aku akan pulang sekarang." Rama segera kembali ke dalam dan meraih jaketnya.

"Mau kemana, Rama?" Suara perempuan di seberang sana membuat Shica mengerutkan keningnya.

"Pulang."

Shica mendengar kakaknya menaiki motor.

"Aku matikan VC-nya, ya."

"Iya, hati-hati jangan ngebut."

"Iya," jawab Rama sambil memasang helm dan mengakhiri video call di antara mereka.

Shica menghela napas lega, setidaknya salah satu kakaknya sudah bisa dihubungi. Dia akan menghubungi Regar lagi, namun tidak kunjung diangkat.

Di mana laki-laki itu?

Tak lama kemudian, terdengar suara motor yang terhenti di depan rumah. Shica menoleh. Ternyata Rama sudah pulang.

Laki-laki itu memasuki rumahnya sambil melepaskan helm dan menyibakkan rambutnya ke belakang.

"Mana kak Regar?" Tanya Rama. Shica mengedikkan bahunya sambil menggoyangkan ponselnya, "Tidak bisa dihubungi."

Rama duduk di samping adiknya. Diambil ponsel miliknya dan menghubungi Regar melalui ponselnya. Sama saja, panggilan dari Rama pun tidak diangkat oleh Regar.

"Mungkin kak Regar sedang sibuk," ucap Rama.

Shica melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 7. Keluarga Mahali biasanya makan malam pada jam 8.

"Memangnya sibuk apa? Geng?" Tanya Shica pelan, namun Rama masih bisa bisa mendengarnya. Dia menoleh pada adiknya.

Shica mengira jika Rama tidak mendengarnya, sehingga Shica menambah volume suaranya, "Geng?"

Rama segera membekap mulut Shica, "Jangan keras-keras, Ca. Nanti Papa dan Mama mendengarnya."

Shica menepis tangan Rama.

"Kalian jangan berbuat nakal, atau aku akan mengatakan yang sebenarnya pada Papa." Shica mengancam Rama.

"Jangan, Shica. Aku tidak nakal, kok. Kak Regar juga."

Shica menyipitkan matanya menandakan kalau dia tidak percaya dengan ucapan kakaknya.

"Lalu tadi suara siapa?" Tanya Shica penuh selidik.

"Kakak sudah bilang 'kan itu suara teman-teman Kakak," jawab Rama.

"Bukan yang itu, tapi suara perempuan...." Shica tidak bisa melanjutkan kalimatnya, karena lagi-lagi Rama membekap mulutnya.

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memastikan tidak ada siapa pun yang mendengar ucapan Shica.

Rama berbisik tanpa mau melepaskan tangannya dari mulut Shica, "Jangan keras-keras, nanti bagaimana kalau papa mengira aku ini nakal?"

Shica memukul tangan Rama. Akhirnya laki-laki itu melepaskan tangannya.

"Kakak memang nakal seperti kak Regar."

Rama mengusap kasar wajahnya, "Memangnya kamu mau melihat Kakak dihukum lagi? Papa suka memukulku dan kak Regar dengan besi. Kamu tidak kasihan?"

Shica tampak berpikir, "Tapi, itu karena kesalahan kalian sendiri."

"Iya juga, ya. Tapi, tenang saja... Kakak akan jadi laki-laki baik, yaaa." Ucapan Rama terdengar seperti bujukan agar Shica tidak melapor pada ayahnya.

Ratna melihat kedua anaknya yang berbincang-bincang di sofa.

"Hei? Rama sudah pulang? Regar mana?" Tanya Ratna.

Shica dan Rama saling pandang.

"Kak Regar masih di jalan," bohong Rama. Shica menoleh pada kakaknya. Gadis itu menginjak kaki Rama membuat laki-laki itu sedikit meringis.

"Oohhh, ya sudah, kita ke meja makan saja, ya. Papa pasti sudah menunggu," ucap Ratna kemudian berlalu setelah mendapatkan anggukkan dari kedua anaknya.

Rama menyingkirkan kaki Shica darinya, "Sakit ini!"

Shica menjulurkan lidahnya kemudian berlalu. Rama memutar bola matanya. Dia menyusul.

-◈◈◈-

 

 

 

29 Maret 2016

Ucu Irna Marhamah

 

 

Terpopuler

Comments

SilverKing

SilverKing

lanjuuutttt

2019-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Membahas La Hora dan Don't Leave Me
2 Pengumuman
3 CAST LA HORA
4 P R O L O G U E
5 LH - 1 - Bad Boys
6 LH - 2 - Regar Mahali
7 LH - 3 - Rama Mahali
8 LH - 4 - Playing with Us
9 LH - 5 - Shica Mahali
10 LH - 6 - Girlfriend
11 LH - 7 -New Friend
12 LH - 8 - Raihan Alfarizi
13 LH - 9 - Mysterious Boy
14 LH - 10 - Dispute
15 AMETHYST : Kekasih Drucless
16 LH - 11 - Vexatious
17 LH - 12 - Possessive Brothers
18 LH - 13 - Volley and Basket
19 LH - 14 - Exposé
20 LH - 15 - Avoid
21 LH - 16 - Allowed
22 LH - 17 - Regression
23 LH - 18 - Revenge
24 HALO!
25 LH - 19 - Stimulate
26 LH - 20 - Faster in the Road
27 LH - 21 - Feeling
28 ANJI - DIA
29 LH - 22 - Hesatint
30 LH - 23 - Teen Party
31 LH - 24 - Overslept
32 LH - 25 - Boyfriend
33 LH - 26 - Abduction
34 LH - 27 - Panic
35 LH - 28 - Handled
36 LH - 29 - Combated
37 LH - 30 - Desired
38 LH - 31 - Take his eyes
39 LH - 32 - Warmest
40 LH - 33 - Gazed
41 LH - 34 - Fearful
42 LH - 35 - Painful
43 LH - 36 - Desperate
44 LH - 37 - Passionate
45 LH - 38 - Trapped?
46 LH - 39 - Reminiscent
47 LH - 40 - Almost
48 LH - 41 - Relationship
49 LH - 42 - Base Camp
50 LH - 43 - Jealousy
51 LH - 44 - Stupidity
52 LH - 45 - Love?
53 LH - 46 - The Beginning
54 LH - 47 - Hurt
55 LH - 48 - Tears
56 LH - 49 - Hide
57 LH - EPILOGUE
58 PENGUMUMAN PENTING!
59 TERBIT
60 NOVEL BARU
61 NOVEL BARU
62 NOVEL BARU
63 DARKSIDE : Sifat Tersembunyi Manusia
64 LA LUNA : Stay with Me
65 H-12 : CATCH
66 POLICE VS ASSASSIN
67 THE PENANCE : PEBINOR
68 THE PENANCE 2 : PREGNANT
69 POLICE VS GANGSTER
70 THE PENANCE 3 : KIDNAPPER
71 VENORA : ASSASSIN VS PSYCHOPATH
72 THE PENANCE 4 : BULLYING
73 SURREPTITIOUS
74 SELENOPHILE
75 POLICE VS PSYCHOPATH
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Membahas La Hora dan Don't Leave Me
2
Pengumuman
3
CAST LA HORA
4
P R O L O G U E
5
LH - 1 - Bad Boys
6
LH - 2 - Regar Mahali
7
LH - 3 - Rama Mahali
8
LH - 4 - Playing with Us
9
LH - 5 - Shica Mahali
10
LH - 6 - Girlfriend
11
LH - 7 -New Friend
12
LH - 8 - Raihan Alfarizi
13
LH - 9 - Mysterious Boy
14
LH - 10 - Dispute
15
AMETHYST : Kekasih Drucless
16
LH - 11 - Vexatious
17
LH - 12 - Possessive Brothers
18
LH - 13 - Volley and Basket
19
LH - 14 - Exposé
20
LH - 15 - Avoid
21
LH - 16 - Allowed
22
LH - 17 - Regression
23
LH - 18 - Revenge
24
HALO!
25
LH - 19 - Stimulate
26
LH - 20 - Faster in the Road
27
LH - 21 - Feeling
28
ANJI - DIA
29
LH - 22 - Hesatint
30
LH - 23 - Teen Party
31
LH - 24 - Overslept
32
LH - 25 - Boyfriend
33
LH - 26 - Abduction
34
LH - 27 - Panic
35
LH - 28 - Handled
36
LH - 29 - Combated
37
LH - 30 - Desired
38
LH - 31 - Take his eyes
39
LH - 32 - Warmest
40
LH - 33 - Gazed
41
LH - 34 - Fearful
42
LH - 35 - Painful
43
LH - 36 - Desperate
44
LH - 37 - Passionate
45
LH - 38 - Trapped?
46
LH - 39 - Reminiscent
47
LH - 40 - Almost
48
LH - 41 - Relationship
49
LH - 42 - Base Camp
50
LH - 43 - Jealousy
51
LH - 44 - Stupidity
52
LH - 45 - Love?
53
LH - 46 - The Beginning
54
LH - 47 - Hurt
55
LH - 48 - Tears
56
LH - 49 - Hide
57
LH - EPILOGUE
58
PENGUMUMAN PENTING!
59
TERBIT
60
NOVEL BARU
61
NOVEL BARU
62
NOVEL BARU
63
DARKSIDE : Sifat Tersembunyi Manusia
64
LA LUNA : Stay with Me
65
H-12 : CATCH
66
POLICE VS ASSASSIN
67
THE PENANCE : PEBINOR
68
THE PENANCE 2 : PREGNANT
69
POLICE VS GANGSTER
70
THE PENANCE 3 : KIDNAPPER
71
VENORA : ASSASSIN VS PSYCHOPATH
72
THE PENANCE 4 : BULLYING
73
SURREPTITIOUS
74
SELENOPHILE
75
POLICE VS PSYCHOPATH

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!