NovelToon NovelToon

Kisah Kita Belum Usai

BAB 1

Antares menyatakan pensiun dari panggung hiburan.

Adara membaca headline news yang berada di ponselnya. Sudah lama berlalu, sebenarnya dia tidak ingin mengingatnya lagi tapi berita itu seperti mengusik hidupnya.

Tidak selamanya cinta pertama itu akan bersatu. Kini mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing meskipun kenangan saat-saat bersama itu masih tersimpan dengan rapi dalam ingatannya.

"Ara!"

Adara tersenyum menatap seorang pria yang sedang berjalan ke arahnya sambil menggendong putranya yang berumur tiga tahun.

"Mama, Aran beli bola mau main sama Papa."

Adara tersenyum sambil mengacak rambut putranya. Dia yang mengandung selama sembilan bulan tapi wajahnya sangat mirip dengan papanya. Aldebaran, nama yang sengaja Adara ambil dari salah satu rasi bintang paling terang di langit sama seperti namanya.

Aku dan kamu suka sekali melihat bintang di langit. Bagaimana kalau anak kita, aku beri nama Aldebaran.

"Aran, sebentar ya, Papa mau ke toilet dulu."

"Iya, Papa."

Setelah papanya pergi, Aran memainkan bolanya di rerumputan. Tanpa sengaja dia menendang bola itu cukup kencang hingga menggelinding jauh.

Ada kaki yang menahan bola itu lalu mengambilnya. Dia tersenyum sambil berjalan mendekat dan membawa bola itu. "Hebat sekali tendangannya."

Adara hanya menatap pria itu. Sudah lama sekali tidak bertemu tapi senyuman dan tatapan itu masih tetap sama.

"Terima kasih, Om," kata Aran sambil mengambil bola itu.

Pria itu mendekati Adara dan mengulurkan tangannya. "Apa kabar Ara? Lama tidak bertemu."

Adara hanya menatap uluran tangan itu. "Kak Ares ...."

"Ara baik, seperti yang kamu lihat." Bagas membalas uluran tangan Antares dan menjawab pertanyaan itu.

Adara beralih menatap Bagas yang sekarang merengkuh pinggangnya.

"Kamu sendiri apa kabar? Aku dengar kamu pensiun dari dunia hiburan," tanya Bagas.

Antares menatap tangan Bagas yang berada di pinggang Adara. Sudah lama berlalu, dia kira rasa itu sudah terkubur dalam tapi nyatanya sampai sekarang dia masih gagal move on. Keputusannya salah menyapa Adara dan menanyakan kabar Adara karena sudah pasti dirinyalah yang terluka.

"Baik. Aku ke sini ada janji sama teman. Aku duluan." Antares melambaikan tangannya lalu melangkah pergi.

Selamat, kamu sudah mempunyai keluarga yang sempurna, Adara.

...***...

Delapan tahun yang lalu ....

Adara tersenyum melihat Antares yang melambaikan tangan ke arahnya. Dia segera menghampiri Antares dan memeluknya. "Selamat Kak Ares, akhirnya single pertama Kak Ares akan rilis."

Antares mengangkat tubuh Adara lalu mengajaknya berputar. "Ini semua berkat dukungan dari kamu." Kemudian Antares melepas pelukannya dan menggandeng tangan Adara. "Tanpa dukungan dari kamu, aku tidak bisa apa-apa."

"Jangan bilang seperti itu. Ini semua karena usaha Kak Ares. Setelah ini Kak Ares pasti akan sibuk dan banyak konser di berbagai kota. Pasti kita akan jarang bertemu." Adara semakin memelankan langkah kakinya karena dia ingin terus berlama-lama dengan Antares.

"Ini baru awal karirku. Apa aku bisa menjadi terkenal seperti itu?"

"Tentu bisa. Kak Ares harus yakin bahwa Kak Ares bisa melaluinya. Aku akan selalu mendukung Kak Ares dimanapun Kak Ares berada tapi ...." Adara menghentikan langkah kakinya. Dia kini menatap Antares. "Pasti kalau sudah terkenal nanti Kak Ares dikelilingi fangirl, boleh tidak aku cemburu?"

Antares tersenyum dan memegang kedua bahu Adara. "Tentu dan aku akan jaga jarak. Jika perlu aku akan umumkan pada dunia bahwa Antares hanya milik Adara."

Adara tertawa mendengar hal itu. Gadis yang sekarang berusia 20 tahun dan sudah menjadi mahasiswa semester empat itu sudah dia tahun berpacaran dengan Antares. Tentu dia percaya dengan Antares tanpa harus memastikannya.

"Aku antar pulang. Besok aku jemput ya."

"Oke."

Antares menggandeng tangan Adara menuju tempat parkir. Mereka hanya membayangkan yang indah tanpa tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Hingga akhirnya Antares berada di puncak karirnya. Dia sangat digilai penggemarnya terutama penggemar wanita karena sebagai penyanyi solo yang masih muda dan tampan sangat mudah memikat hati mereka. Dia juga melakukan sejumlah casting. Bakatnya di dunia hiburan mengalir begitu saja setelah dia pensiun dari atlet renang karena mengalami cidera parah.

Hari itu Adara sengaja memberi kejutan pada Antares. Dia datang sambil membawa sebuket bunga untuk mengucapkan kesuksesannya setelah konser berlangsung.

Adara melambaikan tangannya pada Antares yang langsung dibalas senyuman.

"Ares senyum sama aku."

"Bukan, dia senyum sama aku."

Adara menoleh beberapa penggemar wanita yang berdiri di dekatnya.

Aku akan selalu mendukungmu, apapun yang kamu lakukan dan dimanapun kamu berada.

Kalimat itu yang sering Adara katakan pada Antares sampai detik ini.

"Kak Ares, selamat atas suksesnya konser tunggal ini." Adara memberikan sebuket bunga itu pada Antares yang langsung diterima Antares dengan senyumnya yang merekah.

"Makasih Ara. Aku tidak tahu kamu datang ke sini." Antares memeluk Adara di depan para penggemarnya dan seluruh ponsel kini merekam kedekatan mereka.

Antares tidak sadar, jika apa yang dilakukannya akan memicu kemarahan para penggemarnya.

"Jadi kamu pacar Ares?"

"Ares, kita semua di sini untuk kamu tapi kenapa kamu di sini untuk dia."

"Kamu tidak cocok sama dia. Kamu cocoknya sama Azura, lawan main kamu di drama nanti."

Berbagai komentar memicu kerusuhan para penggemar. Manager dan bodyguard Antares segera mengamankan Antares. Genggaman tangan Adara terlepas dan membuatnya terjatuh.

Hampir saja Adara terinjak jika saja tidak ada yang membantunya berdiri lalu melindunginya hingga keluar dari area konser.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa. Terima kasih," jawab Adara tanpa melihat siapa yang menolongnya. Dia menatap telapak tangannya yang terluka karena sempat terinjak.

"Tangan kamu berdarah."

"Aku tidak apa-apa." Adara berjalan pelan lalu mengambil ponselnya. Tidak ada pesan dari Antares. Padahal dia sudah berharap hari ini dia akan pulang bersamanya lalu makan malam bersama.

Adara hanya bisa menarik ujung bibirnya. Ya, seharusnya aku bahagia karena Kak Ares sekarang berada di puncak karirnya.

Langkahnya berhenti saat ada beberapa wanita muda menghadangnya.

Mereka fans Kak Ares. Apa mau mereka?

"Ares tidak pantas sama cewek miskin kayak dia."

"Iyalah, Ares bisa mendapatkan wanita yang sepadan. Kita kawal Azura dan Ares sampai menikah."

"Sebentar lagi kalian pasti akan putus!"

Adara melindungi wajahnya saat mereka akan melemparinya dengan telur.

Beberapa saat kemudian ada sepeda motor yang berhenti di dekat Adara.

"Ayo ikut aku!"

Adara menatap pria yang memakai helm teropong itu. Siapa dia?

💗💗💗

Meskipun terlambat, selamat atas pernikahanmu Adara. 😂

Karya baru rilis lagi. 😂 Kali ini aku usahakan sampai tamat karena para sesepuhnya di sini semua. Maaf jika sebelumnya aku hapus2 karya. 😁

Jadikan fav ya. Banyak-banyak komentar biar semangat update.

BAB 2

Antares melepas tangan bodyguard yang menahannya. Dia akan menyusul Adara tapi akses dia untuk keluar telah ditutup.

"Ares, sebagai pendatang baru yang sedang naik daun, kamu harus jaga sikap. Kamu tidak boleh asal mengakui hubungan kamu di depan publik seperti itu ," kata Johan, selaku pemilik agensi yang menaungi Antares berkarya.

"Tapi aku dan Ara sudah menjalin hubungan jauh sebelum aku sukses. Aku tidak mungkin meninggalkannya," kata Antares. Dia melihat buket bunga yang sudah rusak dan masih dia pegang. Dia tidak ingin hubungannya rusak seperti bunga itu.

"Kamu tidak apa-apa menjalin hubungan dengan siapapun, tapi harus kamu rahasiakan. Jangan mengambil tindakan gegabah dengan mempublikasikan hubunganmu. Pikirkan karir kamu, dan pikirkan pacar kamu yang bisa saja ditekan oleh fans kamu. Kamu memiliki tekad yang kuat hingga kamu sampai di masa ini dengan cepat, bahkan kamu tetap masuk ke agensi ini meskipun orang tua kamu melarang. Jadi, kamu harus melakukan yang terbaik."

Antares menyugar rambutnya lalu dia duduk dan bersandar. Dia bertahan sampai detik ini karena dukungan dari Adara. Jika dia terus maju, mungkin hubungannya dengan Adara akan hancur. Tapi jika dia mundur, dia tidak mungkin bisa membayar denda pemutusan kontrak dengan agensi. Adara dan keluarganya pasti juga akan kecewa padanya yang telah memberinya kepercayaan.

"Kenapa? Kamu mau mundur?"

Antares menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku bukan pengecut."

"Bagus! Kalau begitu kamu turuti apa kata agensi. Kamu sudah lolos casting dan kamu berhasil menjadi pemeran utama, karir kamu akan semakin cemerlang."

Antares hanya menganggukkan kepalanya. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Adara.

Maaf. Kamu hubungi aku jika sudah sampai rumah.

Antares menunggu sampai pesan itu terbaca tapi sampai beberapa menit, Adara tidak juga membacanya.

Mungkin Ara masih di jalan. Apa Ara mau menungguku sampai aku pensiun nanti? Ya, pasti Ara bisa mengerti.

...***...

Adara menatap pria yang memakai helm teropong itu. Siapa dia?

"Ayo!"

Tidak ada waktu untuk berpikir karena penggemar Antares semakin mendekat dan bersiap melemparnya dengan telur. Akhirnya Adara naik ke boncengan pria itu, lalu pria itu melajukan motornya dengan kencang.

Adara bernapas lega karena akhirnya dia berhasil lolos dari kejaran penggemar fanatik Antares.

"Fans Ares terlalu arogan. Kamu harus hati-hati," kata pria itu sambil membuka kaca helmnya.

"Kamu kenal aku?"

Pria itu justru tersenyum. Bahkan dia juga tahu rumah Adara. Dia berhenti di depan rumah Adara yang sekarang memiliki rumah makan meskipun masih kecil.

Adara turun dari motor pria itu dan semakin menatap wajah pria itu. "Sepertinya aku pernah melihat kamu."

Pria itu membuka helmnya dan mengulurkan tangannya pada Adara. "Aku Bagas. Kita satu kampus. Aku mahasiswa semester tujuh jurusan perbankan dan keuangan."

"Maaf Kak. Aku tidak tahu kalau Kak Bagas kating aku." Adara menjabat tangan itu sesaat sambil tersenyum. "Ara. Kak Bagas sepertinya sudah mengenalku."

"Iya, tentu saja." Bagas masih saja mengembangkan senyum tulusnya. "Kamu cepat masuk ke dalam. Aku pulang dulu."

"Terima kasih, Kak."

Bagas masih saja menunggu di depan rumah Adara sampai Adara masuk ke dalam rumahnya. Baru setelah Adara masuk, Bagas pergi.

Adara kini mendekati ibunya yang masih duduk sambil menonton televisi.

"Ara ...." Wati menarik putrinya agar duduk di sebelahnya lalu memeluknya karena dia baru saja melihat berita di televisi tentang kericuhan penggemar Antares saat tahu pacar Antares yang sebenarnya.

"Ada apa, Ibu? Aku tidak apa-apa," kata Adara. Dia melepas pelukan ibunya dan menatapnya.

"Ibu lihat berita terkini, kamu diserang fansnya Ares."

Adara masih bisa tersenyum dalam situasi itu. "Tidak apa-apa. Kak Ares sekarang sedang berada di puncak karirnya. Setelah ini pasti fans Kak Ares akan semakin banyak. Ini yang aku mau, aku akan selalu mendukung Kak Ares."

"Ya sudah, kamu hati-hati karena sepertinya mereka sangat anarkis."

Shena menganggukkan kepalanya. Kemudian dia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia duduk di dekat meja belajarnya sambil melihat ponselnya. Ada satu pesan masuk dari Antares.

Setelah membaca pesan itu, dia segera menghubungi Antares.

"Ara, kamu sampai rumah dengan selamat kan? Maaf aku tidak bisa mengantar kamu."

"Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti. Semangat ya, jangan pedulikan apa kata fans kamu. Aku akan selalu mendukung kamu."

"Makasih, aku bisa berada di titik ini berkat dukungan dari kamu. Besok aku jemput ya, sekarang aku masih ada acara."

Belum juga Adara menjawab, telepon itu sudah terputus.

"Selamat malam, Kak Ares." Adara meletakkan ponselnya. Dia enggan membuka media sosial karena pasti semua media sosial sedang ramai membicarakan berita tentang dirinya dan Antares.

...***...

"Ara, kamu ada kelas pagi?" tanya Wati sambil mempersiapkan masakan yang akan dia jual di rumah makannya.

Adara mencuci tangannya setelah selesai membantu ibunya. "Iya, aku ada kelas pagi. Aku berangkat dulu ya. Nanti aku akan langsung pulang untuk bantu Ibu."

"Jangan buru-buru pulang. Ibu juga bisa sendiri."

Adara tak menyahuti perkataan ibunya karena dia kini sudah masuk ke dalam kamar dan memakai jas almamaternya lalu mengambil ponselnya dan membaca pesan dari Antares.

Maaf, aku gak jadi jemput kamu karena hari ini aku harus reading naskah sama cast lain.

Adara hanya bisa tersenyum. Dia seolah mengubur dalam rasa kecewanya karena dia akan selalu mendukung Antares.

Iya, tidak apa-apa. Semangat ya.

Hanya itu yang bisa dia katakan lewat pesan pendeknya. Meskipun Antares pasti tidak akan langsung membacanya.

Adara segera memesan ojek online agar dia tidak terlambat datang ke kampusnya. Dia keluar dari rumahnya setelah berpamitan dengan ibunya. Untunglah, ojek online itu sudah datang di depan rumahnya.

Adara masih menatap layar ponselnya sambil duduk di boncengan ojek online itu selama perjalanan menuju kampus.

Grup kampus ramai sekali.

Adara membuka grup chat itu yang membahas kejadian semalam. Ditambah ada foto Antares dan juga Azura yang baru saja di ambil pagi ini.

"Ini grup kampus. Mengapa jadi berita infotainment." Adara menyimpan kembali ponselnya setelah sampai di depan kampus.

Kemudian Adara turun dari motor itu lalu masuk ke dalam kampus. Tatapan seluruh mahasiswa di kampus itu sangat aneh padanya. Rasanya Adara seperti masuk ke dalam kandang singa.

"Wah, pacarnya Ares nih. Gak pantes, bagai langit dan bumi," celetuk salah satu teman yang satu jurusan dengan Antares.

"Lihat dia, dekil dan bau bawang."

"Maklumlah, kegiatannya selain kuliah hanya masak bantu ibunya jualan. Mimpi sekali bersanding sama Ares kita."

Adara mengepalkan kedua tangannya. Mereka semua sudah keterlaluan. "Aku sudah kenal Kak Ares sejak kecil. Bahkan aku sudah pacaran sama Kak Ares sudah hampir tiga tahun, sejak Kak Ares masih belum terkenal."

"Wah, berani sekali mengakuinya. Kamu sudah tertinggal jauh sama Ares. Kini saatnya kamu memutuskan Ares."

"Apa hak kalian menyuruhku? Kalian cuma fans Kak Ares." Adara semakin kesal.

"Dasar belagu!" Lagi, mereka membawa telur dan melempar Adara dengan cepat.

Adara hanya memejamkan matanya karena dia sudah dikepung. Tapi telur itu tidak mengenainya. Dia menatap Bagas yang melindunginya hingga telur itu mengenai punggung Bagas.

"Kak Bagas ...."

BAB 3

"Kak Bagas?" Adara menatap Bagas yang masih melindunginya. Sebelumnya dia tidak pernah tahu kehadiran Bagas di kampus itu tapi kini Bagas terus melindunginya.

"Kalian shipper Azura dan Ares, jangan berbuat ulah di kampus!" teriakan Bagas membuat mereka semua terdiam. Bagas memang salah satu mahasiswa yang berpengaruh di kampus itu. Dia juga anggota BEM, meski demikian Adara tidak menyadari keberadaan Bagas.

"Dia salah apa sampai kalian perlakukan kayak gini. Kalian sudah dewasa, bahkan bisa masuk di kampus ini karena otak kalian, jadi gunakan otak kalian juga untuk membedakan mana pasangan halu dan mana pasangan di dunia nyata."

"Huu, gak seru anjir! Dahlah, bubar aja daripada kita berurusan sama anak BEM."

"Tenang aja, shipper Azura dan Ares akan tetap mendukung mereka." Kemudian mereka semua bubar.

"Jas Kak Bagas biar aku bersihkan," kata Adara. Dia menarik lengan jas almamater Bagas agar Bagas melepasnya.

"Tidak apa-apa. Biar aku bersihkan sendiri." Bagas melepas jasnya tapi Adara menariknya.

"Ini salahku. Biar aku bersihkan. Besok akan aku kembalikan. Makasih sudah bantu aku." Adara segera pergi meninggalkan Bagas. Dia berjalan jenjang menuju toilet lalu membilas jas almamater milik Bagas terlebih dahulu agar lendir dari telur itu menghilang.

Tanpa sadar air mata itu menetes di pipinya. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Antares ditentang habis-habisan seperti ini.

Adara menyusut air matanya agar tidak terjatuh lagi. "Harusnya aku bahagia Kak Ares bisa sampai di detik ini. Hubungan kita masih bisa dilanjutkan."

"Ara, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Raya yang berlari masuk ke dalam toilet itu dan langsung memeluk sahabatnya. "Maaf, aku datang terlambat dan tidak bisa membela kamu."

"Aku gak papa." Adara melepas pelukan sahabatnya. Dia mengambil totebag kain yang dia lipat di dalam tasnya lalu memasukkan jas almamater milik Bagas. "Untung ada Kak Bagas."

"Kamu gak usah dengerin shippernya Azura dan Ares. Mereka memang bar-bar. Apalagi sekarang mereka sudah mulai syuting bareng. Tapi aku yakin Ares tetap setia sama kamu."

Adara berjalan pelan bersama Raya keluar dari toilet dan menuju kelas. "Apa aku bisa bertahan dalam situasi seperti ini? Jujur, aku sangat butuh dukungan sedangkan dukunganku sudah habis untuk Kak Ares dan seperti tidak tersisa untuk diri sendiri."

"Kalau kamu yakin kamu tunggu saja Ares, tapi kalau kamu sudah tidak yakin ya tinggalkan saja. Perjalanan kamu masih panjang. Masih banyak yang harus kamu lalui."

Adara menganggukkan kepalanya. Dia kini masuk ke dalam kelas dan lagi, mereka semua menatapnya aneh. Dia duduk di bangkunya lalu mengambil ponselnya.

Adara terkejut saat melihat videonya yang sedang dilindungi Bagas tersebar. Bagaimana kalau Kak Ares tahu video ini? Apa Kak Ares akan salah paham.

"Bilangnya aja cinta sejati Ares, tapi ternyata sudah punya cowok lain."

Adara tidak peduli dengan omongan mereka. Dia mengeluarkan bukunya dan harus fokus dengan kelasnya hari itu karena sebentar lagi dia akan skripsi.

"Bisa diam gak kalian! Kalian dibayar berapa sama shippernya Azura!"

"Raya, sudahlah biarin mereka bicara apa." Adara sudah lelah menghadapi mereka semua. Biarkan saja mereka bicara jelek tentangnya. Baginya yang paling penting Antares tetap memihaknya. Tapi, entah nanti.

...***...

"Ara, itu Ares?" Tunjuk Raya memberitahu Adara yang baru saja keluar dari kelas.

Dari hari ke hari Antares semakin terlihat tampan. Ya, mungkin karena dia sekarang sudah menjadi idol terkenal, sedangkan Adara sudah tertinggal jauh. Dia merasa tetap berada di bawah saat Antares sudah naik ke langit. Perbedaan itu sebenarnya memang sudah nampak sejak awal tapi sekarang semakin terasa.

Adara berjalan mendekat begitu juga dengan Antares.

"Kenapa kamu tidak cerita kalau kamu diserang sama shipper nya Azura?"

"Aku tidak apa-apa. Kamu sudah tidak ada jadwal?"

Antares menggelengkan kepalanya. "Kak Bagas yang melindungi kamu?"

"Kamu kenal Kak Bagas?"

"Iya, dia anggota BEM dan aku sempat melihat dia beberapa kali makan di kedai kamu."

Adara sama sekali tidak tahu hal itu. "Aku tidak tahu. Aku baru kenal kemarin waktu dari konser kamu. Dia juga nolong aku dari fans kamu."

"Maaf, soal kemarin." Antares menggandeng tangan Adara dan mengajaknya berjalan keluar dari kampus. "Kita jalan-jalan yuk!"

"Kemana? Sekarang kamu sudah terkenal jadi pasti tidak nyaman berada di tempat terbuka. Kamu lihat sendiri kan, kita berjalan di kampus saja banyak yang melihat."

Antares hanya tersenyum. "Ternyata menjadi terkenal itu sangat melelahkan tapi setiap kali aku ingin mundur, aku selalu ingat dukungan kamu. Aku minta maaf kalau kamu dengar gosip aku dan Azura. Kamu tahu sendirilah, itu hanya cara agensi untuk menarik popularitas."

Adara hanya menganggukkan kepalanya. Dia memang percaya dengan Antares tapi setengah hatinya terkekang oleh keadaan saat ini.

Antares dan Adara menghentikan langkah kaki mereka saat melihat sebuah mobil berhenti.

Azura keluar dari mobil itu dan berjalan mendekati Antares. "Ares, kita masih ada pemotretan untuk poster film."

"Aku bisa ke sana sendiri. Lagian managerku bilang pemotretan itu masih nanti sore." Baru saja Antares selesai berbicara, ponselnya berbunyi. Dia mengangkat panggilan dari managernya dengan kesal.

"Iya, aku ke sana sekarang."

Adara melepas genggaman tangan Antares karena penggemar Azura dan Antares mulai menyerbu. "Kak Ares berangkat saja. Kita bisa jalan lain kali."

Tiba-tiba ada yang menarik Adara ke belakang hingga dia terjatuh. Penggemar Antares dan Azura berkerumun dan menghalangi Antares yang akan menolong Adara.

"Ara ...." Antares sudah berjanji pada agensinya tidak akan bersikap arogan lagi pada penggemarnya termasuk dengan lawan mainnya. Dia hanya bisa melihat Adara yang kini berjalan menjauh meninggalkannya.

Apakah kesuksesan yang aku dapat ini benar-benar akan menghancurkan hubunganku dan Adara?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!