Rico memandang Zed dan Kai dengan tatapan panik, tubuhnya sedikit gemetar. “Gue nggak bohong, serius! Gue nggak tahu siapa informan itu. Dia cuma ngirimin email dari akun anonim. Gue beneran nggak tahu lebih dari itu.”
Zed dan Kai saling berpandangan. Zed bisa merasakan ketegangan yang semakin menumpuk di antara mereka bertiga. “Lo bilang nggak tahu siapa dia, tapi lo masih nyimpen rekamannya, kan? Atau setidaknya lo tahu di mana rekaman itu sekarang?” desak Zed dengan suara yang lebih tegas.
Rico menggigit bibirnya, jelas sedang berjuang dengan rasa takutnya. “Gue nggak pernah ngeliat rekamannya langsung. Gue cuma dapet info bahwa rekaman itu ada. Gue pikir itu cuma rumor, tapi karena gue sering dapet cerita kayak gitu, gue coba tulis artikel kecil buat lihat respons publik. Gue nggak nyangka kalian bakal muncul di depan pintu gue.”
Kai melangkah lebih dekat, membuat Rico semakin terpojok. “Denger, Rico. Ini nggak main-main. Kita tahu lo lebih dari sekedar penulis blog. Lo punya akses ke informasi yang nggak banyak orang tau. Kita cuma minta lo bantu kita buat nemuin rekaman itu, dan kita bakal pastiin lo tetap aman.”
Rico memandang mereka dengan mata yang berkedip-kedip cepat. Setelah beberapa saat, dia menghela napas panjang, seolah menyerah pada situasi ini. “Oke, oke, gue akan kasih tau apa yang gue tau. Tapi kalian harus janji nggak akan nyakitin gue.”
Zed mengangguk. “Kita nggak di sini buat nyakitin lo, Rico. Kita cuma mau selesaikan ini tanpa ada masalah lebih lanjut.”
Rico mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi. “Oke, begini... orang yang ngirimin gue info soal rekaman itu biasanya pake nama samaran ‘Shadow Hawk’. Gue nggak pernah tau siapa dia sebenarnya, tapi dia sering ngasih gue informasi tentang kasus-kasus besar, terutama yang berkaitan sama kriminalitas di kota ini. Rekaman CCTV itu... dia bilang rekaman itu ada di tangan pemilik toko elektronik di sekitar gang itu, tapi gue nggak tau toko yang mana. Kota ini kan banyak banget toko elektronik kecil di daerah situ.”
Zed dan Kai kembali saling pandang. Toko elektronik di daerah gang itu ada banyak, dan mencari satu rekaman di antara begitu banyak kemungkinan akan jadi tantangan besar. Tapi ini adalah satu-satunya petunjuk yang mereka punya.
“Oke, Rico,” kata Kai akhirnya, “Lo udah bantu kita banyak. Kita bakal pastiin lo nggak ada dalam masalah. Tapi inget, jangan coba-coba main di belakang kita.”
Rico mengangguk cepat, jelas merasa lega karena mereka tidak akan membahayakannya lebih jauh. “Gue janji, gue nggak bakal ngomong ke siapa-siapa soal kalian.”
Zed dan Kai akhirnya keluar dari apartemen Rico, meninggalkan penulis blog itu dalam keadaan yang masih terlihat tegang. Mereka berdua berjalan keluar dari gedung, berusaha mencerna informasi yang baru saja mereka dapatkan.
“Jadi sekarang gimana?” tanya Zed, suaranya terdengar agak putus asa. “Kita nggak bisa cari satu per satu toko elektronik di sekitar gang itu. Ada terlalu banyak.”
Kai terdiam sebentar, kemudian tersenyum tipis. “Gue punya ide. Gue kenal seseorang yang bisa bantu kita. Dia punya jaringan yang cukup luas di kota ini, dan gue yakin dia bisa kasih kita petunjuk lebih spesifik.”
Zed memandang Kai dengan mata penuh harap. “Siapa orang ini? Apa dia bisa dipercaya?”
Kai mengangguk. “Namanya *Kenshin Alessandro Velasquez*. Dia dulu seorang hacker terkenal, tapi sekarang dia kerja sebagai konsultan keamanan. Dia udah tobat dari masa lalunya, tapi dia masih punya akses ke banyak sumber daya yang bisa bantu kita. Kalau ada yang bisa ngelacak rekaman itu, dia orangnya.”
Zed merasa sedikit lega. “Kalau gitu, ayo kita temuin dia. Semakin cepat kita dapet rekaman itu, semakin baik.”
Mereka berdua bergegas menuju tempat Kenshin biasa nongkrong, sebuah bar kecil yang tersembunyi di balik jalanan kota yang ramai. Tempat itu terlihat biasa dari luar, tapi Zed tahu bahwa di dalamnya ada dunia yang berbeda—tempat di mana informasi dan rahasia dipertukarkan dengan cepat.
Saat mereka masuk, suara musik
Jazz yang mengalun lembut menyambut Zed dan Kai begitu mereka memasuki bar kecil itu. Lampu temaram dan suasana yang tenang membuat tempat ini tampak seperti surga bagi mereka yang ingin melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk dunia luar. Di sudut bar, seorang pria dengan rambut hitam acak-acakan dan kacamata bulat tipis sedang duduk santai, sibuk dengan laptop di hadapannya. Wajahnya yang tenang menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak terganggu oleh lingkungan sekitarnya.
Kai berjalan mendekati pria itu dengan percaya diri, diikuti oleh Zed yang merasa sedikit canggung di tempat asing ini. "Kenshin," sapa Kai dengan nada akrab.
Pria itu, Kenshin Alessandro Velasquez, menoleh perlahan dan menyunggingkan senyum tipis. "Kai, lama nggak kelihatan. Apa yang bawa lo ke tempat gue malam-malam gini?"
Kai duduk di sebelah Kenshin dan memberi isyarat kepada Zed untuk ikut duduk. "Gue butuh bantuan lo, Kenshin. Ada sesuatu yang butuh perhatian khusus dari lo."
Kenshin menatap Kai dan Zed bergantian, sebelum akhirnya mengalihkan perhatiannya kembali ke laptopnya. "Kalau sampai lo dateng langsung ke sini, berarti masalahnya cukup serius, ya?"
Zed, yang awalnya hanya ingin membiarkan Kai berbicara, akhirnya tidak bisa menahan diri. "Serius banget, Kenshin. Ada rekaman CCTV yang bisa ngebongkar identitas gue, dan kita harus ngelacaknya sebelum orang lain nemuin itu."
Kenshin mengangkat alis, seolah tertarik dengan cerita itu. "Rekaman CCTV yang nunjukin lo? Di mana tepatnya?"
Kai segera menjelaskan situasinya, mulai dari informasi yang mereka dapat dari Rico hingga spekulasi tentang rekaman itu berada di salah satu toko elektronik di sekitar gang tempat insiden terjadi. Kenshin mendengarkan dengan seksama, jari-jarinya mengetik cepat di keyboard laptopnya.
"Shadow Hawk, ya?" Kenshin menggumam sambil terus mengetik. "Gue udah pernah denger nama itu. Anonim, suka main di forum-forum gelap, sering ngasih informasi bocoran yang bisa bikin orang panas dingin. Tapi jarang banget dia ngasih info soal CCTV."
Zed mulai merasa sedikit cemas. "Lo bisa bantu kita, kan? Kita perlu rekaman itu sebelum mereka ngasihnya ke polisi atau media."
Kenshin menghentikan ketikannya dan menatap Zed dengan tatapan tajam. "Gue bisa bantu, tapi ini nggak bakal gampang. Ada banyak toko elektronik di sekitar situ, dan nggak semua pake sistem CCTV yang sama. Gue butuh waktu buat nyari toko yang sesuai."
Zed mengangguk penuh harap. "Lo butuh waktu berapa lama?"
Kenshin merenung sejenak, menghitung di kepalanya. "Gue perlu satu atau dua jam buat nyari toko yang pas. Tapi kalau udah ketemu, kita harus bergerak cepat. Kalau mereka sadar ada yang nyari rekaman itu, bisa-bisa mereka langsung ngasihnya ke pihak berwajib."
Kai menepuk bahu Zed. "Sabar, bro. Kenshin adalah orang yang paling bisa diandelin buat hal kayak gini."
Zed menarik napas panjang, berusaha meredakan ketegangan yang mendera pikirannya. "Oke, kita tunggu. Lo butuh gue buat bantuin apa?"
Kenshin tersenyum samar. "Lo cukup duduk dan tenang, biar gue yang ngurus ini."
Dengan kata-kata itu, Kenshin mulai tenggelam dalam dunia digitalnya, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Kai dan Zed duduk di sebelahnya, mencoba menenangkan diri sementara waktu terus berjalan.
Selama dua jam berikutnya, Zed merasa seperti sedang duduk di atas bara panas. Setiap detik terasa begitu lambat, dan pikiran buruk terus mengganggu benaknya. Bagaimana kalau mereka tidak berhasil menemukan rekaman itu? Bagaimana kalau pihak lain sudah lebih dulu menemukannya? Semua kemungkinan buruk berputar di kepalanya, membuatnya semakin cemas.
Akhirnya, setelah yang terasa seperti selamanya, Kenshin menghentikan ketikannya dan menatap mereka dengan wajah serius. "Gue dapet sesuatu," katanya pelan, tapi jelas.
Zed dan Kai langsung menegakkan tubuh mereka, memperhatikan Kenshin dengan seksama. "Apa yang lo dapet?" tanya Kai, suaranya penuh harap.
Kenshin menunjuk layar laptopnya. "Ada tiga toko elektronik di sekitar gang itu yang CCTV-nya aktif selama 24 jam. Dua dari mereka cuma nyimpen rekaman selama seminggu, jadi kalau rekaman itu dari minggu lalu, kemungkinan besar udah dihapus. Tapi toko ketiga punya kebijakan nyimpen rekaman selama satu bulan penuh. Dan dari sistem yang gue lihat, mereka kemungkinan besar punya rekaman yang lo cari."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
2024-08-25
0