Hari Sabtu datang dengan awan kelabu yang menggantung rendah di langit Jakarta. Tara Azhara Putri Mahendra, yang biasanya menyukai hari hujan untuk merenung, justru merasa gelisah hari ini. Ia merapikan rambut panjangnya yang tergerai lalu melirik arloji di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul 10.00 pagi. Hatinya berdebar aneh sejak pagi, dan dia tidak tahu apakah ini firasat buruk atau hanya perasaan gugup yang belum selesai dari tadi malam.
Sore kemarin, Adrian Darmawan Nugraha, pria yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya, akhirnya membalas pesan Tara di Instagram. Sederhana saja, hanya sapaan singkat dan obrolan ringan tentang hobinya. Namun, ada sesuatu di antara kata-kata itu yang membuat Tara merasa bahwa percakapan ini baru permulaan dari sesuatu yang lebih besar.
Dia menyalakan ponsel dan melihat pesan dari Santi Anggraini Pramuditha di grup chat mereka. “Tar, lu beneran mau ketemuan sama Adrian hari ini? Wah, gue nggak sabar dengar ceritanya nanti! Semoga seru ya!”
Tara menarik napas panjang sebelum mengetik balasan, “Iya, doain aja nggak aneh ya. Kayaknya sih dia orangnya asik.”
Tak lama setelah membalas pesan itu, bel apartemennya berbunyi. Tara dengan cepat merapikan dirinya di depan cermin sebelum menuju pintu. Dia membuka pintu dan di sana berdiri Adrian, mengenakan jaket kulit hitam dan jeans, dengan senyum yang menggoda.
“Hei, Tara. Siap untuk hari ini?” sapanya dengan nada santai namun penuh perhatian.
“Siap banget, kita kemana nih?” balas Tara, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.
“Gue udah pesan tempat di kafe kecil di daerah Kemang. Ada sesuatu yang gue pengen tunjukin ke lu. Siap?” Adrian melirik ke arah Tara dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Apa ya? Bikin penasaran aja, deh,” kata Tara sambil mengikuti Adrian menuju mobilnya yang terparkir di depan apartemen.
Selama perjalanan menuju Kemang, mereka berbicara tentang banyak hal. Adrian ternyata sosok yang sangat berpengetahuan, dengan wawasan luas tentang berbagai topik, mulai dari musik, film, sampai filsafat. Namun, Tara merasa ada sesuatu yang disembunyikan Adrian, sesuatu yang tersembunyi di balik senyumnya yang ramah dan suaranya yang lembut. Tara tidak bisa melepaskan perasaan bahwa pertemuan ini lebih dari sekadar obrolan ringan.
“Ini tempatnya,” ujar Adrian saat mereka tiba di sebuah kafe yang terlihat klasik namun nyaman, dengan interior bergaya vintage dan suasana yang tenang. Mereka mengambil tempat duduk di sudut ruangan yang agak tersembunyi dari pandangan orang lain.
Adrian memesan dua cangkir kopi hitam dan sepotong kue cokelat untuk dibagi. Setelah pelayan pergi, ia menatap Tara dengan serius. “Tara, gue punya sesuatu yang penting buat dibicarain sama lo.”
Tara merasa hatinya mulai berdegup lebih cepat. “Apa itu, Ad? Kayaknya serius banget.”
Adrian menghela napas, seolah-olah sedang menimbang-nimbang kata-katanya. “Tara, gue bukan cuma ngundang lo buat ketemuan hari ini tanpa alasan. Gue pengen lo tahu sesuatu tentang gue, sesuatu yang nggak banyak orang tahu.”
“Ya ampun, lo bikin gue penasaran banget, nih. Katakan aja, Ad. Apa yang lo sembunyiin?” tanya Tara, mencoba tetap tenang.
“Gue… gue terlibat dalam sebuah proyek yang sangat rahasia, dan gue butuh bantuan lo,” ucap Adrian dengan nada yang lebih rendah, seolah takut ada yang mendengar.
Tara mengerutkan kening. “Proyek rahasia? Maksud lo apa, Ad? Proyek apa?”
Adrian melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengarkan sebelum melanjutkan. “Gue nggak bisa ngomong banyak di sini. Tapi lo harus tahu, ini menyangkut sesuatu yang lebih besar dari yang bisa lo bayangin.”
“Lo bercanda, kan? Maksud lo, lo kerja buat semacam organisasi rahasia gitu?” Tara setengah bercanda, meskipun rasa penasaran dan kekhawatirannya terus meningkat.
“Gue serius, Tara. Ini bukan main-main. Gue butuh seseorang yang gue percaya, dan gue lihat lo punya potensi buat bantuin gue,” Adrian menatap Tara dengan penuh kesungguhan.
“Gue? Kenapa harus gue? Gue cuma cewek biasa yang kerja di dunia event organizer. Apa yang bisa gue lakuin buat lo?” tanya Tara dengan skeptis.
“Justru karena lo biasa, Tara. Lo nggak ada dalam radar siapapun. Itu yang bikin lo jadi sempurna untuk ngebantuin gue,” jawab Adrian.
Tara terdiam. Ini sudah melampaui apa yang dia bayangkan. Awalnya dia berpikir ini hanya akan menjadi pertemuan santai dengan pria yang baru dia kenal lewat media sosial. Tapi sekarang, dia justru merasa seperti terperangkap dalam plot film thriller.
“Gue nggak tahu, Ad. Ini terlalu tiba-tiba. Gue nggak yakin gue bisa bantu lo,” ucap Tara pelan, tapi matanya masih menatap Adrian dengan penasaran.
“Gue ngerti kalau lo ragu, dan gue nggak nyalahin lo. Tapi sebelum lo ambil keputusan, biar gue tunjukin sesuatu,” kata Adrian sambil mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari tasnya. Dia menyerahkannya kepada Tara dengan tangan yang sedikit gemetar.
Tara menerima amplop itu dengan hati-hati. Dia membukanya dan menemukan beberapa dokumen dan foto-foto di dalamnya. Foto-foto itu menunjukkan sekelompok orang yang sedang berpose di depan gedung yang tampak seperti fasilitas rahasia. Di salah satu foto, Tara melihat wajah yang dikenalnya—salah satu klien besar dari perusahaan tempat dia bekerja.
“Ini… ini nggak mungkin,” bisik Tara. “Apa yang terjadi di sini?”
“Itulah yang harus kita cari tahu, Tara. Dan gue butuh lo buat bantuin gue masuk ke dalam dunia mereka,” kata Adrian dengan nada serius.
Tara merasakan dadanya berdebar-debar. Dia selalu menyukai tantangan, tapi yang satu ini benar-benar di luar dugaan. Dia melihat ke arah Adrian yang menatapnya penuh harap. Dalam sekejap, hidupnya yang tadinya biasa-biasa saja berubah menjadi misteri yang penuh dengan teka-teki.
“Jadi, lo ngajak gue buat ikut dalam investigasi ini?” tanya Tara akhirnya, berusaha merangkai logika dari semua informasi yang baru saja diterimanya.
“Ya, Tara. Gue nggak bisa ngerjain ini sendirian. Dan lo satu-satunya orang yang gue rasa bisa gue percaya untuk hal ini. Lo mau bantuin gue?” Adrian bertanya dengan nada memohon.
Tara menatap ke luar jendela kafe. Hujan mulai turun dengan deras, menciptakan irama yang konstan di atas atap kafe. Di dalam pikirannya, berbagai pertanyaan dan kemungkinan berkecamuk. Ini bukan hanya tentang membantu seorang teman baru. Ini adalah keputusan yang bisa mengubah hidupnya selamanya.
Tara menutup matanya sejenak, mencoba mendengar suara hatinya. Ada sesuatu dalam diri Adrian yang membuatnya ingin percaya, meskipun bagian lain dari dirinya berteriak untuk mundur. Namun, rasa penasaran dan keinginannya untuk keluar dari rutinitas yang biasa membuatnya ingin tahu lebih banyak.
“Gue nggak bisa janji apa-apa, Ad. Tapi gue mau coba,” jawab Tara akhirnya, dengan nada yang tegas meski di dalam hatinya masih penuh keraguan.
Adrian tersenyum lega. “Gue janji, lo nggak akan nyesel. Terima kasih, Tara. Ini awal dari sesuatu yang besar.”
Dan dengan itu, pertemuan mereka diakhiri dengan kesepakatan yang tidak terduga—sebuah janji untuk menggali lebih dalam ke dunia yang penuh dengan rahasia dan misteri. Tara tahu, sejak saat itu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
2024-08-15
0