"Bagaimana kabar mu bi? Apakah sudah lebih baik?."
Selena baru saja sampai dan mendapati bibi Mera sedang istirahat di tempat tidurnya. Selena menyimpan beberapa kantong bingkisan yang sengaja ia bawa untuk bibi Mera. Ia membeli beberapa jenis buah-buahan dan berbagai makanan tinggi protein lain untuk mempercepat pemulihan bibi Mera. Bibi Mera tidak tinggal sendiri, ia tinggal berdua bersama anaknya Meta setelah kepergian paman Andre tahun lalu. Karena hari ini hari senin, jadi Meta tidak ada di rumah karena harus pergi ke sekolah. Ah, ada beberapa pelayan juga yang tinggal disini untuk mengurus rumah.
"Syukurnya membaik. Kemarin bibi hanya kelelahan saja, kau tidak usah khawatir. Bagaimana kabarmu dan Lio? Mengapa Lio tidak ikut?." tanya Mera saat menyadari Selena datang sendiri.
Selena tersenyum, "Kami juga baik-baik saja bi. Lio tidak ikut karena dia sedang sekolah. Aku tidak ingin mengganggu waktu belajarnya."
"Ah ya, aku akan mengupaskan bibi apel. Tunggu sebentar."
"Tidak usah Selena, kau duduk saja. Biarkan pelayan yang mengupas. Bibi ingin mengobrol banyak denganmu." ucap Mera menahan tangan Selena yang hendak pergi ke dapur.
Selena menyerngit, "Ada apa bi? Aku bisa mengupaskannya disini sambil mendengarmu bicara." jawab Selena. Perasaannya sudah tidak enak. Selena tahu persis apa yang akan bibinya bicarakan jika sudah seperti ini.
Mengangguk, Mera akhirnya mengijinkan Selena pergi. "Baiklah."
Selena lalu berjalan ke arah dapur, mencuci apel yang akan di kupas, lalu kembali menghampiri bibi Mera dengan apel yang siap ia kupas.
Walaupun perasaannya tidak enak dan sudah tahu persis apa yang akan bibi Mera katakan, namun Selena harus tetap sopan dan membiarkan bibi Mera mengatakan apapun yang ingin dia katakan. Selena hanya perlu mendengarkan dan sesekali membantah jika ucapan bibi Mera sedikit keterlaluan. "Baiklah, sekarang bibi bicaralah, aku akan mendengarkan."
"Selena, bagaimana dengan kakak mu? Apakah dia ada kabar? Mengapa dia tidak membawa Lio kembali?." tanya Mera akhirnya sesuai dugaan Selena.
Selena menghela nafas, cukup lelah sebenarnya menghadapi bibinya yang selalu seperti ini. Dan inilah alasan mengapa Selena tak mau membawa Lio berkunjung ke rumah bibi Mera. Selain Selena tak mau Lio tahu apa yang seharusnya tidak ia tahu, Lio masih kecil dan Selena tidak ingin kehilangan Lio. Entah akan sehancur apa ia jika kehilangan Lio.
"Lio harus di kembalikan pada Bianca Selena, kasihan Lio, dia harus tahu ibunya. Dia—."
"Aku ibunya bi." potong Selena cepat.
“Meski bukan terlahir dari rahimku sendiri, Lio tetap anak ku. Anak yang sudah ku besarkan dengan sepenuh hati."
Mera menggeleng tak percaya, "Sadarlah Selena, semua orang juga tahu bahwa Lio bukan anak mu. Kau bahkan sama sekali belum pernah berhubungan dengan lelaki. Sudah waktunya kau memikirkan dirimu sendiri dan kembalikan Lio pada Bianca. Mau sampai kapan kau melajang demi Lio Selena?" ucap Mera, menahan rasa kesalnya karena Selena selalu saja mementingkan Lio ketimbang dirinya sendiri.
Mera tidak ingin keponakan kesayangannya ini menanggung kesalahan Bianca terus menerus. Sudah cukup banyak Bianca merepotkan Selena. Mera ingin Selena bahagia dan melanjutkan hidupnya dengan lelaki lain tanpa Lio. Karena Lio tanggung jawab Bianca, bukan tanggung jawab Selena.
Selena menghela nafas, ia menyimpan potongan apel di atas nakas, lalu menatap bibi Mera dengan serius.
"Bi? Ku mohon hentikan. Aku tahu kau sangat menyayangiku dan ingin melihatku menikah. Aku tahu bi, tapi ini kebahagianku. Bersama Lio adalah kebahagian ku. Lio adalah anak ku. Entah bagaimana orang lain menganggapku, tapi ku mohon khusus bibi anggaplah Lio anak ku bi. Aku sungguh bahagia selama Lio ada bersama ku. Jangan pernah menyuruhku untuk mengembalikan Lio pada Bianca. Karena perlu bibi ingat, aku tidak mengambil Lio dari Bianca sehingga aku harus mengembalikannya lagi pada Bianca. Bianca lah yang kabur begitu saja tanpa membawa Lio bersamanya. Jadi, tolong berhenti membahas ini bi. Aku cukup lelah, karena hanya bibi yang aku punya."
"Justru itu Selena. Karena hanya bibi yang kau punya, maka bibi ingin yang terbaik untuk mu. Bibi mengerti kau menyayangi Lio, tapi tetap saja Lio harus tahu dirinya yang sebenarnya. Mau sampai kapan kau menutup-nutupi ini dari Lio?."
"Selamanya."
"Selena!."
Mera memijat pelipisnya, pusing harus menyadarkan Selena dengan cara yang bagaimana lagi. Selena terlalu menyayangi Lio hingga tidak memikirkan dirinya sendiri.
"Baiklah, kau bisa mengurus Lionel sesukamu jika memang itu kebahagiaan mu. Tapi setidaknya, menikah lah Selena. Mau bagaimana pun kau harus menikah dan memberikan Lio seorang ayah."
"Aku bisa menjadi ayah sekaligus ibu untuk Lionel.” jawab Selena cepat.
"Bibi jangan terlalu mengkhawatirkan ku." lanjut Selena percaya diri. Memang harus diakui, Selena benar-benar mengagumkan. Meski ia membiayai hidup Lionel seorang diri, namun uangnya tidak pernah habis. Selena selalu mendapat banyak projek dari kantornya dan mendapat promosi naik jabatan setiap tahunnya. Memang soal finansial, tidak perlu diragukan lagi. Selena independen woman, saking independennya sampai-sampai tidak ada lelaki yang ingin mendekatinya.
Mera menghela nafas, lelah. "Kau tetap harus menikah. Sadarlah umur mu sudah tidak muda lagi. Kau berumur 26 tahun Selena. Apa kau akan terus melajang seperti ini sedangkan Lio akan tumbuh besar dan jauh darimu?." omel Mera lagi.
Selena cemberut, "Pikiran bibi jauh sekali."
"Karena bibi sudah tua dan bibi tahu kehidupan apa yang baik bagimu. Jadi menurutlah pada bibi Selena."
"Baik bi, jangan khawatir. Sepertinya bibi kelelahan karena terlalu memikirkan ku." jawab Selena kini menyuapkan apel yang telah ia kupas ke mulut bibi Mera.
Walau bagaimanapun, Selena mengerti bibinya tidak bermaksud mengatakan hal yang tidak-tidak pada Lio, bibi Mera hanya terlalu menyayanginya saja hingga selalu ingin yang terbaik untuknya.
"Selena, apakah bibi harus bilang padamu? Jika kau tahu siapa yang bibi lihat kemarin, kau pasti tidak akan percaya." ucap bibi Mera tiba-tiba sambil kini merenung memandang langit-langit kamar. Membuat Selena cemas.
"Ada apa bi? Siapa yang bibi lihat?."
"Janji kau tidak akan kaget?."
Meski aneh, Selena mengangguk saja.
"Devon, Devon Robert Leodinas, kau tahu dia siapa? Bibi dan Meta baru saja kemarin malam melihatnya di New York. Dia.. sepertinya sudah kembali dari LA."
Deg
Mata Selena seketika membulat, degup jantungnya berdebar kencang, dan tangannya tiba-tiba mendingin tak karuan. Apa? Tidak mungkin!
"De-Devon bi?."
Mera mengangguk, "Ya, ayah biologis Lio. Mantan kakak iparmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments