"Dev, lo serius sama anak baru itu?" tanya Nathan setelah sampai di Wartinah. Wartinah atau warung onty inah yang terletak di belakang sekolah SMA Namjoona adalah tempat bolos kedua Nevermind. Tempatnya yang bersih dan pemiliknya yang sangat baik membuat mereka menjadikan tempat ini sebagai tempat tongkrongan mereka.
"Gak!" jawab Devlyn tersenyum miring.
Nathan menghela napas, sudah ia duga, Devlyn gak akan pernah serius dengan perempuan kecuali itu mamanya atau Atha, sahabat kecil mereka, "Kenapa lo pacarin kalau gitu?"
Nathan sebenarnya muak dengan tingkah laku Devlyn yang ingin menunggu sahabat kecilnya, ia paham bagaimana pengorbanan sahabat kecilnya itu bahkan sifat dia yang kaya gini juga karena sahabat kecilnya itu, tetapi dia juga ingin Devlyn merasakan cinta tanpa harus menunggu sahabat kecilnya itu, bukannya kita juga nggak tahu, apakah sahabat kecilnya masih hidup? keberadaan dia aja hilang bak seperti ditelan bumi.
"Buat main-main," jawabnya santai.
"Gila lo bos! Cantik gitu di buat main-main!" teriak Jojon terkejut.
Bryan tersenyum miring."Cara terbaik balas dendam adalah mengklaim dia untuk di bunuh secara perlahan,” jawab Bryan menatap teman-teman nya yang bingung. Ini adalah aksi Devlyn yang Bryan tunggu, membuat adiknya merasa tertekan tanpa campur tangan darinya, anggap saja ini karma Cia atas perbuatannya yang membuat bunda dan nenek nya meninggal.
"that's right! hurt, then left! Dan sepertinya menjadikan dia babu tidak masalah." lanjut bryan dengan seringaian tipis.
Semua anggota di Wartinah– kecuali Alva menatap Bryan bingung. "Dia pembunuh Davin, sahabat kita!" desis Bryan menjawab pertanyaan anggotanya. "Bahkan nyokap dan nenek gua," sambungnya lirih.
Semuanya terdiam. Bukannya tak mau menanggapi, tetapi mereka masih tak percaya bahwa pembunuh Davin adalah murid baru itu. Entah, mereka harus ikut membenci atau tidak karena mereka sangat yakin jika gadis tersebut adalah ratu yang terbaik untuk ketuanya.
Alva yang dari tadi diam pun menyahut dengan sinis, "jangan pernah main-main dengan sebuah hubungan karena penyesalan akan datang saat lo paham arti dari kehilangan,"
Devlyn tertawa sinis. "Kenapa? lu suka sama gadis pembunuh itu?! Gua gak peduli! I want him to suffer!"
Alva yang tahu Devlyn ingin balas dendam hanya dengan melihat buku diary Davin pun marah. Menurutnya buku diary bukan bukti akurat dari kejadian satu tahun yang lalu. "Dia gak salah bangsat! Saat kejadian itu–" bentak Alva ingin menjelaskan, tetapi dipotong membuatnya dirinya malas menjelaskan yang sebenarnya karena percuma juga Devlyn gak akan percaya.
"Iya, gua gak ada saat kejadian itu, tapi buku diary milik Davin dan nama gadis itu membuktikan bahwa dia penyebab kematian adek gua!" sarkas Devlyn memotong ucapan Alva.
Alva menatap Devlyn sinis. "Buku diary bukan bukti yang akurat brengsek!” bentak Alva yang kesal dengan cara berpikir Devlyn.
"Gue nggak peduli! Bagi gua, Valencia tetap pembunuh Davin!" tekan Devlyn.
Alva menghela nafas lelah menghadapi sepupu nya. “I'm waiting for both of you to regret!" sinis Alva lalu pergi meninggalkan wartinah.
🌹🌹🌹
Berbeda dengan Nevermind yang ribut justru kedua gadis ini sedang mengintrogasi gadis polos yang sedang lahap menyantap makanannya. Setelah kejadiaan tadi ketiga gadis ini, ah engga tepatnya kedua gadis ini menatap seseorang yang baru saja membuat seluruh warga SMA Namjoona terkejut.
“Cia lo kok asal terima kak dev aja sih?” tanya Tania gemas melihat Cia yang santai makan.
“Karena dia malaikat yang dikirim tuhan,” jawab Cia santai membuat Tania tersedak terkejut dan Zia yang mulutnya sudah terbuka lebar.
“C-cia lo serius sama jawaban kamu?” tanya Zia masih terkejut mendengar alasan Cia yang sedikit aneh apalagi ditambah mendapatkan anggukan santai oleh sang empu membuat Zia tersenyum getir.
Tania menghela nafas menatap sahabatnya tersenyum paksa. “Kenapa gak yang lain aja sih, Ci? Bukannya gue gak suka, tapi masalahnya lo gak tau gimana sifat sepupu gua itu. Dia ketua geng yang isinya anak berandal semua, lo gak cocok sama dia.”
“Berarti Kafi juga brengsek ya?” tanya Cia yang mendapat anggukan ragu dari kedua sahabatnya. “Yaudah nanti Cia minta ajarin Kafi aja biar bisa jadi anak brengsek,” lanjut Cia membuat Zia tambah tersenyum getir dan Tania kesal.
“TERSERAH LO DAH TUMINI!” teriak Tania kesal membuat Zia yang berada di dekatnya menutup telinga.
“Siapa Tumini?” tanya Cia sambil menggaruk pipinya bingung.
Berbeda dengan kezia yang tertawa,Tania justru menatap kesal sahabatnya yang polosnya sudah stadium 4 ini. Terkadang ia heran, Cia termasuk anak pintar dulu di sekolahnya, tetapi kenapa masih polos? Sedangkan dirinya? polos nggak, bodoh iya, “tukang sayur komplek perumahan gua,” jawab Tania asal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments