Beberapa hari tinggal bersama Da Mi, Jae Suk tersiksa karena harus tidur di sofa. Dia bahkan kepanasan karena di rumah Da Mi tak ada AC.
"Hei, apa kau tidak bisa masak nanti saja. Baunya menyengat, aku masih ingin tidur" keluh Jae Suk.
"Matahari sudah tinggi, ini sudah waktunya bangun. Yang benar saja kau masih mengantuk" jawab Da Mi.
"Aku tidak bisa tidur karena di sini panas" Jae Suk bangun kemudian berdiri.
Dia pergi melangkah menuju kamar Da Mi selama dia mengomelinya.
Saat Da Mi menoleh, dia kesal karena Jae Suk tak ada. Dan saat dia hendak membuka pintu kamar, Jae Suk menguncinya.
"Aishhh pria ini! " gumam Da Mi.
Da Mi menyerah, dia tak mau lagi menegur Jae Suk.
Da Mi makan sendiri, dia tak mau mengganggu Jae Suk yang memang terlihat sudah jenuh setelah beberapa hari tinggal di sana.
Setelah beberapa saat, Dong Ju datang dengan terengah.
"Da Mi! "
Mata Da Mi membulat menatapnya.
"Apa benar?"
"Apa? " tanya Da Mi dengan mulut penuh makanan.
"Kau akan menikah? " lanjut Dong Ju.
Da Mi mengunyah makanannya kemudian menelan.
"Duduklah! " Da Mi menepuk kursi di sampingnya.
Dong Ju masih mengatur nafasnya dan duduk.
"Minumlah! " Da Mi memberikan gelasnya.
Dong Ju menghabiskannya.
"Kau baru pulang menyelidiki sebuah kasus bukan, kau pasti lelah, kau mau makan? " Da Mi hendak menyuapinya.
"Tidak, jelaskan padaku. Kenapa tiba-tiba kau akan menikah? " Dong Ju masih terengah.
"Ahh, itu.... " Da Mi hendak menjelaskan.
Kemudian Jae Suk keluar dari kamar dengan bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek sambil menggosok rambutnya dengan handuk.
"Kenapa semua sabun dan sampo mu tak ada mereknya, apa kau membuatnya sendiri? wanginya juga berbeda " tanya Jae Suk.
Dong Ju menganga melihat badan sixpack milik Jae Suk. Sedangkan Da Mi menghela kesal dan buru-buru melemparkan kaus pada Jae Suk.
"Kau sudah menikah dengan dia? " tanya Dong Ju panik.
"Tidak, kami tidak menikah. Tidak akan pernah" jawab Da Mi seraya menatap ke arah Jae Suk.
Jae Suk menatap Da Mi mempertanyakan ucapannya.
"Dong Ju ah, dengar jangan katakan ini pada siapapun! " ucap Da Mi.
Jae Suk melihat Da Mi sulit menjelaskan, dia akhirnya merangkul leher Da Mi dan bicara.
"Ya, kami akan menikah bulan depan. Jadi, kubur semua perasaan mu pada Da Mi. Jangan mengharapkan hatinya lagi, mengerti? " ucap Jae Suk sengaja karena dia tahu sejak kecil Dong Ju menyukainya.
Dong Ju menatap mereka bergantian, kemudian pingsan mendengarnya, Da Mi membulatkan matanya kemudian melepaskan tangan Jae Suk.
"Dong Ju bangun! "
Da Mi panik, Jae Suk malah santai menggosok rambutnya.
"Hei, kau.... " Da Mi kesal.
"Dia hanya pingsan" Jae Suk bicara santai.
"Bantu aku mengangkatnya! " ucap Da Mi seraya berusaha mengangkat Dong Ju.
Akhirnya, Jae Suk membawa Dong Ju ke rumahnya.
Da Mi terus membungkuk beberapa kali pada ibu Dong Ju. Merasa bersalah karena Dong Ju pingsan di rumahnya. Tapi ibu Dong Ju malah bersikap ramah padanya.
"Tidak apa-apa, sudah jangan khawatir. Aku akan menjelaskan padanya" ucap ibu Dong Ju seraya menutup pintu.
Da Mi terheran, sikap ibu Dong Ju berubah beberapa hari itu.
"Menjelaskan? " gumam Da Mi.
"Kenapa? " tanya Jae Suk.
Da Mi menoleh, dia ingat Dong Ju pingsan karena Jae Suk, Da Mi memukul lengan Jae Suk.
"Semua karena kau! " Da Mi menunjuk.
Jae Suk hanya tersenyum melihat Da Mi pergi dengan kesal ke rumah.
Jae Suk melihat ke arah ladang, beberapa pegawai datang hendak ke rumah.
"Ada apa?" tanya Jae Suk dengan mengerutkan dahinya.
"Kami hendak menanyakan sesuatu Pak! " ucap salah satu dari mereka.
Jae Suk menunggu.
"Siapa yang akan mengurus semua ini jika nona Da Mi pergi? Tak ada bos yang baik seperti dia. Kami tidak ingin dia digantikan" lanjut yang lainnya.
"Kalian bekerja untuk diri kalian sendiri bukan. Kalian pilih siapa yang bisa menggantikan Da Mi sesuai keinginan kalian, karena Da Mi tetap akan pergi" jawab Jae Suk.
Para pegawai saling menatap.
"Besok kami pergi, putuskan sore ini baru bicara pada ku malam ini. Kalian boleh pergi" ucap Jae Suk kemudian membuka pagar rumah.
Para pegawai pergi dengan saling bicara menentukan pilihan mereka.
Jae Suk melihat Da Mi menengadahkan kepalanya di sofa.
"Minggir aku mau tiduran" ucap Jae Suk.
Tanpa protes Da Mi pindah ke sisi sofa lainnya. Jae Suk terheran karena dia tak melawan seperti biasanya.
"Kenapa? Kau memikirkan pria lainnya?" Jae Suk berpikir Da Mi memikirkan Ha Joon.
Da Mi tak menjawab.
"Atauuu...... "
Da Mi melempar bantal ke wajahnya.
"Diam atau kau keluar saja! " ucap Da Mi.
"Ada apa lagi? " Jae Suk kesal dengan sikapnya yang labil.
"Kenapa kau bisa sesantai itu? Kau mengerti kan kalau kita itu dijodohkan?" ucap Da Mi.
"Kita akan menikah, menjalin sebuah hubungan sakral antara seorang pria dan wanita" lanjut Da Mi dengan memperagakan tangannya.
"Kau tidak mau ladang dan rumah pelangi mu dikuasai ayah mu kan, jadi lakukan saja" ucap Jae Suk menyepelekan.
"Apa? Semudah itu kau bicara!" Da Mi kesal.
"Ini hanya tentang perjanjian almarhum kakek mu dan kakek ku. Tidak ada alasan lain, aku anggap ini kesepakatan bisnis, bukan selayaknya pernikahan seperti yang lain" ucap Jae Suk.
Da Mi terdiam, terheran dengan pemikiran Jae Suk.
"Jalani saja hingga dua tahun, kau bisa melebarkan sayap rumah pelangi mu seperti yang kau inginkan. Setelah dua tahun, kita bisa bercerai karena alasan apapun termasuk tak bisa menumbuhkan rasa cinta diantara kita. Kakek akan setuju dengan itu" jelas Jae Suk.
Da Mi baru tersadar. Ini kesempatan untuknya mengembangkan rumah pelangi. Dia bisa membuka banyak rumah pelangi dimana-mana.
Tapi sejenak dia teringat dengan Ha Joon, berpikir tentang menyimpan perasaannya pada Ha Joon.
Tapi kemudian, Da Mi menatap Jae Suk. Dia berpikir, setuju dengan perkataan Jae Suk.
Da Mi menjulurkan tangannya pada Jae Suk.
"Apa? " tanya Jae Suk.
"Ok, ini perjanjian antara kita. Dua tahun, alasan kita tak bisa saling mencintai akan membuat kakek tak bisa berbuat apa-apa" ucap Da Mi tegas.
Jae Suk menyeringai, kemudian menatap tangan Da Mi.
"Para pegawai akan memilih pimpinan baru mereka" ucap Jae Suk mengalihkan pembicaraan.
Da Mi menurunkan tangannya.
"Benarkah? " tanya Da Mi.
"Mereka tak bicara padaku? " tambah Da Mi merasa tak mendapatkan laporan apapun.
"Tadi mereka kesini, aku minta mereka memilih siapa yang akan menjadi pimpinan mereka untuk menggantikan mu" jelas Jae Suk.
Da Mi berpikir, dia teringat dengan ibu Dong Ju.
#
Sore harinya.
Semua pegawai berkumpul di gudang. Tak ada satu pun dari mereka yang diam, semuanya mengobrol perihal kepergian Da Mi.
"Tolong perhatiannya! " seru Jae Suk.
Ibu-ibu tersenyum melihat Jae Suk.
"Kalian sudah memutuskan? " tanya Jae Suk.
Seorang pria berdiri. Da Mi tersenyum, paman Bum Soo yang selalu dia andalkan hendak bicara.
"Kami sudah memutuskan" ucapnya.
"Ok, siapa yang kalian percaya untuk menjadi ketua? " tanya Jae Suk.
"Nyonya Shin Min Ah" jawab Paman Bum Soo.
Da Mi terkejut, dia pikir paman Bum Soo akan mengajukan namanya sendiri.
Tatapan semua orang tertuju pada ibu Dong Ju itu, dia sendiri terlihat terkejut dengan ucapan paman Bum Soo.
Tapi semua orang terlihat sangat setuju. Mereka bertepuk tangan untuk ditunjuknya Min Ah.
Jae Suk menatap ke arah Da Mi, seolah saling paham dengan tatapannya, Da Mi menganggukkan kepala seraya mengedipkan matanya.
"Baiklah, keputusan sudah diambil, nyonya Shin Min Ah yang akan menangani semuanya. Anda harus melaporkan semuanya pada ku atau Da Mi nantinya. Ku harap, kita bisa bekerja dengan baik" jelas Jae Suk.
Nyonya Min Ah terlihat datar, tapi saat menatap Da Mi dia tersenyum.
Da Mi membalas senyumannya, meskipun merasa aneh dengan sikapnya akhir-akhir ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ini cinta
seneng ya bikin orang cemburu
2024-09-12
0