BAB 3

🌟Enthusiasm chapter 3🌟

Betewe, habis baca jangan lupa tinggalin jejak ya. Aku takut sama hantu soalnya.

BRAK!!

Deana dan Anna terperanjat saat Nahyan menggebrak meja tepat di samping Anna.

Anna menelan salivanya dengan susah payah.

"Hai...," sapa Anna sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah Nahyan.

Nahyan menatap tajam Anna.

"Hama kayak lo enaknya diapain ya?" tanya Nahyan dengan tatapan menghunus.

"Dicintai...?" jawab Anna yang ngawur dengan senyum paksanya.

Anna takut setengah mati pada cowok yang menatapnya seperti ingin melahapnya hidup-hidup. Ingin rasanya dia tenggelam ke dasa lautan, tapi sayangnya dia sedang berada di darat sekarang.

Merasa tidak sabar, Nahyan menggamit pergelangan tangan Anna lalu menyeret gadis itu entah ke mana.

"Ikut gue!" perintah Nahyan.

"Eh, eh, tunggu!" Anna yang ditarik paksa sempat-sempatnya mengambil burger yang berada di atas meja.

"Berhenti dulu!" pinta Anna yang kesusahan karena langkah kaki Nahyan yang lebar.

Nahyan mencengkeram kuat tangan Anna seolah menolak untuk berhenti.

Oke, sekarang gue sangat takut, batin Anna sambil memakan burgernya dengan gigitan-gigitan besar dan menatapi punggung lebar milik Nahyan.

"Dari belakang aja ganteng banget," gumamnya.

Anna yang terpesona hanya dengan melihat punggung lebar Nahyan, mengikuti langkah cowok itu seakan tidak keberatan mau dibawa ke manapun asalkan bersama cowok itu, dan tentunya masih dengan burger di mulutnya. Setelah gigitan terakhir masuk ke dalam mulutnya, Anna menahan tubuhnya agar tidak terseret lebih jauh lagi.

"Lepas! Lepasin gue!" ucapnya sambil berusaha melepaskan cengkraman Nahyan yang kelewat kuat. Bisa Anna rasakan tangannya kebas.

"Help! Help Me!" batin Anna saat cengkraman Nahyan semakin menguat, dan itu sangat menyakitkan bagi Anna. Bahkan, pergelangan tangannya seperti mati rasa sangking kuatnya cengkraman cowok itu.

Anna meringis kesakitan.

"Sakit, Bodoh!" bentak Anna masih dengan memberontak.

Siapa saja, tolong gue! teriak Anna dalam hati.

"Berhenti!" Sebuah tangan yang terlihat di mata Anna sebagai tangan malaikat penyelamat, mencengkram tangan Nahyan agar cowok bar-bar itu berhenti.

"Gak usah ikut campur!" ujar Nahyan dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Lo Anna Abimanyu kan?" tanya cowok itu yang tidak menghiraukan ucapan Nahyan. Suaranya yang serak-serak basah membuat hati Anna berbunga-bunga.

"Oh, shi*t! Kenapa sekolah ini cogannya bertaburan sih? Kan gak baik buat jantung," batin Anna merasa senang alih-alih merasa sakit di pergelangan tangannya.

"Ternyata gini rasanya jadi heroin di game harem," gumam Anna dengan mata yang berbinar.

"Penyelamatku! Eh, maksud gue... nama gue Anna. Btw, nyari gue ada perlu apa?" jawab Anna dengan salah tingkah.

Sesekali Anna melirik Nahyan yang sepertinya merasa terganggu dengan kehadiran cowok ganteng bername tag Galendra Saputra di baju sebelah kanan.

Merasa mendapatkan kesempatan di kelengahan Nahyan, Anna menyentakkan tangannya agar terlepas dari cengkraman Nahyan, dan congrats! Itu berhasil.

"Ayo! Orang tua lo nungguin di ruang kepala sekolah," ajak Galen lalu menggamit tangan Anna yang baru saja terlepas dari tangan Nahyan.

Duh, rezeki anak solehah digandeng mulu sama cogan!

Anna tersenyum senang.

Sentuhan tangan Galen tidaklah menyakiti tangan Anna meski itu adalah tempat yang sama dengan yang di cengkram Nahyan. Malah sebaliknya, tangan Galen mencengkeramnya dengan hati-hati seolah tangannya adalah hal yang paling berharga hingga menyentuhnya tidak boleh sembarangan.

Dengan senang hati Anna mengikuti langkah kaki Galen. Tanpa sebuah paksaan, tapi....

Grab!

Nahyan mencengkram tangan Anna yang bebas, membuat langkah Galen dan gadis itu terhenti. Dengan tatapan lurus dan tajam, Nahyan menarik Anna ke arahnya hingga wajah gadis itu menubruk pelan dada bidangnya.

Deg!

Mimpi apa gue semalem dipeluk sama cogan?!! Yah, meski cogannya rada-rada sarap.

"Gue punya urusan sama dia!" kata Nahyan dengan dingin. Tak lupa dengan wajahnya yang kelewat datar.

"Gue juga punya!" jawab Galen dengan wajah yang tak kalah datar sambil menarik Anna ke arahnya.

"Gue duluan!" Nahyan kembali menarik Anna ke arahnya.

"Orang tuanya nungguin!" Galen juga kembali menarik Anna ke arahnya lalu terjadilah aksi tarik-menarik yang disertai perdebatan dengan topik yang sangat tidak penting.

Anna mengepalkan kedua tangannya.

Anna merasa sebal karena ditarik-tarik. Jadi berasa seperti baju diskonan yang diserbu emak-emak. Bahkan, kedua cowok itu seperti asyik berdebat, seolah dia tidak ada di sini.

Anna mengambil napas panjang-panjang, lalu ia memundurkan kakinya selangkah dan menarik kedua tangannya hingga terlepas dari dua cowok tampan itu.. Jika saja Nahyan tidak memiliki reflek yang bagus, kedua cowok itu pasti sudah berakhir dengan berciuman sekarang.

"Ngapain lo deket-deket! Minggir!" kata Nahyan sambil mendorong Galen.

Anna terkikik geli, lalu berlari kencang dari tempat itu.

...***...

Anna terlihat baru saja keluar dari ruang kepala sekolah dengan paperbag di pelukannya.

Memang benar ada yang menunggunya, tapi itu bukanlah orang tua apalagi saudaranya, melainkan Bapak Kepala Sekolah bersama beberapa paperbag berisi seragam sekolah yang menunggunya.

Anna memajukan bibir bawahnya.

"Hm... artinya, cowok tadi bohong dong?" gumamnya sambil berjalan menuju kelasnya.

Anna tersenyum tipis.

"Dia berniat nolongin gue dari Bule Sawah yang bar-bar itu," batin Anna merasa bahagia.

Siapa sih cewek yang gak bahagia ditolongin cowok seganteng dengan attitude baik seperti Galen? Cewek normal pasti bahagia banget.

"De!" panggil Anna saat sampai di kelasnya pada Dea yang sedang asyik menulis.

"Ngapain?" tanyanya setelah memasukkan paperbag ke dalam laci meja.

Deana tersenyum tipis.

"Manusia lidi," jawab Deana singkat.

"Gabut lo?" ejek Anna.

Deana mengangkat kedua bahunya dengan ekspresi wajah yang seperti mengiyakan.

"Nasib lo gimana?" tanya Deana sambil menutup buku tulisnya dan memusatkan perhatiannya ke Anna yang berada di depannya.

Anna tersenyum samar.

Deana khawatir dengannya ternyata, dan itu membuat hati Anna terasa hangat dan dia merasa terhibur.

"Seperti yang lo lihat."

"Jawab yang bener!"

Anna menghela napas. "Gue bisa lolos berkat cowok yang namanya Galen," jawab Anna akhirnya.

Deana terlihat ingin membuka suara, namun tertahan karena terdengar suara Anna selanjutnya.

"Kalau lo mau nanya apa gue baik-baik aja, jawabannya kagak. Nih, liat pergelangan tangan gue." Anna menunjukkan pergelangan tangannya yang memerah.

"Sakit gak?" tanya Deana sambil menyentuh pelan area tangan Anna yang memerah.

"Sedikit," jawab Anna sambil menarik tangannya, "yaudahlah. Gue tinggal berdoa aja si Bule sawah itu gak inget sama gue."

Deana mengangguk lemah.

"Gue beliin ice cream mau?" tanya Deana yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Anna.

"Na!" panggil sebuah suara bariton.

Deana dan Anna sama-sama menoleh karena merasa terpanggil. Menyadari situasi, pelaku yang memanggil tersenyum geli.

"Sorry, Deana. Gue manggil Anna," ucap Zidan.

Deana mengangguk maklum.

"Kenapa?" tanya Anna pada cowok yang diketahuinya sebagai Zidan.

"Tebak-tebakkan, yuk!" ajak Zidan.

"Ceileh Zidan, anak baru juga lu gebet," kata Felisa sambil mengaca pada cermin kecil di tangannya.

"Berisik lo!" hardik Zidan dengan nada bercanda sambil menatap Felisa lalu kembali menatap Anna.

"Boleh. Tapi, lo yang kasih tebak-tebakan," jawab Anna.

"Oke. Gue mulai ya!" Zidan terlihat berpikir.

"Laba-laba apa yang bisa buat Anna senyum?" tanya Zidan.

"Hah, apaan ya? Laba-laba jatuh cinta?" jawab Anna asal.

Zidan menggeleng. "Laba-laba Zidan perhatiin Anna cantik juga," jawab Zidan yang langsung disambut sorakan oleh teman-teman sekelas. Sedangkan Zidan menepuk-nepuk dadanya dengan bangga.

Anna tersenyum geli. "Receh ya ampun...."

"Oke, lagi gak?" tanya Zidan.

"Gak mau, ah! Kamu bau," jawab Anna dengan senyum manisnya yang langsung disambut tawa oleh teman-temannya. Apalagi cowok-cowok yang berkumpul di bagian belakang, mereka seperti sangat bahagia jika cowok tengil seperti Zidan ternistakan.

Tiba-tiba saja Hadi datang dengan tergesa-gesa.

"Ga-wat! Pak... Edo bawa cukuran!" ucap Hadi yang mengap-mengap dengan napas yang memburu.

Mendengar hal itu, anak-anak kelas pada grasak-grusuk. Ada yang memungut sampah di belakang, merapikan letak meja dan kursi, dan duduk manis di kursinya masing-masing.

"Woy, yang ninggalin buku di laci pinjem bukunya! Mau ngisi tas gue yang kosong nih!" ucap cowok-cowok.

"Pada kenapa, sih?" tanya Anna penasaran.

"Sepertinya mau razia," jawab Deana yang acuh tak acuh.

"Pak Edo itu identik dengan razia. Apalagi kalo udah nenteng cukuran. Artinya, segala hal yang gak mencerminkan seorang pelajar, pasti habis sama Pak Edo."

"Liat tuh yang cewek-cewek juga pada ribet nyumputin make-up dan segala antek-anteknya," jelas Deana panjang lebar.

Dengan penjelasan Deana, sudah cukup untuk membuat Anna mengerti. Sepertinya, sekolah barunya ini lebih menarik dari yang dibayangkan.

°°°

Tbc

NEXT?

Like, Comment, rate 5 nya ya 😢

Biar aku semangat update-nya ❤

Salam hangat,

Juecy.bell

13 Agustus 2020

Terpopuler

Comments

rin⍨⃝🌼

rin⍨⃝🌼

🤣🤣🤣

2021-07-01

1

🐌KANG MAGERAN🐌

🐌KANG MAGERAN🐌

mampir ya😘

2021-06-25

0

re

re

Ternyata ceritanya lucu

2021-05-23

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 102 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!