BAB 1

Beberapa bulan sebelum peristiwa 'Sepatu Maut'

Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang terasa hangat mengiringi perjalanan seorang gadis berkuncir kuda dan berseragam SMA, yang sedang berjalan santai hendak menuju ke tempat dimana ia tercatat sebagai salah seorang siswi.

Menurutnya, berjalan kaki lebih baik daripada naik angkutan umum karena dengan begini ia bisa menghemat uang jajannya, dan terlebih lagi jarak rumah dengan sekolah barunya tidaklah begitu jauh. Mungkin sekitar 15 menit kalau berjalan kaki.

Anna menatap jam orange kesayangannya yang berada di tangan kirinya.

Jam menunjukkan pukul 6 lewat 35 menit. Dan itu menunjukkan masih ada waktu sekitar 35 menit lagi untuk sampai ke sekolahnya sebelum bel pelajaran pertama di mulai.

Tapi, bukankah ini hari Senin? Sekolah barunya pasti mengadakan upacara bendera, dan di sekolah lama gadis itu biasanya upacara dimulai tepat pukul tujuh pagi.

Anna menggembungkan pipinya.

"Masih ada waktu sekitar 20 menit lagi. Santai aja, deh!" gumamnya yang tampak dengan seragam sekolah lamanya karena dirinya belum mendapatkan seragam barunya.

Anna memegang kedua tali tasnya, lalu berjalan dengan mantap.

Gadis itu terlihat sedang bersenandung kecil, sekadar menghilangkan bosan.

Anna ingin menikmati udara pagi yang sejuk ini. Biarlah dirinya menikmati setiap detik waktu yang dia punya. Lagi pula, hidupnya sudah cukup melelahkan dengan drama di rumahnya.

BRUK!!

Tiba-tiba saja, ada sebuah motor yang menyerempet Anna hingga dirinya jatuh tersungkur.

Perih yang Anna rasa saat bangun dari jatuh. Dia nampak kacau dengan seragam yang sedikit kotor dan luka di kedua lutut, dagu, dan telapak tangannya.

CITTT!!

Terdengar suara decitan keras dari roda sebuah motor yang bergesek kuat dengan aspal jalanan.

Seseorang yang dari postur tubuhnya macho, melepaskan helm teropong yang dia pakai, lalu berdiri di samping motor mewahnya dengan angkuh.

First impression Anna ketika melihat wajah itu adalah tampan. Cowok itu benar-benar tampan! Bahkan, Prince Charming di sekolah lamanya kalah jauh dengan cowok ini.

Anna menghampiri cowok yang sedang berdiri di samping motornya dengan tampang datar dan jalan yang sedikit pincang.

Anna berteriak, "Lo gila ya?!"

Tadinya dia berniat berkata dengan lembut, namun apa daya? Wajah tampan itu benar-benar membuatnya salah tingkah, dan untuk menutupi hal itu dia memilih berteriak.

"Jalan selebar ini harus ya pakai nyerempet gue?!" Raut wajah Anna nampak kesal. Penyebabnya tak lain adalah cowok tampan yang berdiri di depannya, yang tidak bergeming sedikitpun.

Cowok itu diam dengan ekspresi wajah datar.

"Hello Mas! Masih hidup kan?" ejeknya sambil menjentikkan jarinya di depan wajah cowok itu. Namun, masih saja tidak ada respond dari cowok tampan ini.

Anna mengerutkan dahinya. Cowok di depannya ini hanya menatap tajam yang terlihat sinis padanya.

Anna membatin, "Sebenernya, yang salah itu gue atau dia sih?"

"Bisu atau gimana sih? Pakai datar segala mukanya. Lo gak ada rasa bersalah gitu udah menabrak gue?!" bentak Anna.

"Nyerempet." Akhirnya cowok itu buka suara.

"Ya, nyerempet atau apa pun lo nyebutnya," kata Anna, "tapi lo gak mau minta maaf gitu?"

"Gak," jawab cowok itu enteng membuat Anna menarik rambutnya sendiri karena dilanda kekesalan.

Anna menarik napas panjang.

"Lo tuh belagu ya! Minta maaf!"

"Salah lo karena gak jalan di pinggir."

Kampr*et! Ganteng-ganteng gak ada akhlak, batin Anna yang merasa dongkol.

"Gue jalan udah di pinggir. Mau sepinggir apa lagi?!" tanya Anna yang merasa gemas.

"Sepinggir-pinggirnya sampai gue puas," jawab cowok itu yang seolah tidak merasa bersalah. Eh, memang gak merasa sepertinya. Belagu gitu, sih.

Anna menggigit bibir bawahnya.

Sudah cukup!

Amarahnya sudah berada di atas puncaknya. Dirinya tak bisa lagi menahan untuk tidak menghajar cowok di depannya ini.

Anna membogem pipi cowok itu dengan keras.

DUAK!!

Cowok itu menatap tajam ke arah Anna yang menatapnya penuh dengan amarah. Sedangkan Anna, menyeringai penuh kemenangan.

"Apa liat-liat? Gak suka? Salah lo gak menghindar," kata Anna membalas pelototan cowok itu.

Mamp*us, enak kan diginiin!

Cowok itu mendorong Anna hingga membentur dinding bangunan di belakangnya, lalu menyenderkan satu tangannya di dinding tepat di samping kepala Anna.

"Gue Nahyan Ra---" ucap Nahyan penuh penekanan namun langsung di potong Anna.

"Gak nanya."

Nahyan menarik dagu Anna dengan kasar.

"Belum pernah ada cewek yang nampar gue sekalipun itu ibu gue," kata Nahyan dengan wajah datar namun menyeramkan.

Anna meringis.

"Kalo gitu gue yang pertama," jawab Anna cepat menatap wajah Nahyan dengan wajah yang tak kalah datar.

Nahyan menarik kerah baju Anna dengan kasar hanya dengan satu tangannya.

"Lo tau gue gak akan segan-segan mukul orang yang berurusan dengan gue sekalipun itu cewek."

Anna menahan rasa takutnya dan segera menjawab, "Gak tau tuh!"

Sungguh, dia tidak menyangka semuanya akan berbuntut panjang.

Nahyan yang kesal memukul dinding dan hampir mengenai kepala Anna.

"Katanya gak segan-segan mukul orang yang berurusan dengan lo, sekalipun itu cewek?" tantang Anna sambil mendorong Nahyan agar menjauh dari dirinya.

"Lagi pula kok masalahnya jadi nyeleneh gini?"

Nahyan mendorong bahu Anna dengan kasar berulang-ulang kali hingga membuat Anna hampir terjatuh.

"Terus kenapa?" tanya Nahyan dingin sambil mendorong Anna hingga jatuh terduduk.

Nahyan berjongkok di depan Anna dan menarik dagu Anna agar dekat dengan wajahnya sekali lagi.

"Kali ini lo gue lepas, tapi lain kali jangan harap bisa lepas," ancam Nahyan tepat ditelinga Anna.

Anna mendorong Nahyan yang berjongkok di depannya, hingga jatuh ke belakang.

"Jauh-jauh dari gue! Ludah lo muncrat, nih!" kata Anna sambil mengusap wajahnya dengan tangan.

Nahyan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sangat terlihat kalau rahang cowok itu mengeras. Pertanda cowok itu sedang menahan amarahnya.

"Lo berani sama gue, hah?!"

"Sedikit. Tapi dari tadi lo betah amat deket-deket gue. Sampe-sampe ludah lo muncrat," jawab Anna menutupi kerisauannya akan cowok di depannya.

"Udah, ah!" Anna berdiri dari duduknya lalu membersihkan rok bagian belakangnya dan berjalan meninggalkan yang terlihat sangat-sangat kesal.

"Ah, satu lagi."

Anna berbalik dan berjalan menuju Nahyan yang tengah berdiam diri dengan tatapan mata yang tidak lepas dari Anna, seolah-olah kapan pun dia bisa menerkam Anna.

Anna melirik ke arah ponsel yang Nahyan pegang. "Mau manggil antek-anteknya? Pengecut!" pikir Anna saat mendapati Nahyan sedang menghubungi seseorang.

Anna tersenyum penuh misteri, dan menatap mata Nahyan secara langsung.

"Hukuman buat lo yang udah kurang ajar sama gue," kata Anna sambil mengambil kunci motor Nahyan yang masih tergantung, lalu berlari berlari sekencang-kencangnya.

"Bye! Bule Sawah!"

Lutut yang luka, benar-benar tak menghentikan langkahnya untuk kabur dari Bule Sawah. Sebutan dari Anna untuk cowok yang baru ditemuinya itu.

"BANGS*AT!!" teriak Nahyan sambil menendang motornya itu hingga terjatuh.

"Ngapa woy? Tumben lo nelpon gue. Biasanya lo blokir." Sebuah suara terdengar dari ponsel Nahyan.

"Lo bawa motor gue yang ada di deket wardu ke sekolah. Sekarang!" perintah Nahyan lalu memutuskan sambungan teleponnya.

"Liat aja lo nanti," gumam Nahyan sambil menatap punggung Anna yang berlari menjauh.

°°°

Bersambung...

Juecy.bell

09 Agustus 2020

Terpopuler

Comments

Manami Slyterin

Manami Slyterin

semangat

2021-09-04

0

nhiena Ali

nhiena Ali

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2021-07-02

1

fanny udara

fanny udara

semangat nulis dan uploadnya writernim, ceritanya bagus banget<3

2021-05-26

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 102 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!