Anna menunggu kedatangan cowok rese yang baru ditemuinya beberapa menit yang lalu di depan gerbang. Namun, setelah menunggu beberapa menit lamanya, cowok itu tidak juga menampakkan batang hidungnya.
"Itu cowok ke mana sih? Ditungguin juga," gumam Anna yang memilih berjongkok di depan gerbang sekolah barunya.
Siswa-siswi yang berlalu-lalang dengan menggunakan kendaraan mau pun yang turun di depan gerbang, memperhatikannya dengan sesekali tertawa sambil berbisik pada teman di sampingnya.
Anna menggaruk pipinya sambil bergumam pelan, "Buset dah! Kayak gembel gue nungguin di sini."
Anna menghela napas.
"Gak tau, ah! Mending gue ke ruang kepala sekolah."
Setelah perjalanan yang penuh dengan tanya sana-sini, akhirnya Anna tiba di ruang kepala sekolah yang ternyata berada di lantai tiga.
"Ampun deh," kata Anna sambil merapikan penampilannya lalu mengetuk pintu di depannya.
"Permisi...," ucap Anna lalu masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.
"Ya?"
"Anu, Pak ... saya murid pindahan yang ...."
"Saya tau," ucap Bapak Kepala Sekolah dengan cepat sambil membenarkan kacamatanya.
Buset!
"Kamu ke ruang guru yang di lantai 2. Temui Ibu Selly. Dia wali kelas kamu," ujar Kepala Sekolah sambil tersenyum tipis ala senyum bisnis.
"Ingat, upacara dulu!"
Anna tertawa dengan paksa.
"Eh, iya Pak! Terima kasih Pak .... Saya permisi," jawab Anna sambil berjalan keluar dari ruang kepala sekolah menuju ruang guru di lantai 2.
Anna meniup poninya saat orang-orang yang melewatinya pasti menatapnya, lalu ia tertawa pelan karena tampangnya yang kusut dan acak-acakan.
"Gara-gara Bule Sawah."
...***...
"Nama gue Anna. Dengan n-nya dua," ujar Anna singkat.
Bu Sely menunggu-nunggu kata-kata yang akan Anna ucapkan selanjutnya. Tapi hanya keheningan yang Bu Selly dapat.
"Hanya itu?" tanya Bu Selly. "Tidak ada yang lain seperti hobi atau asal sekolah kamu?"
Anna menggelengkan kepalanya dengan mantap.
"Gak ada yang menarik untuk diceritakan, Bu," jawab Anna sambil cengengesan.
Dia memang tidak begitu tertarik untuk menyebutkan hal-hal yang menurutnya tidak penting. Toh, kalau dia bilang pun pasti tidak akan ada yang ingat.
"Kalau begitu," kata Bu Selly sambil tersenyum tipis, lalu mengalihkan tatapannya ke arah depan, "yang namanya Deana angkat tangan!"
Seorang murid perempuan mengangkat tangannya.
Anna tersenyum semringah.
Dia senang saat tau dia akan duduk di depan Deana yang merupakan teman sekelasnya selama tiga tahun saat di SMP. Yah, meski di SMP mereka berdua tidak begitu dekat hingga disebut sebagai teman dekat.
Anna yang merasa pundaknya ditepuk langsung menoleh ke belakang
Deana menyunggingkan senyum lebar lalu berkata, "Hai! Anna, kan? Masih inget gue? Waktu SMP kita sekelas selama 3 tahun."
Anna membalas tersenyum. "Iya masih inget, kok. Lo kabar apa?" tanya Anna sekadar berbasa-basi.
"Baik. Eh, nanti kita ngobrolnya. Bu Selly galak kalau soal murid yang gak merhatiin pelajarannya."
...***...
"Mau ke kantin bareng?" tanya Deana sambil menopang dagunya di meja Anna.
"Hm ... oke," jawab Anna sambil berdiri dari kursi.
Lumayan, jadi gak perlu capek capek nyari-nyari kantin, batin Anna.
Mereka berdua menelusuri sekolah menuju kantin. Sebelum sampai di kantin, Deana memberitahu tempat tempat yang ada di sekolah ini. Yah, semacam pemandu.
"Eh Anna? Itu kantinnya! Yuk buruan nanti makin sumpek," katanya sambil memegang lengan Anna, mengajaknya berlari.
"Eehh...?"
Mereka berdua menduduki bangku yang ada di kantin yang letaknya di paling pojok sebelah kiri.
"Lo pesan apa? Gue traktir."
"Hmm ... kalau ada burger aja deh. Minumnya cola dingin," jawab Anna setelah berpikir.
"Oke, tunggu ya!" katanya dengan tersenyum tipis.
"Gak berubah banyak ternyata. Kira-kira sekarang masih banyak yang manfaatin kebaikan dia gak ya?" gumam Anna sambil menguap.
Beberapa menit kemudian...
"Wahh... maaf ya lama soalnya ngantri sih," kata Deana tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
Anna tersadar dan menaruh ponselnya di atas meja. "Gak apa-apa, kok."
Anna memakan burger berukuran besarnya dengan lahap.
"De, liatin apaan?" tanya Anna sambil melihat Deana sedang memandangi seseorang yang ada di belakangnya.
"Gak liat apa-apa kok," jawabnya masih memandangi seseorang di belakang Anna.
Anna menggaruk tengkuknya.
Karena tidak percaya omongan Deana, gadis itu mengikuti pandangan Deana.
"Liatin apaan sih?" gumam Anna sambil mengigit burgernya.
Anna hanya mendapati sekelompok manusia yang sedang menyantap makanan dengan lahap.
"De! Lo liatin apaan, sih?" tanya Anna yang bertambah bingung saat Deana tersenyum geli.
"Itu yang rombongan cowok yang duduk di paling pojok, di sebelah cowok yang paling ganteng! Namanya Fabian," jawab Deana yang sama sekali tidak mengalihkan tatapannya pada cowok yang bernama Fabian.
"Yang paling ganteng?" gumam Anna mencari cowok yang katanya paling ganteng dan matanya tertuju pada seorang cowok yang dia temui tadi pagi, dan kebetulan cowok itu sedang menatapnya dengan sangar.
Anna mengetuk-ketuk meja dengan telunjuknya, menimbang-nimbang apakah dia harus menghampiri cowok itu atau tidak.
Anna menggigit bibir bawahnya, lalu mendesah gelisah.
"Tunggu di sini," kata Anna pada Deana yang menatapnya penuh dengan tanda tanya.
Anna menghampiri meja Nahyan.
"Kunci lo." Anna melemparnya lalu pergi meninggalkan Nahyan dengan sahutan-sahutan heboh dari orang-orang yang melihat kejadian itu.
"Oh my God! Itu siapa sih? Berani banget."
"Anjirr... itu cewek gali kuburannya sendiri."
"Anak baru coy. Mungkin gak tau Nahyan itu siapa."
Anna menggaruk kepalanya yang tak gatal. Emang cowok itu siapa sih? Jadi penasaran. batin Anna sambil duduk kembali di bangkunya.
"Lo kenal Nahyan?" tanya Deana dengan wajah gugup.
Oh, Bule Sawah itu namanya Nahyan, batin Anna.
"Enggak kenal, sih. Kenapa?" jawab Anna sambil menggelengkan kepalanya sebagai penegas kalau dia tidak mengenal cowok tampan bernama Nahyan.
"Sumpah. Lo cari mati," kata Deana sambil menatap Nahyan takut-takut yang sekarang tengah berjalan menuju mereka berdua.
"Cari mati gimana?" tanya Anna bingung.
Deana menunjuk sesuatu di belakang Anna dengan dagunya.
Anna menengok ke belakang dan Nahyan-lah yang didapatnya.
Anna mengerjapkan matanya saat menemukan Nahyan dengan wajah yang seram.
Anna mencondongkan tubuhnya ke arah Deana, begitu juga sebaliknya.
"Dia ngapain ke sini?" bisik Anna pada Deana.
"Gak taulah!" jawab Deana dengan bisikan juga.
"Kok, atmosfernya mendadak horor ya, De?" Anna mengusap leher bagian belakangnya.
"Iyalah. Setannya dateng gini," jawab Deana sambil menahan tawa meski dia pun merasa takut.
"By the way, mukanya kayak nahan boker." Anna dan Deana cekikikan.
BRAK!!
Deana dan Anna terperanjat saat Nahyan menggebrak meja tepat di samping Anna. Anna menelan saliva-nya dengan susah payah sebelum akhirnya menjawab.
"Hai...," sapa Anna sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah Nahyan.
Nahyan menatap tajam Anna sambil menyeringai.
"Hama kayak lo enaknya diapain ya?"
°°°
Bersambung...
NEXT?
Like, Comment, rate 5 nya ya 😢
Biar aku semangat update-nya ❤
Salam hangat,
Juecy.bell
10 Agustus 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
re
Ayo Anna akhirnya yg berani melawan
2021-05-23
2
Meika Mayumi
Semangat kak 👍👍👍👍👍👍👍
2021-05-15
3
Titik pujiningdyah
semangat kak😀
2021-04-18
2