"katakan apa imbal baliknya? kau mau aku melakukan apa?"
satu alis Dea terangkat menatap lekat kearah Ellios yang malah semakin tersenyum menunjukan gigi gingsul nya.
"aku tidak mau beresiko dengan ini. jika Reygan tau tentang permainan mu maka kau harus tanggung sendiri akibatnya. dan konsekuensi jika rencana ini gagal adalah, kau harus terima perasaan Teo"
akhirnya satu nama lagi muncul di perbincangan mereka. profil singkat tentang laki laki bernama lengkap TEO SAPUTRA adalah sosok ini merupakan siswa salah satu penghuni kelas XB, yaitu kelas yang sama yang dihuni oleh Ellios, Dea, Kristal, Celine dan Lily.
Teo adalah teman satu bangku Ellios yang meja mereka tepat berada dibelakang meja Dea dan Kristal, deretan paling kanan lurus dengan meja guru dan bangku Ell adalah paling pojok belakang. sedangkan meja Celine dan Lily berada di depan meja Dea. barisan meja mereka tepat berada di sebelah paling kanan lurus dengan meja guru.
Teo adalah pribadi yang sangat pendiam, polos, tapi sangat cerdas. dibalik tampilan dia yang berkacamata, rambut yang ditata belah tengah dan tampilan yang cenderung sangat culun, Teo adalah laki laki yang sangat baik dimata Ellios. namun kenapa penilaian hanya pada Ellios? bagaimana dengan yang lainnya?
kembali ke percakapan awal, Teo sangat tertutup dan pendiam. laki laki ini hanya akan terbuka pada sosok yang selalu duduk disampingnya, ya. siapa lagi jika bukan Ellios.
dan hal itu juga lah yang pada akhirnya membuat Ellios tau sedikit banyak tentang perasaan Teo. laki laki itu dengan secara terang terangan mengatakan pada Ellios jika dirinya tertarik dengan sosok Dea. Teo mengaku sejak pertemuan awal nya dengan Dea, dia sudah tertarik dengan cantiknya gadis itu.
"Ell? kok malah Teo sih? gak ada pilihan lain apa??"
"De, dia sudah menyukaimu sejak lama. apa salahnya kau lirik sedikit saja?"
"ya tapi kan...."
"deal?"
tanpa berniat mendengarkan sanggahan Dea lebih panjang lagi, Ellios langsung mengulurkan satu tangan nya kearah Dea.
"yaudah iya deal"
kedua tangan akhirnya saling berjabat, menandakan jika perjanjian mereka sah dibuat. dan jelas saja ini telah disaksikan oleh ke 3 teman mereka.
"terserah kalen berdua deh. gue cuman bagian iyain aja. tapi De... gue boleh pesen satu hal?"
Celine yang awalnya masih fokus menatap kearah meja seberang, kini sedikit menoleh kearah Dea.
"apa Cel?"
"tolong gausah terlalu ambisi dengan Reygan ya? gue takut apa yang lo harapkan jauh dari kenyataan"
"benar kata Celine. Reygan itu kakel kita. sebentar lagi juga akan lulus kan? jangan naruh harapan banyak banyak De"
"aku tau kok Cel, Kris. kalian tenang saja. aku hanya ingin lebih tau lagi tentang pribadi kak Rey"
"yasudah yang penting kami sudah mengingatkan. dan untuk nanti, apa kami juga boleh ikut Cell? kebetulan aku lagi suntuk dirumah"
Lily yang sejak tadi bagian menyimak saja kini mulai ikut menimpali ucapan para sahabatnya.
"jelas boleh. bahkan harus. sekalian kita nonton yuk? kan udah lama kita ga nonton, gimana?"
akhirnya mood Dea kembali bagus lagi. sikap ramah dan manjanya mulai dia perlihatkan kearah teman teman nya.
"horor aja ya?"
"enggeh ah Cel, romansa saja"
"seru tau horor"
"lebih romantis yang drama percintaan Celine"
kali ini ganti Celine dan Lily yang berdebat mengenai hal kecil ini. sedangkan Kristal dan Dea berganti menggelengkan kepala saja.
"udah tonton aja 'teman adalah maut'. cocok noh"
tiba tiba Ellios menyeletuk seraya menatap penuh sindiran kearah Dea. jelas saja ini langsung mendapat tanggapan tawa dari ke 4 teman Ellios termasuk Dea yang terkekeh paling nyaring.
"dendam buk?"
balas Dea yang malah sengaja menoel pucuk hidung Ellios.
"dahlah, tetap kalah jika sudah melawan mu"
"xixixi terimakasih Ellios sudah mengalah lagi"
"yayaya"
"udah ya, kalian udah deal kan. gausah tengkar tengkar lagi deh. penat kuping gue. cabut yuk? bentar lagi jam terakhir masuk"
Celine lebih dulu beranjak dari duduk nya. diikuti oleh Kristal dan yang lain nya. bahkan beberapa siswa siswi juga terlihat mulai meninggalkan kantin.
"kalian pergilah lebih dulu ke kelas"
ternyata diantara gadis ini, Ellios masih enggan untuk beranjak dari duduk nya. Ell justru memilih menyilangkan kedua tangan nya di atas meja.
"eh? kamu tidak ingin masuk Ell?"
pertanyaan Lily jelas mewakili ke 3 teman nya.
"10 menit lagi aku menyusul"
"Ell, jam kita pak Imam loh. dia kan musuh bebuyutan mu?"
"masalah ku lebih penting dari itu Kris"
"masalah apa? bokap lo lagi Ell?"
"ya begitulah"
mendengar jawaban Ellios yang sedikit jengah, Celine mengurungkan niatnya untuk ikut bergabung dengan Kristal, Dea dan Lily. gadis itu kembali duduk di depan Ellios
"apa lagi yang bokap lo lakuin? kemarin dia nyuruh lo pindah rumah, sekarang apa lagi Ell?"
"tidak akan ada habisnya jika membicarakan pak Darwin Cel. sudahlah, aku sudah terbiasa menghadapinya"
"apa yang akan kau lakukan? kau akan bertemu dengan dia?"
"tidak. papa masih di Bandung. aku hanya akan menghubunginya"
"yasudah biar aku temani. kalian pergilah lebih dulu ke kelas. aku akan bersama Ellios"
Celine mendongak kearah 3 wanita yang ternyata masih berdiri di belakang nya.
"enak saja. satu disini ya semua disini lah"
"bener kata Dea. aku juga akan tunggu disini"
"aku ikut"
bukanya mendengarkan ucapan Celine, Dea dan yang lainya malah ikut duduk di kursi semula.
"Cel, pergilah ke kelas. ajak yang lain nya. aku akan menyelesaikan ini secepatnya"
"tapi Ell..."
"ini bukan hal besar"
"yasudah kita ke kelas saja. sudah ayo Cel"
Kristal tiba tiba langsung menarik tangan Celine agar kembali bangkit bersama dirinya. meski ekspresi Celine sedikit kebingungan dengan tingkah Kristal, namun gadis ini akhirnya menurut saja.
"jika ada apa apa jangan sungkan bicarakan dengan kami Ell. kalau begitu kami ke kelas dulu"
"ya"
akhirnya Kristal membawa ke 3 teman nya untuk ikut bersama dirinya, menyisakan Ellios yang kini tengah duduk dan mulai merogoh sebuah benda pipih dari dalam sakunya.
"kali ini apa lagi yg akan dia ungkit?"
ucapan lirih dan sedikit senyum simpul terukir di sudut bibir Ellios.
gadis ini terlihat mulai fokus menatap layar ponselnya seraya mulai mengarahkan wajah nya kearah kamera.
[akhirnya telfon juga! kemana saja?]
tak menunggu waktu lama, sebuah suara besar dan berat langsung menyambut telinga Ellios. mode panggilan yang diatur sebagai sebuah vidio, menyebabkan Ellios tidak bisa lagi menyembunyikan ekspresi malas nya ketika menghadap wajah laki laki tersebut.
[papa tidak lihat aku dimana?]
dengan santai nya Ell menunjukan seragam sekolah nya.
[kau marah pada papa Ell?]
[tidak]
[papa itu berbuat demikian untuk kebaikan mu]
[kebaikan darimana pa? kebaikan untuk ku atau nafsu papa!]
[jaga bicaramu Ell!!!]
tanpa keduanya sadari, kini Ellios dan lawan bicara di ujung telpon itu sudah saling memakai nada tinggi dalam percakapan ini.
[aku sudah bilang Ell tidak perlu sosok ibu pengganti! mama ku satu, MAMA LINDA. persetan dengan wanita manapun!]
[Ell kau....
tuttt!!!!!
Brak!!
bersamaan dengan sambungan yang diputus sepihak, Ellios dengan kasar meletakan ponselnya di meja tadi. raut wajah yang sudah terlihat merah padam. deru nafas yang tiba tiba memburu dan tatapan Ellios pun semakin menajam melihat nama 'papa' yang tertulis di layar ponsel nya. karena tak lama dari itu, notifikasi panggilan suara atas nama 'papa' langsung muncul di sana. namun Ellios tetap memilih membiarkan benda itu di atas meja.
"sepertinya aku tidak bisa hidup seperti ini saja. aku akan cari pekerjaan part time untuk menghidupi diriku sendiri"
akhirnya satu kalimat mencuat setelah Ell memutuskan untuk kembali menyimpan ponsel nya dan mulai beranjak dari tempat itu.
*****
keadaan di sisi lain
saat 4 wanita mulai memasuki kelas nya, mereka kembali gaduh ketika berada di tempat duduk mading masing.
"Kris, lo itu kenapa sih tadi narik gue! kasihan kan Ell sendiri!"
bisa dilihat jika saat ini Celine terus protes kearah gadis yang malah terlihat tenang duduk di belakang kursinya.
"iya nih Kristal. tumben lo ga antusias sama masalah pribadi temen lo sendiri!"
ternyata tak hanya Celine, Dea pun juga terlihat tengah menoleh kearah teman satu bangku nya ini.
"kalian tidak ingat terakhir kali kita ikut campur urusan keluarga Ellios? berakhir miris kan? kalian lupa Ell itu paling anti dengan masalah bokap nya?"
akhirnya Kristal membuka pembicaraan seraya menatap ke 3 teman nya secara bergantian.
"ya kan kalo kemaren emang salah di kita. kita terlalu gegabah ngasih tau Ellios kalo bokap nya nyamperin kepsek"
"tidak ada salahnya kita beri Ell waktu sendiri. mungkin dengan itu dia bisa lebih tenang menyelesaikan masalah dia. De? Cel? masalah Ellios dengan papa nya bukan hal kecil lagi. ini menyangkut keluarga dia"
sangat tenang dan begitu dewasa Kristal menyuarakan pendapatnya. sorot mata gadis itu bahkan penuh dengan kehangatan.
namun belum sempat ke 3 teman nya menimpali ucapan Kristal, tiba tiba sosok Ellios baru saja muncul dari pintu kelas. wajahnya terlihat lebih kusut ditambah tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. fokus Dea, Kristal, Celine dan Lily langsung saling menukar pandang satu sama lain.
dan sebaliknya, sikap Ellios justru tidak berniat melihat kearah teman teman nya, gadis ini memilih begitu saja duduk di kursi paling pojok.
"kusut sekali Ell? kau lapar?"
Teo yang sadar akan kedatangan Ellios malah melayangkan pertanyaan diluar masalah ini.
"tidak Te"
"kau libur nyebat ya?"
Teo tengah berbisik lirih ditelinga Ellios. mendengar ucapan Teo yang bisa saja membahayakan posisi nya, Ellios dengan spontan bergerak menutup mulut Teo dengan cepat. bahkan tak segan Ellios membawa wajah Teo disela ketiak nya.
"stt! jaga bicara mu Te"
"ampun Ell, aku lupa ini dikelas"
2 jari Teo langsung dia tunjukan pada Ellios. meski demikian suara gaduh kedua anak ini jelas saja langsung menarik perhatian bangku di depan mereka. Dea dan Kristal langsung menoleh kearah bangku Ellios.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments