Keesokan harinya, saat ini Dika tengah mencari bahan untuk membuat senjata. Rencana tadi ia akan meminta bantuan salah satu Demi Human anjing (salah satu warga desa Kio yang bertugas membuat dan menempa senjata) untuk membuatkannya senjata busur panah serta 2 belati.
Karena tak ada uang atau biaya, bahkan uang lembaran dari dunia asalnya jelas takkan laku, jadi belum sempat meminta bantuan, Dika memutuskan pergi saja ke hutan untuk mencari bahan untuk dijadikan senjatanya. Dengan membawa golok, ia masuk ke hutan untuk mencari-cari bahan tertentu. Hutan yang ia meski tak begitu jauh, jadi masih aman.
Dika menginginkan senjata busur dari kayu serta anak panahnya, ia ingin menggunakan senjata jarak jauh. Karena ia masih merasa sedikit takut bila bertemu monster secara langsung seperti saat bertemu monster beruang sebelumnya, saat ini mentalnya masih belum berhadapan langsung bila nanti bertemu sejenis monster saat berburu.
Hampir 2 jam Dika mencari, ia belum menemukan bahan yang tepat, karena setiap menemukan kayu yang mungkin bisa dijadikan busur panah, ketika dibengkokkan langsung patah. Dan mungkin juga ia sudah hampir kejauhan dari desa Kio, setidaknya ia sudah memberikan tanda goresan agar tidak tersesat.
Kini ia tengah duduk di tanah sambil bersandaran di pohon yang cukup tinggi dan banyak daunnya. Tiba-tiba indra pendengarannya menangkap sejumlah langkah kaki. Dika segera bersembunyi dengan cara menaiki pohon yang tadinya dijadikan senderan. Meski agak susah, ia berhasil naik dan bersembunyi di batang pohon yang cukup tebal.
Tapi sialnya, ia melupakan goloknya yang tergelatak di tanah, sungguh kurang beruntung sekali hari ini. Sudahlah yang terpenting ia berhasil naik dan bersembunyi di atas pohon, dari tempat persembunyiannya, ia melihat 4 orang yang sangat asing sedang berjalan bersama sambil mencari tempat istirahat.
Dan benar saja, entah takdir atau kebetulan, mereka duduk beristirahat di dekat salah satu pohon tempat yang sama dengan remaja itu. Dari penampilan, sepertinya mereka bukan orang-orang biasa. Setelah dilihat secara teliti, salah satu dari mereka dari Ras Demi Human Anjing. Meski sedikit gugup, remaja itu berusaha bertahan agar tidak ketahuan, lalu ia mendengar ucapan salah satu dari mereka.
"Rampasan kali ini cukup memuaskan dari pada kemarin-kemarin."
"Ya, kau benar, kita bisa bersenang-senang setelah ini."
"Hei, jangan senang dulu, ayo kita datangi desa terdekat, kita cari rampasan lain, biar lebih banyak."
Ras Demi Human Anjing mengendus-endus. Lalu ia berkata. "Dari aroma tempat ini, kayanya hampir 2 lebih kita akan sampai di desa."
"Ayo kita berangkat..!!"
"Tunggu dulu...!!" ucap Ras Demi Human Anjing itu.
"Ada apa ?" tanya ketiga temannya bersamaan.
Melihat Ras Demi Human itu mengendus-endus lagi, mereka bertiga memilih untuk diam, karena mereka percaya, kalau temannya yang satu ini sangatlah berguna dalam mencium aroma di sekitarnya. Karena sudah banyak pengalaman sebagai bandit yang merampas harta, uang, dan lainnya, dia sangat ahli dalam melacak tempat.
"Aku mencium aroma manusia disekitar sini." ucapnya.
Ketiga temannya saling menatap, lalu memandangi teman Ras Demi Human itu dan salah satu dari mereka berkata. "Kau kalau mau bercanda lihat sekelilingmu, kawan."
"Apa maksudnya ?" sahutnya karena tak mengerti.
"Jelas-jelas hanya kita bertiga manusia disini dan kau bilang mencium aroma manusia disini. Itu sudah jelas kita, bodoh..!!"
"Hei, jangan mengataiku bodoh...!! Jelas-jelas aku mencium aroma manusia disini...!!"
"Disini cuma ada kita berempat, dan hanya kau sendiri yang bukan manusia."
Sosok Ras Demi Human itu mengeras rahangnya, ia mulai marah. "Hei, jangan rasis padaku, bukankah selama ini aku yang terus melacak."
"Ayolah, memangnya hanya kau saja yang bekerja keras ? Aku juga sudah berusaha, kalau bukan aku, siapa yang selama ini mengerjakan pekerjaan kotor ? Selama ini cuma aku yang mengerjakannya."
"Hei-hei...!! Ada apa dengan kalian ? Kenapa malah ribut sendiri hanya karena dia mencium aroma kita ?"
Masih merasa gemas dengan rekannya, sosok si Demi Human Anjing itu berkata lagi dengan nada tinggi. "Aku mencium aroma manusia, tapi bukan dari kalian."
"Owhh, berarti kita bukan manusia ? Yang benar saja dong."
"Wah-wah apa lagi ini, kok malah tambah gak jelas."
Sambil menunjuk ke arah rekan dari Ras Demi Human Anjing itu, dia berkata. "Dia bilang mencium aroma manusia, tapi bukan aroma kita, bukankah sama saja sudah tak menganggap kita sebagai manusia ?"
Teman sesama Ras manusia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalian berdua salah paham, dia bilang mencium aroma manusia disini, yang berarti ada seseorang selain kita."
"Apa itu benar ?" sahut kedua temannya bertanya bersamaan.
Sudut kanan bibir dari sosok Demi Human itu berkedut. "Itu yang ku maksud, heran sekali, kenapa bisa kalian berdua sangat lelet untuk memahami kata-kataku."
"Owh..., jadi maksudmu ada orang lain selain kita disini ? Bilang yang jelas dong."
"Tunggu...!! Kalau ada orang lain selain kita, berarti dia sedang sembunyi dong ?"
Setelah sedikit perdebatan, akhirnya mereka berempat menyadari keberadaan orang lain atau musuh, ditambahnya lagi mereka melihat golok yang tergeletak begitu saja di tanah, salah satu dari mereka mengambilnya dan menyimpannya. Setelah bangkit dari duduknya, mereka bersiap sambil mengeluarkan senjata mereka masing-masing untuk menyerang.
"Hei, keluarlah, jangan bersembunyi...!!"
Tak ada jawaban, lalu salah satu rekannya bertanya kepadanya. "Kau yakin kalau indra penciumanmu tidak salah."
Rekan Demi Humannya mengangguk-anggukan kepalanya. "Aku sangat yakin, malahan baunya masih disini dan belum menghilang saat ini juga."
Mereka semua saling memandang, lalu dengan bersamaan mereka mendongakkan kepalanya untuk melihat ke atas pohon. Bruuuakk...!! Dan benar saja, ada sesosok manusia jatuh dan menghantamkan dirinya tepat ke arah bandit Demi Human itu hingga tergelatak di tanah tak sadarkan diri.
Semua bandit yang tersisa segera melompat mundur untuk berjaga jarak, lalu dari mereka bertiga segera maju sambil melayangkan pedangnya ke arah sosok itu. Duagh...!! Sebuah tendangan yang berhasil membuat pedangnya terlepas dari tangannya ke udara.
Sosok itu yang tak lain Dika, ia melakukan salto ke belakang sambil melayangkan tendangannya. Dan hasilnya berhasil, kini ia melangkah maju ke arah targetnya yang akan mengambil pedangnya kembali.
Duaghh...!! Sebuah tendangan yang berhasil dilancarkan olehnya membuat orang itu terdorong beberapa meter. Beberapa saat dia bangkit berdiri setelah dibantu kedua temannya.
"Siapa kau ? Berani sekali menghadapi kami."
Sambil dalam posisi kuda-kudanya, Dika menjawab. "Aku bukan siapa-siapa, kebetulan aku sedang berkeliling disini."
"Tapi aku tidak akan membiarkan kalian datang ke desa untuk berbuat buruk." tambahnya.
"Kau terlihat sok berani. Baiklah, jangan menyesalnya."
"Tentu saja, gini-gini aku jago berkelahi." jawab Dika percaya diri.
Mereka bertiga maju bersamaan untuk menghabisi remaja itu. Dika yang rasanya tak mungkin bisa mengalahkan mereka, secara mereka menggenggam senjata tajam, 2 orang memegang pedang, satu orang lagi memegang kapak. Serangan mereka brutal, tapi bukan berarti untuk diremehkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments