Aku Lapar!!

Di sore hari yang cerah, Luis sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit, mengecek beberapa berkas pasien di tablet yang dibawanya. Suasana rumah sakit tenang, hanya terdengar suara langkah kaki para staf dan sesekali suara alat medis yang beroperasi.

Tiba-tiba, dari kejauhan, Luis melihat seorang gadis kecil duduk di kursi roda, memegang buket bunga. Gadis itu tersenyum cerah begitu melihat Luis mendekat. Luis mengenali gadis kecil itu sebagai salah satu pasiennya, seorang anak yang mengalami kecelakaan dan mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya.

"Kakak dokter!" panggil gadis kecil itu dengan suara ceria.

Luis menghentikan langkahnya dan berlutut di depan gadis itu, menatap matanya yang penuh semangat. Meskipun sikapnya seringkali terlihat dingin, ada kelembutan di matanya saat dia mengusap kepala gadis kecil itu dengan lembut.

"Hai, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Luis, suaranya lebih hangat daripada biasanya.

Gadis kecil itu tersenyum lebar, mengulurkan buket bunga ke arah Luis. "Ini untuk Kakak dokter. Terima kasih sudah merawatku."

Luis menerima buket bunga itu, sedikit terkejut tapi merasa tersentuh. "Terima kasih. Ini sangat indah," katanya, memandang buket bunga itu dengan penuh perhatian.

"Aku ingin Kakak dokter tahu kalau aku sangat berterima kasih. Kakak dokter sangat baik," lanjut gadis itu, matanya bersinar.

Luis tersenyum tipis, sesuatu yang jarang terlihat di wajahnya. "Kau sangat kuat dan berani. Kau juga sangat baik, tahu?"

Gadis kecil itu tertawa kecil, bahagia mendengar pujian dari Luis. "Kakak dokter, aku akan berusaha lebih keras lagi supaya bisa berjalan lagi suatu hari nanti."

Luis mengangguk, memberikan dukungan dengan tatapan yang tegas. "Itu semangat yang bagus. Teruslah berusaha dan jangan pernah menyerah."

Mereka berbicara sejenak sebelum Luis akhirnya berdiri. Dia mengusap kepala gadis kecil itu sekali lagi, kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan hati yang sedikit lebih ringan. Gadis kecil itu melihatnya pergi, senyum tidak pernah pudar dari wajahnya.

Di balik sikap dinginnya, Luis merasakan kehangatan dari perhatian tulus gadis kecil itu. Meskipun tidak sering menunjukkan perasaannya, Luis tahu bahwa momen-momen seperti ini adalah pengingat betapa pentingnya pekerjaannya dan dampak positif yang bisa dia berikan pada kehidupan pasien-pasiennya.

"Luis," panggil Adelia sambil berjalan menghampiri Luis , dia membawa dua cangkir kopi di tangannya.

Luis berhenti dan berbalik, menatap Adelia dengan ekspresi datar. "Ada apa?" tanyanya singkat.

Adelia tersenyum kecil, mengulurkan salah satu cangkir kopi kepadanya. "Kupikir mungkin kau butuh ini," katanya.

Luis menerima kopi itu tanpa banyak bicara, menyesapnya sedikit sebelum mengangguk. "Seharusnya kau tidak perlu repot-repot," jawabnya dengan suara yang tetap dingin.

Adelia mengamati Luis sejenak, mencari tanda-tanda kehangatan di wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi. "Luis, ada yang ingin kau bicarakan?" tanyanya, mencoba membuka percakapan.

Luis mengeluarkan dua tiket dari saku jas putihnya dan menyerahkannya kepada Adelia. "Ini dua tiket bioskop. Apa kau mau menonton setelah pulang kerja?" tawarnya dengan suara datar, tanpa emosi yang berarti.

Mata Adelia membesar terkejut, lalu senyumnya melebar. Momen seperti ini sangat langka, dan dia tidak ingin menyia-nyiakannya. "Tentu saja, Luis. Aku akan senang sekali," jawabnya dengan antusias.

Luis mengangguk lagi, menunjukkan sedikit tanda kepuasan. "Baiklah, kita bertemu di lobi setelah jam kerja selesai."

Adelia masih terkejut, tapi sangat senang. "Baik, aku akan menunggu di sana."

Tanpa banyak basa-basi lagi, Luis mengangkat cup kopinya sebagai tanda terima kasih lalu kembali berjalan menuju ruangannya. Adelia tetap berdiri di sana, memandangi punggung Luis yang semakin menjauh. Meskipun sikapnya tetap dingin, ajakan Luis untuk menonton film bersama memberikan harapan baru bagi Adelia.

Bagi Luis, momen ini adalah langkah kecil untuk membuka diri, meskipun dia tetap menjaga jarak emosionalnya. Dia tahu bahwa mengajak Adelia keluar adalah usaha untuk menunjukkan bahwa dia peduli, meski tidak selalu bisa mengungkapkannya dengan hangat.

***

Setelah menonton film bersama Adelia, Luis memutuskan untuk langsung pulang ke rumah. Ketika ia membuka pintu rumah, keheningan malam menyambutnya. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat Ellena duduk di lantai ruang tamu, tertidur dengan kepala bersandar di atas meja dan kertas-kertas yang berserakan disekitarnya

Luis mendekat dan melihat sketsa gaun pengantin yang tergeletak di meja. Kertas itu penuh dengan detail yang rumit dan indah. Sepertinya Ellena sedang merancang gaun pengantin untuk musim panas. Luis menghela napas dan mengambil salah satu kertas, mengamati desain yang indah dan menakjubkan itu.

Dia lalu berjongkok di samping Ellena, mengusap lembut bahunya untuk membangunkannya. "Ellena," suaranya dingin namun lembut.

Ellena membuka matanya perlahan, tampak bingung dan mengucek matanya. "Luis? Oh, kau sudah pulang," katanya dengan suara serak.

Luis menatapnya dengan ekspresi datar. "Kau tertidur di sini. Sebaiknya pindah ke kamar."

"Tunggu dulu, aku lapar. Apakah kau bisa menyiapkan sesuatu untukku?" ucapnya memohon.

Luis mendecih sinis, tapi mengangguk menuruti permintaan Ellena. "Baiklah. Ikut aku."

Dia mengajak Ellena ke dapur, yang mewah dan elegan. Ellena duduk di meja makan sementara Luis mulai membuka lemari pendingin dan menyiapkan bahan makanan.

Ellena memperhatikan gerakan Luis yang cekatan dengan penuh perhatian. "Ternyata kau bisa memasak juga," ucap Ellena, tercengang dengan keterampilan Luis di dapur.

Luis menoleh sebentar, tanpa menunjukkan emosi, "Memasak adalah hal dasar. Kau tidak bisa hidup hanya dengan makan di luar."

Ellena tersenyum lemah, merasa sedikit canggung. "Kau benar. Tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar payah dengan pekerjaan satu itu,"

Luis tidak merespon, dia melanjutkan pekerjaannya. Dokter tampan itu dengan cepat mengolah bahan-bahan, mengolahnya dengan teknik yang menunjukkan keahlian dan pengalaman. Suara penggorengan yang mendesis dan aroma makanan yang menggugah selera memenuhi dapur.

Beberapa menit kemudian, Luis meletakkan piring berisi makanan di depan Ellena. "Ini tidak mewah, tapi cukup untuk mengganjal perutmu."

Ellena mengambil sendok dan mencicipi makanan yang disiapkan Luis. Wajahnya terlihat terkejut. "Ini sangat enak. Aku tidak menyangka kau bisa memasak dengan begitu baik."

Luis hanya mengangguk, kembali ke posisinya berdiri di samping meja. "Ada hal-hal yang tidak perlu kau ketahui. Fokus saja pada makananmu."

Ellena mengangguk, menikmati makanannya dengan penuh selera. "Terima kasih, Luis. Maaf sudah merepotkan mu." ucapnya penuh sesal

Luis memperhatikan Ellena dengan tatapan datar. "Setelah selesai makan, segera pergi ke kamarmu."

Ellena tersenyum dan mengangguk . "Baiklah. Aku akan pergi ke kamar setelah ini."

Luis memandang Ellena dengan sedikit kekhawatiran di mata dinginnya, meskipun dia berusaha untuk tidak menunjukkan terlalu banyak perhatian. Setelah Ellena selesai makan, dia kembali ke mejanya, mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan.

Luis meninggalkan dapur, kembali ke kamarnya dengan langkah tenang. Dia menutup pintu kamarnya tanpa suara, menyisakan keheningan di sepanjang lorong yang memisahkan mereka.

Meskipun mereka tidur terpisah, suasana di rumah terasa sedikit lebih hangat. Luis, dengan sikapnya yang dingin namun peduli, telah memberikan Ellena rasa nyaman yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dan bagi Ellena, perhatian kecil itu menjadi sebuah pengingat bahwa di balik sikap dingin Luis, masih ada sedikit kehangatan yang tak terduga.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Puspa Trimulyani

Puspa Trimulyani

semoga pada akhirnya mereka bucin satu sama lain.... maafkan ya Adelia...aku pendukung istri sah... walaupun kamu kekasihnya tapi itu dulu sebelum menikah dg istrinya yg sekarang

2024-07-20

1

Bunda HB

Bunda HB

Kak thor novel:kontrak nikah dgn pria dingin udah di hapus iya kak thor.😢😐

2024-07-20

1

Wilana wilana

Wilana wilana

lanjut🙏

2024-07-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!