Sebelumnya
"Kau keterlaluan, Dave. Kau menumbalkan satu-satunya putri kita demi ambisimu!" sentak Anne. Wanita itu tak tahan lagi untuk tidak melawan setiap ego suaminya kini. Dave sudah kelewat batas. Bahkan anak mereka semata wayang pun di jadikan alat untuk meluaskan kekuasaan. Bukan begini caranya mempertahankan eksistensi organisasi mereka. Masih banyak cara lain, begitulah yang Anne pikirkan.
"Kau mana paham, An. Kau tidak tau kalau jaman sekarang organisasi hitam seperti kita ini semakin banyak saingan. Hanya yang terkuat dan banyak relasinya yang akan bertahan. Aku, tidak akan membiarkan kelompok ini runtuh lagi. Aku sudah susah payah selama belasan tahun untuk membangkitkannya kembali. Kau kan juga ikut berjuang, seharusnya kau paham maksudku, Anne!" Dave sekilas melirik ke arah istrinya yang semakin hari terlihat lemah itu. Semua karena penyakit yang selama bertahun-tahun menggerogoti tubuh indahnya. Kini, Anne terlihat lebih kurus dan pucat. Walaupun hal itu ternyata tidak mengurangi jejak kecantikannya di masa lalu.
Anne mendengus. "Jadi, kau selama ini menganggap aku sebodoh itu, Dave? Kau mulai merasa paling hebat dan cerdas sendiri ya. Kau lambat laun tidak lagi seperti Dave yang ku kenal." Anne yang semula mencoba duduk dengan tenang sambil merajut, kini berdiri dengan kasar. Ia tak lagi sanggup bersabar. Dave sudah berubah menjadi pria tua yang arogan. Walaupun, pertambahan usianya tidak mengubah penampilan menawan dan kharismatik darinya.
"Jangan membantahku, Anne. Sebaiknya kau mendukungku seperti biasanya. Demi apapun aku tidak akan membiarkan siapapun menjatuhkan organisasi kita." Dave berjalan mendekati Anne, kemudian mengecup pucuk kepala wanita itu sekilas. Setelahnya, ia berlalu meninggalkan Anne di dalam kamar mereka. Kehangatan pria itu telah tergerus kesibukannya akan kelompok mafia mereka. Dave lupa dan tidak peka bahwa, Anne lebih banyak membutuhkan kehadiran seperti dulu. Di awal-awal pernikahan mereka. Sebelum, penyakit itu menjatuhkan diagnosa mengerikan untuk Anne. Sejak saat itulah, ia merasa cinta Dave tak lagi utuh padanya. Anne tidak buta. Pria itu pasti kecewa.
Anne meremas ujung bajunya. Hingga di sinilah dia, bersembunyi di walk in closed dalam kamar putrinya.
"Apa yang Mommy rencanakan?" Velicia menaikkan alisnya. Melihat keseriusan di mata wanita yang melahirkannya dengan taruhan nyawa itu.
"Sini." Anne menarik bahu putrinya lalu membisikkan rencananya. Satu-satunya cara yang mungkin bisa menyelamatkan masa depan buah hati kesayangannya itu. Sang kakak yang sudah berkali-kali gagal mendapatkan adik.
"Mom, kenapa bisik-bisik sih? Kamarku kan kedap suara," heran Velicia.
"Sstt, diamlah. Kau tidak mau kan kalau rencana kita di dengar para readers!" ketus Anne. Membuat mata dan bibir Velicia membulat sempurna.
Malam ini rencana mereka harus berjalan sempurna.
*
*
Zayn menghampiri kedua orang tuanya setelah acara kajian bulanan itu selesai. Agak lama dari biasanya karena panitia sekalian menyiapkan penyambutan untuk kepulangannya ke desa tersebut.
Zayn langsung meraih tangan sang abi dan mengecupnya dengan takdzim. Pria yang merupakan panutannya itu langsung menarik bahunya kemudian memeluk tubuh Zayn yang lebih tinggi darinya. Max, walaupun sudah kepala lima namun masih nampak sangat gagah dan rupawan. Pria itu semakin berkharisma dengan bulu-bulu halus yang sengaja tumbuh membingkai rahang dan dagunya itu.
Zayn, beralih ke sang ummi. Wanita yang harus kehilangan harta berharga demi melahirkan dirinya kedunia. Zayn mengetahui kisah itu dari Max, abinya. Karena itulah, Zayn sangat menyayangi Arumi bahkan lebih dari dirinya sendiri. Sejak kecil Zayn selalu berusaha untuk tidak membuat wanita yang melahirkannya itu menangis. Namun, ia tak dapat mengelak ketika air mata itu pada akhirnya harus mengalir ketika menyambut kepulangannya.
"Ummi ... demi Allah janganlah menangis. Zayn pulang. Zayn udah di sini buat jagain Ummi." Zayn mencium punggung tangan Arumi sampai bolak-balik. Kemudian pria dengan tubuh tinggi tegap itu membawa wanita pertama yang ia cintai ke dalam pelukannya. Demi Allah, Zayn sangat merindukannya.
"Ini tangisan haru, sayang. Ungkapan kebahagiaan Ummi atas Rahmat Allah. Sehingga, kau bisa hadir kembali di tengah-tengah keluarga kita," jelas Arumi dengan suara serak.
"Untuk kali ini, Zayn maklumi. Tapi lain kali, Zayn tidak akan membiarkan ada air mata lagi yang keluar membasahi wajah Ummi," ucap Zayn tegas namun tetap bernada lembut.
Zayn juga menyempatkan dirinya menemui pak Yai. Ulama yang sudah cukup sepuh itu terlihat masih segar bugar. Bahkan masih bisa mengisi kajian dimana-mana. Walaupun di batasi demi menjaga kesehatannya.
"Alhamdulillah. Calon ulama desa ini sudah kembali. Selamat datang, Nak. Semoga Allah selalu memberkahimu," ucap pak Yai begitu menyentuh kalbu.
"Jazakallahu, Kyai. Semua juga karena Kyai hingga saya bisa sampai di sini dan mewujudkan semua mimpi serta cita-cita saya." Zayn tersenyum kemudian meraih punggung tangan sang ulama untuk meminta ridhonya.
Pendidikannya ke luar negeri berkat perjuangan pak Yai selama ini dalam mendidiknya. Sehingga Zayn mendapatkan beasiswa untuk kuliah di bidang ilmu Islam dan kajian Al Qur'an. Tepatnya di negeri Yaman dan juga Madinah.
"Ummi masak apa?" Zayn menggamit tangan Arumi sejak dari masjid hingga kini mereka berada di dalam mobil.
"Zayn, lapar?"
"Banget, Mi. Rasanya kangen banget sama masakan, Ummi."
"Ummi udah masakin menu kesukaan kamu. Ayo, Abi cepetan bawa mobilnya!" Perintah Arumi membuat Max mencebik. Kepulangan sang putra sama artinya dengan kehadiran kembali rivalnya. Lihat saja. Mereka berdua menempel terus sejak tadi seperti perangko.
*
*
Para pengawal di depan kamar Velicia terlihat panik. Mereka tidak atau apa yang terjadi hingga para pelayan menemukan Velicia dalam keadaan tak sadarkan diri dengan mulut berbusa. Tanpa meminta ijin pada Dave, pengawal segera membawa gadis itu kerumah sakit. Saking paniknya mereka tak ingat kalau memiliki dokter pribadi. Semua akibat hasutan dari Anne. Wanita itu memilih tidak ikut kerumah sakit. Ia akan menunggu suaminya dan menjalankan sisa rencananya di mansion ini.
"Semoga kau beruntung, Sayang." Anne melihat para pengawal membawa putrinya dari balkon. Ia kemudian melakukan bagiannya.
"Maafkan aku, Dave. Bagaimanapun aku ibunya. Aku punya hak untuk melihat Velicia bahagia."
*
*
Mendengar kabar Velicia masuk rumah sakit membuat Dave kalang-kabut. Pria itu panik sehingga langsung berangkat menuju rumah sakit dengan mengendarai mobilnya sendirian. Namun, satu berita yang baru sampai padanya barusan hampir membuat jantungnya berhenti berdetak.
Ckittt!
Ban mobil itu berhenti mendadak hingga menimbulkan suara berdecit.
"Apa! Velicia kabur!"
"Maaf Tuan, kami bertiga kewalahan menghadapinya. Kami tidak siap," lapor pengawal yang membawa Velicia ke rumah sakit.
"BODOH! TEMUKAN DIA ATAU KU HABISI KALIAN!" Dave tidak dapat menggunakan akal sehatnya. Namun, kecerdasannya masih aktif. Dave pun menghubungi calon menantunya.
"Darren, calon istrimu kabur. Cari dia atau kalian tidak jadi menikah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
LENY
DAVE APA GAK TAHU KELAKUAN LAKI2 YG MAU DIJODOHIN SAMA ANAKNYA DUH DEMI AMBISI RELA MENGORBANKSN KEBAHAGIAAN ANAK ☹
2024-11-25
1
Katarina Istinganah
Dia tdk mau di jodohkan dgn orang yg berbuat durjana
2024-09-13
3
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
𝚕𝚋𝚑 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚔𝚊𝚋𝚞𝚛 𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚛𝚙𝚍 𝚖𝚎𝚗𝚒𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚔𝚒" 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝙳𝚊𝚛𝚛𝚎𝚗 𝚜𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚓𝚊𝚑𝚊𝚝 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚖𝚒𝚗 🤭
2024-07-13
6