Riana membuka matanya, berharap akan melihat kamar tidurnya yang familiar. Namun, pemandangan yang menyambutnya membuat jantungnya seolah berhenti berdetak untuk sesaat.
Dia masih berada di kamar hotel yang sama di Singapura.
"Tidak mungkin," bisiknya, panik mulai merayapi tubuhnya. "Aku seharusnya sudah kembali!"
Dengan tangan gemetar, Riana mencubit lengannya keras, berharap ini hanyalah mimpi buruk. Tapi rasa sakit yang menyengat membuktikan bahwa semua ini nyata.
Dia berlari ke kamar mandi, menatap cermin dengan napas terengah-engah. Wajah Zahra masih menatap balik padanya, bukan wajah Riana yang seharusnya.
"Apa yang terjadi?" Riana bertanya pada bayangannya sendiri, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. "Mengapa aku masih terjebak di sini?"
Tiba-tiba, ketukan di pintu kamar hotel mengejutkannya. Dengan hati-hati, Riana mendekati pintu dan mengintip melalui lubang pengintip.
Seorang pria berpakaian rapi berdiri di luar, membawa sebuah koper kecil. Riana tidak mengenalinya.
"Nyonya Zahra?" suara pria itu terdengar. "Saya pengacara Anda. Bisakah kita bicara sebentar?"
Dengan ragu-ragu, Riana membuka pintu. "Pengacara? Tapi saya tidak memanggil pengacara."
Pria itu tersenyum menenangkan. "Saya ditugaskan oleh keluarga Anda untuk menangani kasus ini. Boleh saya masuk?"
Riana mengangguk, membiarkan pria itu masuk ke dalam kamar. Mereka duduk di area duduk dekat jendela.
"Perkenalkan, nama saya Adrian Wong," pria itu memulai. "Saya sudah berbicara dengan pihak kepolisian Singapura. Kasus Anda sangat kuat, Nyonya Zahra. Reyhan dan Olivia akan menghadapi hukuman berat atas percobaan pembunuhan ini."
Riana mengangguk perlahan, masih mencoba mencerna situasi ini. "Lalu... apa yang harus saya lakukan sekarang?"
Adrian membuka kopernya, mengeluarkan beberapa dokumen. "Untuk saat ini, Anda akan tetap di Singapura sampai proses hukum selesai. Kami sudah mengatur agar Anda dipindahkan ke hotel lain demi keamanan Anda. Setelah itu, kita akan membicarakan langkah selanjutnya, termasuk kemungkinan perceraian dan pembagian harta."
Perceraian. Pembagian harta. Kata-kata itu terasa asing di telinga Riana. Ini bukan kehidupannya. Dia seharusnya tidak berada di sini.
"Maaf, saya... saya perlu waktu untuk mencerna semua ini," Riana akhirnya berkata, kepalanya terasa pusing.
Adrian mengangguk penuh pengertian. "Tentu saja, Nyonya Zahra. Ini pasti sangat berat bagi Anda. Istirahatlah, kita akan bertemu lagi besok untuk membicarakan detail kasusnya."
Setelah Adrian pergi, Riana terduduk lemas di tepi tempat tidur. Pikirannya berkecamuk. Mengapa dia masih terjebak dalam dunia fiksi ini? Apakah ini hukuman karena dia telah mengubah jalan cerita? Atau mungkin... ini adalah realitas barunya?
Riana menggelengkan kepala, menolak untuk menerima pemikiran terakhir itu. Harus ada cara untuk kembali ke dunianya yang asli.
Dengan tekad baru, Riana mulai memeriksa seluruh kamar hotel, mencari petunjuk atau apapun yang bisa membantunya kembali. Dia membuka setiap laci, menggeser setiap perabotan, bahkan memeriksa di balik lukisan-lukisan yang tergantung di dinding.
Namun, usahanya sia-sia. Tidak ada yang tampak aneh atau tidak biasa di kamar itu.
Frustrasi, Riana akhirnya menyerah dan duduk di kursi dekat jendela, menatap pemandangan kota Singapura yang mulai diselimuti cahaya fajar. Aroma vanila yang biasanya muncul saat dia berpindah dunia pun tak tercium sama sekali.
"Apa yang harus kulakukan?" bisiknya pada diri sendiri.
Tiba-tiba, sebuah ide melintas di benaknya. Jika dia tidak bisa kembali ke dunianya, mungkin dia bisa mencari tahu lebih banyak tentang dunia fiksi ini. Mungkin ada petunjuk yang terlewatkan, sesuatu yang bisa membantunya memahami situasi ini lebih baik.
Dengan cepat, Riana meraih laptop yang ada di meja. Dia mulai mencari informasi tentang dirinya - atau lebih tepatnya, tentang Zahra - di internet.
Apa yang ditemukannya membuatnya terkejut. Zahra ternyata adalah seorang sosialita terkenal, putri tunggal dari pengusaha kaya raya. Pernikahannya dengan Reyhan dua tahun lalu menjadi berita besar, disebut-sebut sebagai "pernikahan abad ini".
"Pantas saja Reyhan ingin membunuhku," gumam Riana. "Dia pasti mengincar hartaku."
Semakin dalam Riana menggali, semakin banyak hal mengejutkan yang dia temukan. Ternyata, Zahra memiliki seorang sepupu bernama Kayla yang sangat dekat dengannya. Dalam beberapa foto yang Riana temukan, Kayla selalu tampak berdiri di samping Zahra, tersenyum lebar.
"Mungkin Kayla bisa membantuku," pikir Riana. Dia mencatat nomor telepon Kayla yang dia temukan di salah satu artikel gossip.
Namun, sebelum Riana sempat menghubungi Kayla, ponselnya berdering. Nomor tidak dikenal.
Dengan ragu-ragu, Riana mengangkat telepon. "Halo?"
"Zahra? Ini aku, Kayla!" suara ceria di seberang telepon membuatnya tersentak. "Aku baru saja mendengar berita itu. Ya Tuhan, aku tidak percaya Reyhan mencoba membunuhmu! Kau baik-baik saja? Aku sedang dalam perjalanan ke Singapura sekarang."
Riana terdiam sesaat, tidak tahu harus menjawab apa. "Aku... aku baik-baik saja," akhirnya dia berkata. "Kayla, ada banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu."
"Tentu saja, sayang. Aku akan tiba sekitar dua jam lagi. Kita akan bicara semuanya, oke? Bertahanlah, aku akan segera di sana."
Setelah menutup telepon, Riana kembali terduduk di tepi tempat tidur. Kepalanya terasa berat dengan semua informasi baru ini.
Dia telah berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan, tapi kini dia terjebak dalam kehidupan yang bukan miliknya. Sebagai Zahra, dia memiliki kekayaan, ketenaran, dan keluarga yang peduli. Tapi sebagai Riana, dia hanya ingin pulang ke rumah.
Saat Riana menatap keluar jendela, melihat matahari yang mulai naik di ufuk timur Singapura, dia menyadari bahwa petualangannya masih jauh dari selesai. Mungkin Kayla adalah kunci untuk memecahkan misteri ini. Atau mungkin, dia harus belajar untuk menerima kehidupan barunya sebagai Zahra.
Apapun yang terjadi, Riana tahu bahwa dia harus tetap kuat. Dia telah mengubah akhir cerita sekali, dan dia yakin bisa melakukannya lagi.
Dengan tekad baru, Riana bangkit dan mulai bersiap-siap untuk menghadapi hari baru. Hari yang mungkin akan membawanya satu langkah lebih dekat ke rumah, atau satu langkah lebih dalam ke dalam kehidupan Zahra yang rumit.
"Baiklah, dunia," bisiknya pada dirinya sendiri. "Tunjukkan padaku apa yang kau punya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments