Komedi Romantis Kala Korona

Komedi Romantis Kala Korona

Huh? Ada Tugas? (Part 1)

Mengapa orang berpacaran?

Apakah karena cinta?

Atau hal yang lainnya?

Yang tau tolong kasih tau aku.

Aku perlu jawabannya. Segera. Karena, aku nggak ngerti apapun soal pacaran!

Iya. Aku. Niki Arsenio. Kelas 11. Sedang penasaran. Mengapa ketiga cewek paling cantik di kelas memintaku jadi pacar mereka.

Cewek pertama, Ferranda Laila Kusuma. Bendahara kelas. Yang ter-killer sepanjang sejarah SMAN 24. Alih-alih membentak dan meneriakimu, Ferra justru menagih kas sambil berbisik lembut ke telingamu. Menerpa kulitmu dengan napasnya yang hangat. Dan membuat otakmu nge-blank kerena samponya yang wangi. Jika mentalmu lemah, semua lubang di tubuhmu akan mengeluarkan darah.

Cewek kedua, Sheina Apriliana. Nggak bisa bicara banyak tentang Sheina. Intinya dia pemalu. Oh, ya, Perlu kuklarifikasi Sheina bukanlah tipe cewek yang selalu jadi dirigen pas upacara bendera. Dia juga nggak bawa martil ke mana-mana.

Dan yang terakhir—semoga saja begitu—Arini. Jujur, males banget memperkenalkannya padamu. Arini itu nyebelin. Tapi karena dia terlibat, aku terpaksa melakukannya. Tipikal cewek kasar, ambisius, suka meremehkan orang lain, sok cantik (ya, emang cantik, sih) dan jual mahal. Arini merupakan paket komplit dari semua itu.

Tentu sebagai laki-laki normal yang tertarik dengan lawan jenis, aku senang dengan apa yang menimpaku. Hanya saja, apakah semua ini nyata? Bukankah ini terlihat sangat dipaksakan?

Dan aku juga takut. Mereka berkonspirasi untuk menjebakku dalam permainan asmara yang sering kulihat di anime-anime komedi romantis. Aku dimintai jadi pacar mereka. Tanpa peduli bagaimana pendapatku, dan virus Covid-19 yang mengamuk di luar.

Aku menolak. Protokol kesehatan alasannya. Tidak, bukan itu. Aku menolak, karena aku tahu batasanku. Mustahil aku yang penyendiri dan nggak mempunyai teman ini, bisa memacari tiga cewek sekaligus. Namun, mereka terus memaksa. Bekerja sama, hingga akhirnya aku terpojok. Mau tidak mau aku harus melakukan apa yang mereka inginkan.

Awalnya aku memang ogah-ogahan. Tapi aku takkan bohong saat bilang kalo pacaran itu menyenangkan, nyaris trauma. Walaupun niatku hanya untuk kepentingan diri sendiri, percayalah, ketika eksekusi, sulit untuk mengendalikan perasaan. Sulit untuk nggak baper.

Komedi romantis kala korona, huh?

Merepotkan saja.

***

Nanti link meet-nya aku bagikan, tunggu, ya. Lagi chat Ibu-nya, nih.

Pesan grup WA kelas muncul di notifikasi.

Tumben. Hari apa ini? Senin. Pelajaran pertama, Bahasa Indonesia. Kena angin apa Bu Fatma jadi memilih melaksanakan pembelajaran lewat google meet alih-alih spam tugas di Google Classroom?

Aku memutar bola mata. Kembali fokus ke game. Suka-suka beliau saja. Lagipula apa pengaruhnya untukku? Mau Bu Fatma minta muridnya untuk mengadakan pertemuan di Google Meet, Zoom meeting, video call WA, aku tetap akan farming di map 3-4 untuk membawa pulang duo luwak ke pangkuanku. Aku menyengir, hidungku kembang kempis. Akagi, Kaga, wangy-wangy!

Ya, setidaknya ekspresi dan imajinasi menjijikkanku itu bertahan sampai notifikasi ke dua muncul di layar.

Hari ini kita akan bahas tentang tugas kelompok video wawancara yang sudah dikumpulkan minggu lalu, jadi jangan sampai terlambat, ya!💕💕

Aku seketika bangkit dari tiduran di kasur. Tugas apa lagi ini?! Aku ingat selalu mendaftar tugas. Entah yang dikirimkan semrawut di grup WA ataupun di Google Classroom. Jadi, nggak mungkin keteter. Ok. Ini nggak penting. Tapi mulai sekarang Google Classroom akan kusingkat GC saja. Semua orang sudah tahu, bodoh! Aku tahu itu! Aku hanya ingin menenangkan diri karena aku sedang panik!

Sedetik kemudian muncul notifikasi beruntun memenuhi layar smartphone-ku.

Siap, Bu Ketua kelas!

Enggeh, Bu Ketua.

🗿

Jangan panggil aku Bu Ketua Kelas, dong, aku belom pernah beranak Ketua Kelas...

Wkwkw.

Spam chat sebanyak itu sontak membuat smartphone mid end-ku nge-lag parah, kapal-kapal chibi yang tengah bertempur di lautan kini bergerak seperti wayang yang digerakin dalang mabuk.

Mana bisa main kalo kayak gini?!

Keluar dari game dengan paksa, aku melompat ke meja belajar. Menyalakan komputer. Tidak langsung menyala. Harus menunggu dulu selama kurang lebih tiga menit seolah tiga jam. Menyala. Skip ritual tekan refresh, aku langsung mengarahkan kursor ke folder bertuliskan "kelas 11 MIPA 1". Ada beberapa sub folder. Kubuka folder "Bahasa Indonesia". Berderet file-file dari, dock, ppt, dan pdf. Hanya itu. Nggak ada file video. Tuh kan, aku memang nggak ngerjain!

Aku bersandar di kursi. Mengendalikan napas. Kuseka keringat di pelipis. Wajar aku panik. Di antara guru-guru yang lain, hanya tugas dari Bu Fatma lah yang paling kuperhatikan. Bukan berarti aku rajin. Aku hanya nggak ingin bermasalah dengan beliau. Sebelum pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diberlakukan, Bu Fatma dikenal killer. Disiplin ketat akan tugas. Telat dikit, eksekusi. Hukuman di tempat, jika itu di sekolah. Memang pada saat pembelajaran dari rumah seperti ini nggak ada hukuman fisik, tapi hukuman mental masih ada. Satu menit pun lewat dari deadline pengumpulan tugas, nilaimu yang kosong melompong akan ditampilkan saat review materi di akhir pertemuan. Ikut UAS sudah nggak berarti apa-apa saat semua nilai tugas harianmu berbentuk telur busuk. Itu yang terjadi pada teman sekelasku di akhir semester kelas 10. Dia nggak naik kelas.

Nah bagaimana mungkin aku nggak panik saat jelas-jelas nggak ngerjain tugas kelompok membuat video!

Tunggu dulu.

Tugas kelompok!

Tugas dan kelompok. Sebuah kombinasi yang dinamis, klimis, dan eksotis. Di mana hanya ada sebagian yang benar-benar mengerjakan dan sisanya nganggur. Numpang nama tanpa perasaan bersalah dan mendapat nilai yang setara dengan yang mengerjakan. Betapa menjijikkannya makhluk seperti itu. Dan makhluk itu adalah aku! Ya! Aku punya kelompok. Kelompokku pasti sudah mengerjakan tugasnya. Aku selamat!

Namun, perasaan meledak itu langsung padam karena aku baru sadar. Emang aku satu kelompok sama siapa? Terus emang mereka masukin namaku saat mengumpulkan videonya?

Kusambar smartphone-ku dan mulai mengetik di grup.

Btw, aku sekelompok sama siapa?

Hapus. Kelihatan banget nggak ngerjain. Lebih dari itu kesannya seolah aku dibuang dari kelompok atau parahnya nggak dapat kelompok.

Huh? Ada tugas?

Orang bodoh dari kota mana lagi ini? Aku menyemburkan napas frustasi. Kembali rebahan. Tengkurap memandangi layar dengan sendu. Awan chat bersahut-sahutan. Lupakan saja. Akan aneh jadinya saat aku yang nggak pernah ikut nimbrung di grup, tiba-tiba muncul. Kunyuk-kunyuk sok asik. Kayak teman lama yang tiba-tiba datang karena mau berhutang.

Aku membenamkan wajah pada bantal bermotif bunga matahari. Apa kucoba chat pribadi Ketua Kelas saja, ya? Tapi aku nggak pernah nge-chat seseorang secara langsung. Kecuali guru dan orang tuaku. Itupun bukan aku yang nge-chat duluan.

Jika aku nge-chat ketua kelas, apakah dia akan membalas? Mengingat kami nggak pernah bicara. Aku nggak akrab dengannya. Juga teman sekelas lainnya. Aku mengangguk-ngangguk. Nggak ada ruginya mencoba. Lagipula, aku bertanya tentang tugas, bukan yang aneh-aneh. Nggak ada alasan untuknya mengacuhkanku.

Ketua kelas, minta tolong bisa kirimkan data nama pembagian tugas kelompok membuat video itu? Mau kuarsipkan.

Biasanya ada. Kirim. Baiklah. Mari kita tunggu.

Semenit.

Dua menit.

Tiga menit.

Tidak ada tanda centang dua berubah biru. Biar begitu, tentu Ketua Kelas menyadari pesanku di notifikasi. Aku masih menatap layar smartphone was-was. Chat yang kukirimkan harusnya sudah memenuhi kriteria tata krama untuk nge-chat teman sekelas yang kurang akrab. Singkat dan to the point.

Chat-ku dibaca.

Ketua kelas sedang mengetik.

Ini dia!

Niki? Tumben kamu nge-chat. Tunggu bentar, ya.

Aku tertegun. Lima menit. Rekor tercepat chat-ku dibalas cewek. "Ok." Tanpa sadar aku menggumamkan ketikanku.

Pesanku nggak dibaca. Menunggu lagi. Kukira Ketua Kelas sedang pusing mencari file datanya di penyimpanan telepon. Aku tertawa dalam hati. Benar-benar nggak ada akhlak.

Namun, ternyata nggak. Beberapa menit kemudian, tepatnya pukul delapan, Ketua Kelas mengirimkan link yang sudah dijanjikan.

Terpopuler

Comments

ⱮαLєƒι¢єηт

ⱮαLєƒι¢єηт

Ngakak

2024-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!