Jeffry kemudian pergi menuju kamar mamanya untuk melihat keadaan sang mama. “Ma, bagaimana kerja Bella?”
“Bagus. Dia orangnya sopan dan rajin.”
“Mama tahu dia siapa?”
“Wanita di lagu Cinta Dalam Diam.”
“Mama tahu?” Jeffry terkejut.
“Tentu saja! Saat menciptakan lagu itu kamu selalu menggumamkan nama Bella. Mama rasa saat itu kamu ragu mau memasukkan nama Bella atau tidak ke dalam liriknya.” Victoria yang membereskan kertas-kertas berisi draft lirik lagu Cinta Dalam Diam.
Banyak nama Bella ditulis di kertas itu, walaupun akhirnya Jeffry batal memasukkan nama Bella karena tidak mau diketahui Bella.
“Jadi benar Bella itu wanita yang kamu suka?” tanya Victoria.
“Benar, Ma.”
“Kamu masih menyukai Bella?” tanya Victoria lagi.
“Masih.” Apa mama bakal setuju aku memilih Bella yang janda dua anak?
“Apa rencanamu?”
“Rencana apa? Kalau dalam karir, Jeff akan merilis lagu dan main film.”
“Rencanamu merebut hati Bella.”
“Mama!” Jeffry merasa malu. Perasaannya terhadap Bella masih kuat. Masih sama seperti saat ia bertemu Bella di konser. Mungkin rasa itu menjadi semakin kuat sekarang.
“Bella itu cantik. Kalau kamu berlambat-lambat, kamu akan menyesal nanti kalau Bella direbut yang lain.”
“Mama setuju Jeff dengan Bella?”
“Kenapa tidak? Apa alasan Mama menolaknya? Mama ingin kamu bahagia dengan wanita pilihanmu.”
“Makasih Ma.“ Jeffry memeluk Victoria. Jeffry merasa mendapat kartu hijau dari sang mama.
Kembali ke kamar Bella.
Bella tersadar saat melihat mainan Meme berserakan di lantai. Untung saja Jeffry tidak tanya macam-macam.
Oh, iya. Meme.
Bella membuka pintu kamar mandi. “Meme, om Jeff kasih terang bulan.”
Bella membuka kotak terang bulan yang masih utuh itu. Terang bulan rasa coklat keju. Rasa favoritnya.
Ingatan Bella berkelana saat dia masih mengandung Thee dan Meme. Saat dia mengidam dan menginginkan terang bulan jam 1 malam. Jerry sebagai suami siaga langsung membelikan terang bulan permintaan Bella.
Bella menitikkan air matanya mengingat kenangan manis itu. Air matanya kembali menggenang.
Dulu papa juga beliin mama terang bulan seperti ini.
Kisah manis yang tak akan terulang lagi yang sekarang hanya menjadi kenangan.
Sementara itu Jeffry sedang berada di kamarnya. Dia sedang berebah di ranjangnya dan menatap langit kamarnya.
Kenapa Bella ada di sini? Bekerja sebagai ART lagi. Bukankah suaminya kaya. Apa perusahaan suaminya bangkrut? Tetapi tidak ada beritanya di TV. Jeffry bertanya-tanya.
Ini kesempatanku. Akhirnya aku bisa mendekati Bella.
Jeffry yang pemalu masih takut mendekati Bella apalagi mengungkapkan perasaannya yang sudah terpendam lama. Dia takut ditolak Bella.
Bella bekerja sambil menyembunyikan Meme. Bella merasa kasihan dengan Meme, tetapi apa boleh buat. Untuk sementara Meme harus disembunyikan.
...***...
Hari ini asisten Jeffry tidak bisa bekerja karena sakit.
“Biar Bella yang temani kamu,” kata Victoria.
“Mama nggak pa pa sendirian?”
“Mama sudah bisa jalan pakai tongkat.”
Akhirnya Bella mengikuti Jerry menuju lokasi syuting. Dia menatap kagum lokasi syuting. Jeffry akan melakukan adegan tembak-menembak.
Adegan aksi itu mengambil lokasi di gudang.
Pertama-tama Jeffry ditata rambutnya terlebih dahulu. Aura bintang dan ketampanan Jeffry makin muncul. Bella dibuat melongo lagi.
“Tutup mulutmu. Nanti nyamuk masuk.”
Bella menutup mulutnya. Tangan kanannya memegang kipas angin kecil supaya Jeffry tidak kepanasan.
Kenapa bukan Jeffry yang memegang kipas anginnya? Karena Jeffry memegang naskah yang baru. Naskah lama baru saja direvisi. Ia harus menghafal lagi dialognya.
Jeffry dalam mode serius. Mulutnya berkomat-kamit dialog yang harus ia ucapkan. Ini yang bikin repot. Sudah susah-susah hafal dialog eh saat syuting diganti dialog baru. Tetapi sebagai aktor profesional Jeffry tidak bisa menolak. Bukankah naskah yang baru dibuat untuk memperbaiki naskah yang lama.
“Aku haus.”
Bella segera mengambil botol air minum yang memang sudah tersedia di lokasi syuting, menaruh sedotan dan memberikannya ke Jeffry.
Jeffry mulai melatih adengannya dengan aktor lainnya. Sutradara mengarahkan apa saja yang harus diperbaiki. Tes kamera juga dilakukan. Sampai akhirnya pengambilan adegan. Jeffry sudah bersiap. Aktor lain juga bersiap di posisinya masing-masing.
Sutradara memberikan aba-aba. “Ready. Action.” Papan slate diketuk.
“Aku tak menyangka ternyata ada pengkhianat di keluarga kita.” Jeffry menatap aktor di depannya. Dia lalu mengambil pistolnya dan menembak pengkhianat itu dengan wajah dingin. Pengkhianat itu mati di tempat.
“Ok. Cut.” Sutradara mengakhiri syuting.
Jeffry juga aktor lawan mainnya dan sutradara mengecek hasil rekaman di monitor. Sepertinya sutradara cukup puas. “Kita bisa beralih ke adegan berikutnya.”
Adegan berikutnya dilakukan. Adegan hujan.
Syuting dilakukan di luar ruangan. Para staf sudah menyiapkan pipa yang dilubangi untuk membuat hujan buatan. Hujan buatan lebih baik daripada hujan alami. Hujan alami tidak diketahui kapan datangnya dan juga tetes airnya terlihat lebih besar di kamera.
Jeffry berjalan dalam hujan. Ia berjalan lemah karena sudah membunuh sahabatnya sendiri. Sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudara tapi ternyata menusuknya dari belakang.
Air mata yang dikeluarkan Jeffry bercampur dengan air hujan. Tetapi emosi Jeffry tersampaikan dengan bahasa tubuhnya. Jeffry terlihat begitu sedih. Jeffry terlihat berlutut dan berteriak. Sahabatnya mati di tangannya sendiri.
Bella ikut terharu dan larut dalam adegan ini.
“Ok. Cut.”
Bella buru-buru membawa handuk kering untuk mengelap tubuh Jeffry supaya tidak kedinginan. Udara malam campur air bisa membuat sakit.
Bella juga mengelap rambut Jeffry yang basah. Saat mata mereka bertemu Bella merasa terpesona.
Kenapa laki-laki itu terlihat seksi saat rambut mereka basah.
Dalam balutan handuk Jeffry melihat hasil rekaman. Ada ketidak puasan di wajah sutradara begitu juga Jeffry. Adegan hujan diulang kembali.
“Ready. Action.” Jeffry kembali terkena air hujan.Dia mengulangi adegan dalam hujan.
“Ok Cut.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments