Bab 5

Sebelum keluar dari kamar putri sulungnya, Ica membenarkan letak selimut ke tubuh Mentari lalu mendaratkan kecupan lembut di pucuk kepala putri sulungnya. Setelah itu baru Ica keluar kamar dan melangkah ke pintu utama, ketika terbuka ternyata sahabatnya yang sudah lama tak berjumpa dengannya.

"Anita"

Keduanya langsung berhamburan dalam pelukan melepas rindu yang sudah lama tertahan, wajar karena Anita adalah sahabat satu-satunya sahabat yang di miliki Ica semenjak dirinya memutuskan tinggal di kota tempat tingga suaminya dan satu tahun mereka tak berjumpa karena Anita ikut suaminya di pindah tugas.

"Aku kangen banget dengan kamu, Ica. Apa di anak keduamu?" tanya Anita setelah pelukan terlepas

"Iya, kamu pergi pas aku hamil delapan bulan"

"Boleh aku menggendongnya?"

"Tentu" sahut Ica, Anita langsung mengambil alih bayi kecil di dalam gendongan Ica.

"Lucu sekali, jadi pengen punya yang beginian" ucap Anita dengan tersenyum getir

Mendengar ucapan sahabatnya, Ica hanya bisa menepuk pundak Anita ingin memberi kekuatan pada sahabatnya yang sampai detik ini belum di karuniai keturunan meski usia pernikahan sahabatnya dan suaminya sudah berjalan selama 10 tahun.

"Sabar ya"

"Sahabatmu ini bukanlah sosok penyabar, lebih suka mengurung diri dalam kamar" jawab Anita sembari tersenyum, karena dirinya sudah lelah mendengar pertanyaan masyarakat mengapa dirinya belum juga hamil.

"Ayo, masuk" ajak Ica mengalihkan pembicaraan

Keduanya lantas masuk ke dalam rumah lalu duduk bersebelahan di sofa yang ada di ruang tamu, Anita mengedarkan pandangannya mencari putri sulungnya Ica lalu bertanya pada Ica dimana Mentari karena tak melihat batang hidungnya.

"Tidur, mungkin kecapean pulang sekolah" jawab Ica

Anita hanya ber oh ria, kemudian mengembalikan Senja kepangkuan Ica. Anita kembali keluar dari rumah Ica dan menuju mobilnya, ketika masuk Anita menenteng dua paper bag oleh-oleh yang di bawanya memang khusus buat Ica sekeluarga.

"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot begini, Ta"

"Ahh, tidak repot sama sekali kok"

"Terima kasih ya" ucap Ica sembari menerima dua paper bag dari Anita

Anita kembali duduk di sebelah Ica kemudian keduanya terlibat obrolan ringan, obrolan yang berisi celotehan seputar kehidupan masing-masing setelah hampir satu tahun tak bertemu jadi melepas rindu dengan mengobrol.

"Bulan depan kita liburan yuk, rame-rame"

Seketika wajah Ica berubah mendung, perubahan ekspresi wajah Ica tentu terlihat oleh Anita. Tentu saja membuat Anita langsung mengerutkan keningnya, Anita merasa ada sesuatu yang terjadi pada Ica saat ini.

"Ica, apa kamu baik-baik saja?"

Anita langsung bertanya sembari kedua matanya menatap lekat wajah Ica, terlihat Ica menghela napas berat. Kemudian Ica mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban, tapi Anita tidak puas dengan jawaban Ica.

"Apa yang terjadi, Ica? Katakan, jangan memendamnya sendirian?" desak Anita

"Aku bingung harus bercerita dari mana"

Hanya itu yang keluar dari mulut Ica, mendengar itu Anita langsung memeluk tubuh Ica. Meski Anita belum mendengar ceritanya, tapi Anita yakin jika saat ini ada masalah besar yang membelit sahabatnya itu.

"Ada apa?"

Hanya tetesan air mata yang keluar dari kedua sudut mata Ica sebagai jawaban dari pertanyaan Anita, Anita meminta Ica untuk menghapus air matanya dan tidak menangis. Ica langsung mendongak, berusaha menahan agar air matanya tak menetes lagi.

Kemudian di hapusnya jejak air mata yang membasahi kedua pipinya, melihat Ica dalam keadaan tidak baik-baik saja Anita kembali mengambil alih Senja dari pangkuan Ica. Sejak keadaan menjadi hening, Anita tak lagi banyak bertanya dan memberi waktu pada sahabatnya itu untuk menenangkan diri sendiri.

"Tadi pagi aku bertemu dengan seorang wanita, dia mengaku hamil anak Mas Hendra dan kandungannya sudah tiga bulan"

Wajah Anita terlihat terkejut, terbukti dari kedua bola matanya yang membelalak sempurna dan mulutnya yang melongo. Anita menggelengkan kepalanya tak percaya, bahkan Anita mengira Ica sedang bercanda saat ini.

"Apa hal seperti ini pantas di buat candaan, Ta?" tanya Ica dengan suara bergetar

"Kamu sudah tanya pada Hendra?"

Ica menggeleng, karena suaminya memang belum pulang hingga menjelang siang ini. Padahal suaminya tadi bilang hanya ingin bertemu dengan temannya untuk membahas soal usaha yang ingin mereka bikin.

"Apa yang harus aku lakukan, Ta? Aku bingung?"

"Apa saja yang di katakan wanita itu? Ceritakan semuanya" pinta Anita

Pada akhirnya Ica menceritakan semuanya dengan suara serak dan bergetar, Ica menceritakannya dengan sangat detail dan sesuai apa yang terjadi. Mendengar sahabatnya mendapatkan pengkhianatan, membuat Anita merasa geram.

Anita benar-benar terkejut dengan kenyataan tersebut, pasalnya Hendra terkenal sebagai seorang pria yang sangat baik dan sayang dengan keluarga. Namun ternyata Hendra seorang pria suka selingkuh, bahkan sampai membuat selingkuhannya hamil.

"Lebih baik kamu cari tahu kebenarannya dulu, Ca. Sulit di percaya kalau Hendra melakukan pengkhianatan seperti itu, apalagi aku kenal Hendra dari SMA loh"

"Tapi aku sudah melihat bukti beberapa foto mereka, Ta. Mereka sangat mesra, hancur rasanya hidupku ini" ucap Ica dengan suara yang semakin melemah, Anita menggenggam tangan sahabatnya untuk memberi kekuatan.

"Cari tahu dulu ya, jika memang sudah terbukti kalau itu benar. Aku mendukungmu jika ingin berpisah, namanya pengkhianat selamanya akan jadi pengkhianat. Tapi aku juga berharap, kalau yang di katakan wanita itu hanya sebuah lelucon"

"Aku juga berharap seperti itu"

"Apa kamu punya foto mesra mereka?" tanya Anita

"Iya tadi aku sempat diam-diam mengirimnya ke HP-ku, tapi aku hapus riwayat pengiriman itu dari HP wanita itu"

"Coba kamu bikin Hendra senam jantung, kamu kerjain dia sambil cari tahu kebenarannya. Kata wanita tadi Hendra ninggalin dia dan memblokir nomornya, itu artinya Hendra tidak mau pengkhianatan nya di ketahui oleh mu karena takut kehilangan kalian"

Anita mengalihkan pandangannya ke arah luar memastikan tidak ada orang lain yang mendengar rencananya, lalu Anita mengatakan ide yang terlintas pikirannya pada Ica dan Ica langsung paham maksud Anita.

"Jangan patah, ada dua putrimu yang membutuhkan kamu. Jangan lemah, dua putrimu membutuhkan ibu yang kuat. Meski perpisahan yang akan terjadi, kamu harus kuat demi dua putrimu. Tunjukan pada para pengkhianat kalau kamu wanita yang tegar, Ica aku sudah mengenalmu cukup lama. Aku tahu kamu wanita yang kuat, ayo bangkit kamu pasti bisa menjadi Ica yang aku kenal. Kuatlah, demi dua putrimu"

"Terima kasih ya, Ta. Sebelumnya aku tak tahu harus bagaimana menghadapi masalah ini, tapi setelah meminta pada Tuhan jalan keluar masalah ini ternyata kamu sebagai perantaranya" ucap Ica membalas genggaman tangan Anita

Terpopuler

Comments

Lisa Halik

Lisa Halik

benar apa yang anita bilang,kamu harus kuat ica kerana kamu punya 2 putri

2024-08-23

1

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Betul kata Anita, kamu harus kuat tegar dan tangguh sebab k2 putri sangat membutuhkan mu

2024-07-22

1

Ani Ani

Ani Ani

ya ITU yang bagus

2024-07-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!