Bab 3

Sejenak Ica mematung tapi setelah beberapa saat Ica menoleh ke arah wanita itu, kedua mata mereka bertatapan. Ica menelisik wajah wanita yang ada di depannya, mencari sesuatu kebohongan atau candaan yang tersirat di ekspresi wajahnya namun justru sebuah keseriusan yang terpancar.

"Mbak, saya ingin membicarakannya lebih lanjut. Jadi tolong beri saya kesempatan, untuk berbicara lebih lama dengan Mbak" pinta Loli

Ica terdiam tak memberikan jawaban sama sekali pada Loli, jangankan untuk berbicara bernapas pun rasanya terasa sesak. Kejutan macam apa ini? Di ajak bertemu oleh wanita asing lalu mengatakan jika saat ini dirinya sedang hamil, janin yang di kandungannya benih suaminya.

"Ma, ayo pulang" ajak Mentari sembari menggoyang-goyangkan tangan Mamanya yang sedang menggandengnya

"Kau pikir saya percaya begitu saja dengan ucapanmu itu"

Satu kalimat akhirnya berhasil keluar dari mulut Ica yang terasa terkunci tadi, tak bisa di pungkiri bahwa saat ini jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Wanita itu mengatakan bahwa apa yang di ucapkannya serius, tapi Ica tak bisa langsung percaya.

Setelah itu Ica kembali menggenggam tangan putri sulungnya lalu mengajaknya untuk pergi dari sana, melihat orang yang dari tadi di tunggunya pergi tentu tak membuat Loli diam. Loli langsung berdiri, lalu mengejar langkah Ica yang sudah berapa langkah di depannya.

"Mbak, saya mohon....." ucap Loli menghentikan langkah Ica dengan berdiri di depannya

"Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan? Haruskan aku mendengarkan bualan wanita yang baru pertama kali aku lihat?" gumam Ica dalam hati, gemuruh di dadanya terasa sangat bergejolak.

"Baiklah"

Jawaban singkat yang keluar dari mulut Ica membuat Loli membuat kedua sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan senyum, kemudian Loli mengikuti langkah Ica menuju ke arah tempat duduk mereka semula tepatnya di sudut ruang cafe.

"Mbak"

"Hem, katakan apa yang ingin kamu katakan. Waktu saya terlalu berharga, jadi jangan buang-buang waktu saya" ketus Ica

Ica sudah berusaha untuk mengontrol emosinya namun tak berhasil juga, tapi Ica bisa menahan tangannya agar tidak menyerang wanita di depannya ini yang telah mengaku sebagai selingkuhan suaminya meski belum terbukti karena Ica tak mau langsung percaya.

"Mbak, saya hamil tiga bulan" ucap Loli seraya memainkan jari jemarinya untuk menetralisir rasa takut

Begitu mendengar ucapan Loli, Ica hanya mengangguk. Ica belum memberikan respon apapun, Ica hanya ingin mendengar cerita yang entah sebuah fakta atau bualan dari mulut wanita asing yang baru pertama bertemu dengannya.

"Ini hasil dari hubunganku dengan Mas Hendra suami Mbak Ica, maaf....."

Wajah Loli semakin tampak ketakutan, bahkan kepalanya menunduk. Sementara Ica menampakkan senyum sinisnya, meski sebenarnya Ica ingin sekali menyerang Loli dengan membabi buta.

"Maaf juga, tapi saya tidak percaya dengan omong kosongmu" ucap Ica masih berusaha untuk tetap tenang

"Ta--Tapi saya serius" jawab Loli terbata-bata sembari menatap wajah Ica dengan rasa takut

"Lalu saya harus percaya begitu saja tanpa ada bukti?"

"Mbak perlu bukti? Saya ada hanya saja maaf jika bukti itu membuat Mbak Ica jijik, karena hanya itu saya punya"

"Ya, perlihatkan lah" titah Ica

Ica menghela napas dalam-dalam lalu mengeluarkan secara perlahan, Ica berharap bisa memendam gejolak di dalam dadanya. Ica terdiam tapi matanya memperhatikan gerak-gerik Loli yang sedang membongkar tasnya lalu Loli mengeluarkan HP-nya dan mengotak-atik HP sampai akhirnya di sodorkannya ke arah Ica.

Ica mengambil HP yang ada di atas meja, terpampang jelas di layar HP sebuah foto yang memperlihatkan pria dan wanita sedang berpelukan dengan posisi duduk tanpa sehelai benang. Dada Ica kembali bergemuruh, lalu Ica menggeser layar HP dan semakin banyak foto pria dan wanita itu tanpa sehelai benang.

"Menjijikan" cibir Ica lalu meletakkan kembali HP itu ke tempat semula, kini kedua bola mata Ica menatap tajam ke arah Loli yang terlihat ketakutan.

"Maaf, Mbak. Saya awalnya gak tahu kalau Mas Hendra seorang suami, karena dia mengaku duda di tinggal mati oleh istrinya"

"Lalu sekarang kamu tau kalau Mas Hendra itu punya istri?" tanya Ica lalu di angguki oleh Loli

"Mbak kita sama-sama wanita, pasti Mbak paham gimana rasanya jadi saya yang hamil tanpa suami"

"Enak sekali kamu bicara, itu resiko kamu yang terlalu murahan. Lalu bagaimana tanggapan kekasihmu itu, setelah tahu kamu hamil?" tanya Ica dengan wajah datar

"Mas Hendra gak mau bertanggung jawab dan justru menuduh saya hamil anak pria lain, dia menghindar dan bahkan nomor saya di blokirnya"

"Makanya Mbak jadi wanita jangan murahan, suami orang di deketin akhirnya di tinggal juga kan"

Ica tersenyum getir, Ica tak menyangka jika masalah seperti ini akan menghampiri rumah tangganya. Ica merasa hidupnya seperti sebuah permainan, hidup dengan kedua orang tua yang jarang ada waktu untuknya. Terus menjalin kasih dengan seorang pria yang di kira akan menikah dengannya, ternyata di tinggal tanpa alasan.

Ica pikir ketika menikah kebahagiaan akan menghampirinya, karena selama ini dirinya melihat suaminya tipe suami family man yang sangat menyayangi anak-anak dan peduli dengan istrinya. Bahkan suaminya selalu meluangkan waktu bermain dengan anak-anak, serta selalu ada untuk keluarga.

"Mbak, saya hanya ingin mencari keadilan dan pengakuan atas ayah dari janin yang saya kandung saat ini. Mbak tolong, tolong ikhlaskan Mas Hendra untuk saya. Saya yakin, jika Mbak Ica mau meninggalkan Mas Hendra pasti Mas Hendra mau bertanggung jawab pada saya. Saya gak mau bayi saya lahir tanpa seorang ayah, saya gak mau bayi saya tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah. Mbak kita sama-sama wanita, pasti Mbak Ica memahami posisi saya"

Panjang lebar Loli berucap dan dengan entengnya Loli mengatakan kalimat itu pada Ica, Ica terkejut sampai terperangah mendengar permintaan wanita di depannya yang menurutnya sebuah permintaan konyol dan tak tahu malu.

"Enteng sekali kamu meminta aku untuk menyerahkan Mas Hendra demi janin yang kau kandung, terus kau pikir dua bocah ini tidak membutuhkan figur seorang ayah. HAH...." pekik Ica, mendengar ucapan tegas yang keluar dari mulut Ica seketika membuat wajah Loli jadi pucat pasi.

"Tapi bagaimana dengan nasib janin saya, Mbak?" tanya Loli dengan bibir bergetar

"Kenapa kamu tanya saya? Asal kamu tahu saja, anak hasil hubungan di luar nikah itu mutlak tanggung jawab ibunya. Nanti coba kamu tanyakan pada kekasihmu itu gimana nasib kehamilanmu itu, jika Mas Hendra memang sudi menikahimu detik itu juga saya yang akan pergi"

Terpopuler

Comments

Lisa Halik

Lisa Halik

bagus ica,pergi saja

2024-08-23

1

Ira Sulastri

Ira Sulastri

Cakep Ica, kamu mmg harus tegar kuat tegas dan tangguh. Itulah akibat dr suatu hubungan yg tak resmi sdh melakukan layaknya hubungan halal, Ica ga ada salahnya kamu periksakan diri ke dokter takut ada penyakit kelamin berbahaya untuk dirimu dan masa depan K2 bidadari mu

2024-07-22

2

Ani Ani

Ani Ani

tak Malu betul Betina tu

2024-07-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!