Segala Cara

Mentari pagi seolah malu-malu mengintip dari balik tirai kamar, cahayanya yang hangat tanpa permisi membelai wajah cantik Rea yang masih tertidur pulas, perlahan tapi pasti berhasil membuat Rea terjaga. Wanita bertubuh ramping itu pun menggeliat ke kiri dan ke kanan untuk meregang otot-ototnya yang terasa kaku.

Hal pertama yang Rea lihat adalah senyum manis Devan yang tersungging di sudut bibirnya. Pria itu ternyata lebih dulu bangun, bahkan ia sudah mandi dan rapi.

“Nyenyak tidurnya?” tanya Devan yang sedang sibuk membenarkan dasi.

Pria itu tampak memukau saat mengenakan kemeja biru, karisma yang begitu kental membuat para wanita tergila-gila saat memandanginya.

Rea tersenyum patah.

“Hm,” dengusnya singkat.

“Kamu bangun lebih awal, Dev? Apa ada projek baru?” sambung Rea bertanya.

Devan adalah CEO di perusahaan yang ia bangun sendiri, yaitu sebuah rumah produksi. Tak ayal, kadang Devan juga terjun langsung menciptakan beberapa buah lagu yang nantinya dibawakan oleh penyanyi-penyanyi berbakat ibukota. Bisa dibilang Devan bergerak di bidang entertainment.

“Hhm,” Devan mengangguk mengiyakan.

Rea balas mengangguk.

“Lagu baru. Oh iya, apa kamu mau jadi model video klipnya?” tawar Devan.

Rea memundurkan wajahnya beberapa senti ke belakang, lalu setelah itu menggeleng.

“Sepertinya belum untuk saat ini, mungkin lain kali. Oh iya semoga projeknya lancar dan lagunya booming,” sela Rea sebelum akhirnya bergerak turun dari ranjang.

Devan mencibir, lalu menarik sebelah alisnya ke atas. Rea selalu menolak jika diminta untuk jadi model video klip.

Jika dikaji lebih dalam penghasilan Rea jauh lebih besar dibanding Devan. Nasib baik jika lagu yang diciptakan bagus dan laku di pasaran Devan akan mendapatkan keuntungan besar, tapi jika tidak lagu-lagu itu akan tenggelam seperti batu yang jatuh ke dasar kolam.

“Kamu mau ke mana, Re?”  tanya Devan saat dilihatnya Rea hendak beranjak ke luar kamar.

Gerak tangan Rea terhenti ketika hendak menarik gagang pintu.

“Menyiapkan sarapan, setelah itu sekalian mau lihat Airin ke kamarnya,” jawab Rea.

“Hm, Re. Siapkan buat kamu sama Airin saja ya, sepertinya aku tidak sempat sarapan soalnya ada janji meeting pagi ini sama penyanyi yang akan membawakan laguku,” sela Devan.

Rea menoleh.

“Hm, baiklah. Kalau begitu biar aku saja yang antar Airin ke sekolah,” pungkas Rea, karena biasanya Devan lah yang selalu mengantar putri semata wayang mereka ke sekolah.

“Makasih ya, Re.”

Devan akhirnya bergerak cepat menyambar ponsel dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja.

“Hm, dompetmu?” ucap Rea yang terus memperhatikan pergerakan Devan sejak tadi.

“Oh, iya. Hampir saja lupa,” Devan bergumam.

Setelah mengambil dompet dan menyimpannya di dalam saku celana, Devan pun berjalan mendekati Rea.

“Aku pergi dulu! Ingat, hati-hati nyetirnya!” ucap Devan.

Tidak lupa ia juga mendaratkan ciuman di puncak kepala Rea sebagai bentuk rasa kasih sayang darinya.

Rea hanya mengangguk seraya memperhatikan langkah kaki Devan yang tergesa menjauh meninggalkan dirinya.

****

Setelah selesai sarapan dan mengantar Airin ke sekolah, Rea gegas berputar arah tujuan selanjutnya adalah rumah sakit PERSADA KASIH tempat ia bekerja.

Selama menyetir berulang kali Rea melirik benda kecil yang melingkar di pergelangan tangannya jam sudah menunjukkan pukul 08:30 sementara ia harus sampai sebelum 08:45.

“Masih ada lima belas menit lagi,” gumam Rea di tengah kesibukannya menyetir.

Sesampainya di rumah sakit gegas Rea memarkirkan mobil. Seperti tengah di kejar hantu Rea langsung berhamburan menuju ruang kerjanya.

Tapi tiba-tiba...

“Re, Rea!”

Seruan seseorang entah dari mana.

Langkah dari tungkai panjang Rea langsung terhenti saat mendengar seruan itu memanggil namanya.

Rea berbalik badan diedarkannya pandangan ke segala arah mencari sumber suara hingga akhirnya dilihatnya seseorang yang sangat ia kenal melangkah mendekat ke arahnya.

“Anna?”

Rea tersenyum jengah ia menghela napas dalam dan membuangnya kasar lewat mulut. Andai wanita itu tahu besarnya perjuangan Rea berusaha melupakan segala tentang dirinya, tapi sekarang malah muncul tanpa diundang.

Sebelum langkah Anna terhenti Rea sudah lebih dulu berbalik dan meninggalkannya.

“Aku buru-buru tidak punya waktu!” elak Rea dengan memasang gestur tidak suka.

“Tunggu, Re! Aku hanya ingin bicara lima menit saja!” pinta Anna dengan nada memohon.

Bahkan kecepatannya mengalahkan Rea, kini wanita bertubuh sintal itu berdiri tepat di hadapan Rea dan menghadang langkah dari tungkai panjang itu.

“Aku benar-benar tidak punya waktu! Kumohon menjauhlah!” Rea bermuka masam.

Tapi Anna tidak menyerah ia semakin menjadi-jadi.

“Rea kumohon dengarkan aku sebentar saja!” rengek Anna saat Rea kembali mendahului dirinya.

“Re, beri aku waktu lima menit maka akan kuceritakan sebuah rahasia besar yang perlu kamu ketahui!” berbagai macam cara Anna lakukan untuk membuat Rea merasa tertarik mendengarkan kata-katanya.

“Rahasia?” tanya Rea sambil menoleh, tapi tidak membuat ia menghentikan langkah.

“Ya, sebuah rahasia yang seharusnya dari dulu kamu ketahui,” pungkas Anna terus mengimbangi.

Anna mengangguk sambil mengulas senyum saat dilihatnya Rea mulai tertarik pada bahasannya.

“Apa itu rahasia tentang bagaimana besarnya usahamu menggoda Devan?!” tanya Rea mencibir. Nada bicaranya terdengar mengejek.

Senyum di wajah Anna punah seketika mendengarkan. Langkahnya terhenti tidak lagi mengimbangi.

Anna yang tampil mengenakan blazer panjang berwarna teduh terus memperhatikan langkah Rea yang semakin menjauh.

Sementara itu Rea terus melenggang tanpa peduli sedikit pun pada Anna.

“Rea! Kamu berhutang budi padaku!” teriak Anna lantang.

Tap!

Kali ini berhasil, sontak membuat langkah Rea terhenti. Bayangan wajah ibunya seketika terlintas di ingatan tatkala mendengar kata-kata Anna tadi.

Derap langkah Anna yang mendekat begitu nyaring membelai telinga, Rea yang masih membelakangi terlihat sesekali menghela napas berat.

Perlahan tapi pasti Rea berbalik badan, ditatapnya lekat wajah Anna. Rasa benci pada sosok itu semakin menggunung.

“Katakan, hal apa kiranya yang kamu inginkan untuk bisa membalas semua kebaikanmu pada ibuku?!” tanya Anna dengan nada ditekan.

Raut cantik Rea seperti berapi-api, bahkan sesekali wanita berwajah oval itu tampak menelan salivanya. Menegaskan amarah tengah menyala membakar dadanya.

“Tidak banyak, aku hanya minta waktumu sebentar aku ingin bicara,” ucap Anna datar.

Lagi Rea menghela napas panjang mendengarkan, ia merasa muak pada wanita yang kini berdiri tepat di hadapannya.

“Kenapa wanita seperti dia tidak punya rasa malu sedikit pun? Rela melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya. Apa seperti ini juga cara dia meluluhkan hati Devan dulu?”

Rea bergumam sendiri dan mencibir. Betapa rendahnya sosok Anna di matanya.

“Baiklah kalau memang itu maumu, ingat setelah ini aku dan keluargaku tidak punya utang apa-apa lagi padamu!”

Padahal sebelumnya Rea selalu merasa berutang budi pada Anna, tapi setelah ini tidak lagi. Anna akan menjadi orang asing yang sesungguhnya bagi Rea di kemudian hari.

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

rahasia apa sih... si pelakor ini kok nggak nyerah banget

2024-10-16

0

Aurelia Alula

Aurelia Alula

sadis kali si rea

2024-07-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!