BAB 2

Haris pijit jidatnya terasa pusing dan kesal, bagaimana tidak kesal mendengar Sintia minta uang lagi padahal baru dua hari yang lalu Sintia minta uang untuk belanja dan sekarang minta lagi.

"Sayang kok sudah habis, memangnya sayangnya aku belanja apa sayang sampai uang sebanyak itu sudah habis?" tanya Haris tidak habis pikir, karena pacarnya terlalu boros dan sepertinya seenaknya minta uang ke dirinya.

"Banyak lah sayang, namanya juga perempuan hobi belanja sayang, bicara seperti itu seperti orang susah saja deh sayang masa mulai protes sih?" tanya Sintia berusaha tenang, karena takut emosi membuat Haris minta pisah.

"Iya sudah aku transfer sayang." lanjut Haris langsung kasih lihat handphone nya setelah melakukan transfer ke rekeningnya Sintia.

Haris merasa Sintia tidak sepenuhnya mencintai dirinya, Haris selalu ingat Sintia setiap chat ataupun telefon selalu bahas soal kebutuhannya yang selalu butuh uang yang harus Haris berikan.

Sintia senyum puas setelah melihat layar ponsel milik Haris, bagaimana tidak jumlah yang diinginkannya selalu diberikan sama Haris membuat Sintia senang minta uang belanja ke Haris dengan jumlah yang tidak sedikit.

**

Karla cemberut mendengar kedua orang tuanya tidak setuju jika Karla, menjaga toko kue impiannya karena kedua orang tuanya Karla ingin kan anaknya meneruskan bisnisnya dari pada menjadi karyawan ditempat orang lain.

"Lebih baik usaha sendiri Nak, kerja ditempat orang lain tetep saja kamu bukan seorang bos yang bisa dibanggakan Nak, sudah besok kamu urus tuh kebun buah milik Bapak membuat kamu bisa menjadi bos langsung lebih keren Nak!" protes Ikhsan Ayah nya Karla, yang selalu tidak setuju anaknya kerja ditempat orang lain.

"Turutin saja Nak apa kata Bapak mu, toh penghasilan dari perkebunan kita juga tidak sedikit dan tidak membuat kamu malu Nak, dari pada kerja ditempat orang lain gaji kecil tapi kebutuhan banyak Nak." ucap Rara Bunda nya Sintia, yang selalu setuju apapun yang diucapkan suaminya karena Rara pernah merasakan kerja ditempat orang lain dengan pengalaman masa mudanya, tentu saja tidak pernah mau mengijinkan anak-anaknya kerja ditempat orang lain lebih baik buka usaha sendiri dengan hasil sendiri lebih memuaskan hasilnya.

"Baik lah Bapak dan Ibu, Karla masuk kedalam kamar dulu dan besok Karla kerja ditempat perkebunan kita saja kalo begitu." ucap Karla lemes, karena keinginannya sudah sirna karena mendapatkan penolakan dari kedua orang tuanya yang selalu tidak setuju Karla kerja dimana pun.

Karla menahan rasa sedih sambil jalan menuju kamarnya, karena perjuangannya untuk lamar pekerjaan kini sia-sia sudah karena tidak disetujui sama kedua orang tuanya.

Rara sejujurnya ikut sedih melihat Karla sedih, menerima keinginannya melanjutkan bisnisnya tapi Rara yakin Karla akan lebih sukses dan lebih maju jika melanjutkan bisnis keluarga dari pada kerja ditempat orang lain yang tentunya jumlah gaji yang tidak banyak membuat Karla akan sulit punya tabungan selama kerja karena kebutuhan sehari-hari banyak dan sangat mahal.

**

Dayat melihat Haris masuk kedalam ruang kerjanya, membuat Dayat bingung melihat Haris yang balik ke kantor setelah anterin Sintia pulang tadi.

"Wajah Lo kenapa ditekuk begitu bro, habis ketemu pacar bukannya happy ini seperti kesal sekali ada apa bro?" tanya Dayat penasaran, karena tidak seperti biasanya Haris tidak terlihat senang habis ketemu Sintia.

"Gua rasa Sintia tidak sepenuhnya mencintai gua bro, gua baru sadar selama ini Sintia setiap chat atau telefon selalu bahas soal belanja tidak pernah bahas hal yang lain sama gua!" protes Haris baru sadar, selama ini Sintia tidak pernah bahas hal lain selain uang dan uang.

"Telat Lo sadarnya bro, gua dari awal juga sudah yakin dia deketin Lo karena harta bukan karena beneran cinta, setelah Lo sadar begini apa Lo mau tinggalin perempuan matre itu?" tanya Dayat yang sudah menduga duluan, Sintia bukan lah tipe cewek yang bisa tulus mencintai laki-laki apa lagi yang kantongnya tebel.

"Gua buang dia saja lah bro, bisa bangkrut gua ikutin apa mau dia gila saja baru dua hari yang lalu minta uang masa sekarang minta lagi, memangnya dia fikir gua mesin ATM berjalan apa." lanjut Haris yakin tinggalin Sintia, dari pada terus menerus dimanfaatin sama Sintia yang tidak pernah bisa diajak ngobrol asik bareng selama ini.

Haris langsung keluarin handphone nya yang ada di saku jas nya, mulai mencari nomornya Sintia dan minta putus karena hubungannya sudah tidak bisa dilanjutkan lagi.

Dayat berharap Haris bisa mendapatkan pengganti Sintia, yang bisa menerima Haris apa adanya yang bukan mencintai Haris karena ada maksud tertentu karena sebagai seorang sahabat Dayat tidak terima sahabatnya dimanfaatin sama siapapun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!