Chapter 04

SAMBUNGAN DARI SEDEKAH TADI YAH .

Maka dua riwayat ini menjelaskan bahwasanya barangsiapa yang bersedekah dengan satu biji kurma atau sebanding dengan satu biji kurma dari makanan atau minuman atau uang atau semacamnya, maka hadits ini tidak khusus satu biji kurma. Akan tetapi yang dimaksud adalah barang siapa yang bersedekah dengan satu biji kurma atau yang sebanding dan seharga dengan satu biji kurma. Maka yang dimaksud di sini adalah barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang sedikit sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melipatgandakan untuk orang yang bersedekah tersebut dan Allah akan memelihara pahala bersedekah dengan satu biji kurma atau sebanding dengan satu biji kurma sampai sedekah tersebut seperti sebesar gunung pada hari kiamat. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memeliharanya, mengembangkannya untuk orang yang bersedekah dengan hal tersebut.

Maka di sini ada makna bahwasanya pahala sedekah itu dilipatgandakan dan bahwasanya orang yang bersedekah akan mendapatkan berkah dan akan bertambah besar pahalanya bagi orang yang mengeluarkan hartanya dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pada hari kiamat ia akan mendapatkan pahala tersebut berlipat ganda.

Jika satu biji kurma atau yang sebanding dengan satu biji kurma pada hari kiamat nanti seorang akan mendapatkannya seperti yang menginfakkan satu gunung, maka bagaimana dengan orang yang bersedekah dengan berbagai macam sedekah yang ia mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wa Ta’ala.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dari penghasilan yang baik.” Di sini ada syarat yang menunjukkan bahwasanya nafkah yang yang dihasilkan dari penghasilan yang tidak baik maka tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata setelahnya, Dan Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan menerimanya kecuali yang baik.”

Dan dengan syarat ini maka kita ketahui bahwasanya nafkah tersebut harus diberikan dari penghasilan yang baik. Yaitu harta tersebut dia dapatkan dari cara yang halal. Adapun jika ia mendapatkan harta tersebut dari berbuat curang atau riba atau dia curi atau selainnya dari jalan-jalan yang haram atau cara-cara yang haram, maka berarti harta tersebut tidak baik dan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Allah tidak menerima kecuali yang baik.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kananNya.” Ini menunjukkan penetapan tangan kanan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا قَدَرُوا اللَّـهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴿٦٧﴾

“Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang sebenarnya dan seluruh bumi berada di genggamanNya pada hari kiamat dan langit-langit di tangan kananNya, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar[39]: 67)

Dan kaidah menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwasanya nash-nash yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala harus diimani sebagaimana nash tersebut tertera dan seorang harus menjauhi dari cara-cara dan jalan jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang mentakwil atau orang-orang yang menyelewengkan nash-nash tersebut yang mereka berusaha untuk memutar balik dalil-dalil sifat dan memalingkan dari dzahirnya bahkan menjauhkan dari makna yang seharusnya. Mereka menganggap bahwasannya dengan hal tersebut mereka mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mengucapkan hal ini, beliaulah yang kita harus contoh dalam mensucikan Allah ‘Azza wa Jalla. Dan cukuplah bagi seorang muslim mendengarkan hadits-hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan mengimani sebagaimana hadits-hadits tersebut tertera dan tidak menyibukkan diri memalingkan hadits itu kepada makna-makna yang jauh yang mereka dengan hal tersebut ingin mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka kita mengatakan sebagaimana apa yang diucapkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kecuali Allah akan mengambil dengan tangan kananNya.” Dan ini menunjukkan tingginya kedudukan sedekah. Dan juga wajib dalam hal ini kita mensucikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari tamtsil (menyamakan Allah dengan makhlukNya) karena Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada yang sama dengan Allah dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura'[42]: 11)

Juga firman Allah:

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

“Tidak ada seorangpun yang sama atau setara denganNya.” (QS. Al-Ikhlas[112]: 4)

Mencontoh Wara' Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Juga firman Allah:

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

“Apakah engkau mengetahui ada yang sama dengan Allah?” (QS. Maryam[19]: 65)

Dan tidak boleh terbetik di pikiran seseorang bahwasanya sifat Allah seperti sifat makhlukNya. Karena sifat-sifat Allah yang disandarkan kepada Allah sesuai dengan kemuliaan dan keagunganNya. Dan kaidah yang disebutkan para ulama dalam bab ini yaitu ketika diidhafahkan sesuatu kepada hal yang lain maka itu menunjukkan takhsis (pengkhususan). Maka apa yang disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari sifat-sifat,  maka itu khusus bagi Allah dan sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun yang disandarkan kepada para makhluk dari sifat-sifat, maka sesuai dengan kelemahan dan kekurangan mereka. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala disucikan dari yang sama dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu tidak ada yang setara dan sebanding dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firmanNya:

فَلَا تَضْرِبُوا لِلَّـهِ الْأَمْثَالَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٧٤﴾

“Janganlah kalian mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, sesungguhnya Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl[16]: 74)

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memeliharanya sebagaimana salah seorang diantara kalian memelihara anak kudanya atau anak untanya sampai seperti menjadi sebesar gunung atau lebih besar lagi.” Tentunya anak-anak kuda ini  punya kedudukan yang tinggi bagi pemiliknya. Karena anak-anak kuda tersebut disiapkan untuk hal-hal yang besar, untuk melawan musuh dan untuk berperang. Maka mereka memperhatikan anak-anak kuda tersebut lebih dari perhatiannya kepada binatang ternak yang lain. Karena ada perhatian khusus, ada pemeliharaan khusus untuk anak-anak kuda. Maka di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengkhususkan anak kuda ini atau bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memelihara pahala tersebut seperti seorang memelihara anak kudanya. Adapun anak-anak unta, ini juga tentu sangat disukai oleh para pemilik unta tersebut.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Sampai sedekah kurma tersebut menjadi seperti sebesar gunung atau lebih besar lagi.” Ketika seorang bersedekah dengan satu biji kurma atau yang seharga dan sebanding dengannya, maka pahalanya akan seperti gunung. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memeliharanya sampai pada hari kiamat pahala tersebut seperti sebesar gunung. Maka hadits yang agung ini, hadits yang penuh berkah ini menunjukkan keutamaan bersedekah. Bahkan seandainya sedekah tersebut hanya sesuatu yang sedikit. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

jangan lupa likeeee komeeeennnn voteee yang banyak ya

made by :Metri Pramisti

Terpopuler

Comments

Noer Anisa Noerma

Noer Anisa Noerma

Alhamdulillah dapet ilmu arti sedekah

2022-03-03

0

Olan

Olan

aku udah mampir dan like kesini nih😊 semangat nulisnya ya thor mari saling dukung.mampir keceritaku jga ya😊

2021-03-09

1

Nuraini Hasanah

Nuraini Hasanah

Terlalu panjang..ini novel loh...

2021-02-23

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 81 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!