Di rumah, Rusni dan kedua putrinya tertawa riang gembira, setelah sekian lama di olok dan di cap sebagai pengungsi rumah besar ini oleh para tetangga julit, akhirnya mereka bisa juga mengambil alih rumah ini bahkan bersama isi di dalam nya.
Tak ada lagi benalu seperti Alana dan ayahnya yang penyakitan itu, semua sudah mereka singkirkan.
"Akhirnya aku bisa mendekati kak angga tanpa ada pengganggu lagi, " kata mita tersenyum senang.
"Di rumah ini sekarang kita penguasa sepenuhnya, " timpal lita dengan kekehan.
"Bener.Gak akan ada lagi si lusuh dan pick me Alana itu. "
Mita menyandarkan bahu ke sofa, sambil otaknya memikirkan cara apa yang efektif untuk mendekati angga, seniornya di kampus sekaligus tetangga komplek rumahnya.
Pikiran nya jadi melanglang buana, mengingat saat pertama kali ia jatuh cinta pada angga Rahyadi, anak tunggal keluarga kaya raya Rahyadi utama itu memang sangat tampan dan ramah hingga tak ayal dia sangat populer di kampusnya.
Namun Mita juga tahu, angga justru menaruh hati pada Alana, si gadis cupu yang bahkan tak pantas untuk berada di sampingnya.
Mita bisa mengetahui itu semua mulai dari tatapan dan perhatian yang di berikan angga, di kampus Mita selalu mengawasi kedekatan angga dan Alana yang mana cafe tempat Alana bekerja itu dekat dengan kampus mereka, angga selalu berkunjung ke cafe itu bahkan di waktu libur, angga selalu menemani Alana bahkan di saat cafe itu sepi pengunjung.
Mita merasa sangat cemburu,sakit hati dan iri dengki menjadi satu. Baginya laki-laki seperfect angga sama sekali tidak cocok untuk gadis seperti Alana. sama sekali tidak.
Tok! tok!
Suara pintu yang di ketuk berhasil membuyarkan lamunan mita seketika.
"Siapa yang malam- malam bertamu? "
"Apa mungkin si Alana masih ada di sini?"
Ibunya dan Lita saling bertanya, kebingungan. kemudian mita pun bangkit.
"Biar aku periksa, " katanya, sejurus kemudian ia pergi untuk memeriksa.
Saat pintu di buka, alangkah terkejutnya mita mendapati ternyata angga yang ada di hadapannya saat ini.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Baru saja memikirkannya, ternyata pria itu kini sudah ada di depan mata. Mita semakin yakin jika Angga adalah pria yang memang di takdirkan untuknya.
"Kak angga kenapa malam- malam kesini? " tanya Mita dengan suara lembut yang mendayu-dayu, sangat berbeda dengan suaranya saat berteriak dan memaki Alana beberapa jam lalu.
"Ekhem, maaf jika mengganggu. Apa Alana nya ada? aku baru mendapatkan kabar jika ayahnya meninggal, dia pasti sangat sedih."
Mata berbinar Mita seketika redup berubah datar.
"Alana lagi, Alana lagi, kenapa semua orang begitu peduli padanya?"
Batin Mita kesal.
"Tidak ada. Alana sudah tidak ada di sini."
"Kenapa? bukankah kalian sepupu?" dahi angga berkerut bingung, melihat Mita yang nampak malas menatapnya ia kemudian berdeham lagi.
"Aku tahu memang aku datang di waktu yang tidak tepat, tapi aku sangat ingin melihatnya. "
"Sudah kubilang Alana sudah tidak tinggal lagi di sini, dia sudah pergi!"
Mata angga menyipit curiga, ada yang tak beres sepertinya. Sejak dulu ia memang sudah mengetahui perangai buruk keluarga Mita terhadap Alana, karena Alana selalu menceritakan kelakuan mereka padanya.
Angga kemudian menerobos masuk, ia tak bodoh itu sebabnya ia tidak tinggal diam saja.
"Kak angga! apa yang kakak lakukan?! "
Tindakan tiba-tiba angga sontak membuat Mita terkejut sekaligus bingung.
"Di mana Alana? pasti kalian melakukan sesuatu yang buruk padanya! "
Kedatangan angga tiba-tiba ke dalam sontak membuat rusni dan lita berdiri dari duduk mereka.
"Mita siapa dia? kenapa tiba-tiba lancang masuk ke dalam."
"Dia kak angga bu, cowok yang selalu aku ceritakan, " jawab Mita pada ibunya.
"Kau kesini mencari Alana? " tanya lita.
"Ya, di mana Alana?"
"Sudah telat, baru saja kami mengusirnya, benalu kaya dia cuma nambah beban di sini, " jawab lita dengan entengnya sementara itu Mita melototkan mata pada adiknya itu.
"Apa?! " mendengarnya angga sontak kaget setengah tak percaya.
"Kalian benar-benar tak punya hati nurani! "
"Harusnya aku yang protes ke kakak. Ka angga tidak punya sopan santun dan main nyelonong aja masuk ke rumahku. "
"Rumah mu katamu? apa maksud mu rumah Alana yang di rebut paksa dengan cara curang oleh keluarga mu! "
"Jaga ucapan mu anak muda! " rusni mulai terpancing emosi, meski dia adalah laki-laki yang di sukai putrinya, tapi Kata-kata yang keluar dari lelaki ini sungguh menyinggung nya.
"Kak angga pergi dari sini, aku gak ingin liat kakak di sini! "
Mengingat sekelebat bayangan kebersamaan angga dengan Alana membuat Mita cemburu dan marah kepada lelaki itu.
Sementara angga tak mengindahkan sama sekali omongan Mita, matanya menatap nyalak penuh kemarahan.
"Jika terjadi sesuatu pada Alana, aku tak akan segan untuk melaporkan kalian semua ke polisi. "
Angga kemudian lekas pergi dari sana. Tujuannya hanya satu yakni mencari keberadaan Alana.
\*\*\*
Alana berjalan terseok-seok di tengah gelapnya malam di sepanjang jalanan yang sepi, awan mendung nampak menggelayut di atas langit, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Alana tak punya tujuan, ke mana ia akan pergi?
"Tuhan jika keajaiban mu sungguh ada, tolong tunjukkan lah padaku. "
Lisannya terus menggumamkan Kata-kata itu, sembari sebelah tangannya memeluk bingkai foto keluarga nya dan sebelahnya lagi menahan kepalanya yang terasa berdenyut.
Tak lama hujan pun turun dengan lebatnya, seketika mengguyur tubuh ringkih Alana, gadis itu dengan cepat mencari tempat untuk berteduh.
Sekonyong-konyong ia melangkah, Alana melihat sebuah cahaya lampu dari kejauhan. Saat ia melihat dengan benar, itu cahaya sebuah mobil.
Alana tersenyum, kakinya berhenti melangkah tepat di depan mobil yang terus melaju.
Seolah memang sengaja untuk menabrakkan dirinya sendiri.
Mungkin inilah jawaban yang di berikan Tuhan.
"Mungkin lebih baik jika aku ma*ti, aku bisa bertemu dengan kedua orang tuaku di sana. "
"Terimakasih Tuhan, berkat mu akan tak akan merasakan sakit lagi, aku akan terbebas dari penderitaan ini. "
Alana menutup mata, bibirnya tertarik membentuk senyum dengan air mata yang mengalir kemudian menyatu dengan derasnya hujan.
Sementara yang berada di dalam mobil, dua orang berpakaian hitam di depan, sedangkan satunya lagi berada di kursi penumpang.
"Siapa di depan sana? "
"Sepertinya seorang gadis. "
Dua pria di kursi kemudi bertanya- tanya.
"Ada apa? "
Suara bariton terdengar berat dari belakang mereka.
"Tuan sepertinya ada seorang wanita di depan sana, dia sama sekali tak menepi padahal supir sudah menekan klakson. "
Pria itu mengangkat wajah, terlihat lah dengan jelas wajah tampan dengan tampilan dingin tak tersentuh.
Alexander jaiden nama pria itu.
"Apakah ini taktik baru dari mereka? "
"Sepertinya tuan, " jawab pria di samping supir, yang merupakan sang asisten setia pria dingin itu.
"Beberapa minggu lalu pun sudah ada dua kejadian serupa, apakah kali ini tuan ingin menyelesaikannya dengan cepat? "
"Aku tak ingin membuang waktu berharga ku, jadi kau urus. "
"Baik tuan. "
"Bagaimana pak Hans? "
"Sesuai perintah tuan, tabrak saja pak. "
"Yang benar pak Hans? bagaimana jika dia meninggal? "
"Memang itu tujuannya, agar tidak menganggu perjalanan tuan."
"Tapi--"
Pria bernama Hans- asisten Alexander itu menoleh dengan ratapan tajam.
"Turuti perintah tuan. "
"B- baik Pak. "
Sang supir yang tak punya pilihan lain pun langsung menancap gas.
Deg!
Tiba-tiba dada Alex berdetak dua kali lebih hebat.
"Berhenti."
Alex segera memberi perintah untuk menghentikan mobil.
Sementara tinggal sejengkal lagi mobil akan menabrak gadis di depan sana.
Mobil pun berhenti mendadak.
"Tuan Alexander, tuan kenapa? " Hans segera melihat kondisi sang tuan.
Alex merasa denyutan keras menyerang dadanya.
"Gadis itu bagaimana dengan gadis itu?"
"Apa maksud tuan? "
"Gadis itu benar-benar menghambat waktu ku. "
"Saya akan membereskannya. " Hans hendak pergi keluar setelah mengantongi pi*stol di sakunya. Namun Alex segera menahan.
"Tidak. Biar aku saja. "
"Tapi tuan--"
Tak mengindahkan ucapan asisten setianya itu, Alex mengambil payung lalu keluar dari mobil.
Yang pria itu lihat, adalah seorang gadis dengan pakaian lusuh, memeluk sebuah bingkai kayu di tangannya.
Yang lebih aneh gadis itu menutup matanya sambil tersenyum, seolah memang sudah siap untuk mati.
Memang gi*la, inikah trik mu*rahan baru para wanita yang tidak tahu malu ingin menarik perhatian nya.
Seperti yang sudah- sudah, Alex tak ingin di repotkan dengan masalah konyol seperti ini.
Jika gadis itu memang ingin ma*ti dengan sengaja berdiri di tengah jalan. Maka dia akan mengabulkannya dengan cara lain.
Membu*nuh orang bukan hal yang sulit untuknya.
Alex mengambil pi*stol yang tersembunyi di sakunya, lalu kemudian mendekati gadis itu.
Baru beberapa langkah mendekat, gadis itu sudah terjatuh pingsan.
Alex kaget untuk sesaat.
"Merepotkan."
Harusnya ia pergi meninggalkanya, ini tidak penting sama sekali.
Tapi kenapa langkahnya malah semakin mendekat ke gadis itu?
Alex berjongkok lalu membuang payung yang di pegangnya hingga kini tubuhnya pun mulai di guyur hujan.
"Wanita gi*la. " pikirnya. Kemudian Alex mengangkat tubuh gadis itu dalam gendongan.
****
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yuli
gila tp d gendong
2025-02-19
0