Dan Cinta Itu, Kamu

Dan Cinta Itu, Kamu

Awal Jumpa

2012. Hidup di kota besar memang tidak mudah. Untuk mengejar cita, tentu diperlukan kerja keras. Dengan sedikit gontai, pemuda itu melangkah mendekati motor milik perusahaan tempat dimana dia bekerja. Menyimpan sekotak makanan ke dalam box, agar tetap aman sampai ke tangan si pemesan. Ya, dia bekerja paruh waktu sebagai pengantar makanan. Siang itu, dia diminta mengantar pesanan yang sedikit jauh jaraknya dari tempatnya bekerja. Sebenarnya, dia sudah merasa tidak enak badan dan ingin segera pulang. Tapi berhubung ada salah satu kurir yang tidak masuk, jadi dengan terpaksa dia menerima perintah dari sang manager untuk mengantarkan pesanan.

Hampir 20 menit perjalanan. Dia tiba di depan rumah kontrakan berlantai 5. Segera dia mengambil kotak makanan, dan kembali memastikan alamat si penerima.

"Beruntung dia ada di lantai 2. Bagaimana kalau di lantai 5? Aku benar-benar sudah tidak kuat. Sakit sekali rasanya." Dia atur nafas. Berusaha kembali menahan rasa sakitnya.

Kaki nya mulai menaiki anak tangga. Ya, di kontrakan tersebut tidak ada lift. Meski sesekali berhenti, dia terus membawa langkahnya menuju lantai 2. Ketika tiba di lantai 2, tiba-tiba kakinya lemas, dia terduduk. Nafasnya memburu. Keringat mulai memenuhi dahi nya.

"Kau tidak apa-apa?"

Pemuda itu mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang yang baru saja bertanya padanya. Matanya seolah terkunci. Dia terdiam.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya gadis di hadapannya sekali lagi. Pemuda itu menggeleng pelan.

Kemudian gadis itu meraih kotak makanan pesanan di pangkuan sang pemuda.

"Jadi kau, kurir pengantar makanan?"

"Ya."

"Baiklah. Aku akan membantumu mengantarkan makanan ini ke penerimanya."

"Ayo, aku bantu kau berdiri." Gadis itu meraih lengan si pemuda. Yang di tolong masih terdiam menatap gadis berhijab di sampingnya.

"Kenapa?"

"Tidak." Pemuda itu segera berdiri. Dipapah oleh gadis tersebut mendekat ke salah satu bangku yang terletak didekat pintu salah satu rumah kontrakan.

"Kau duduk dulu, biar aku antar ke sana." Ucap si gadis menunjuk arah pintu rumah yang dituju.

"Baik. Terimakasih sudah mau membantuku. Maaf sudah merepotkanmu,nuna." Si pemuda bangun dari duduknya, membungkukkan badan.

"Tidak perlu seperti itu. Cepat kembali duduk."

Pemuda itu menurut, kembali duduk. Si gadis segera membawa langkahnya ke rumah no 4.

Dilihatnya gadis itu tengah berbincang dengan penerima pesanan. Pemuda itu sesekali tersenyum, mengangguk pada mereka berdua saat bertemu tatap.

"Ahjuma bilang, terimakasih dan juga maaf. Karena sudah membuatmu kerepotan mengantarkan pesanannya." Ucap gadis berjilbab blue ice, saat kembali menemui pemuda tersebut.

Dia hanya mengangguk. "Sekali lagi, terimakasih nuna."

"Sama-sama." Gadis itu tersenyum sangat manis.

"Aku, Yoongi. Min Yoongi." Yoongi mengulurkan tangannya.

"Khumaira. Kau bisa memanggilku, Aira." Khumaira menyambut tangan Yoongi, kembali tersenyum.

Senyumannya membuat Yoongi lupa akan rasa sakit yang sedari tadi ditahan olehnya. Mungkinkah dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Terdengar klise. Tapi memang itu pada kenyataannya. Bukan karena paras Khumaira, tapi karena kebaikan dan ketulusannya. Meskipun paras Khumaira sebenarnya juga cantik. Cantik khas wanita Indonesia. Kulit sawo matang, hidung mancung, bola mata coklat, pipi chubby.

"Bagian mana yang sakit?" Ucap Khumaira, ketika kembali melihat Yoongi merintih menahan sakit.

"Pundak."

"Mau aku antar ke rumah sakit?" Tawar Khumaira seraya duduk di samping Yoongi.

"Tidak usah. Mungkin, minum obat juga sudah membaik."

Khumaira bangkit, segera membuka kunci pintu rumah kontrakannya. Ya, dia tinggal di rumah no 3. Rumah kontrakan yang di samping pintu ada bangku yang di duduki Yoongi.

"Ayo masuk. Aku punya obat penahan sakit."

"......"

"Kenapa diam?"

"Apa harus aku papah lagi?" Sambung Khumaira.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Yoongi bangun dari duduknya. Mengikuti langkah Khumaira.

Rumah kontrakan sederhana. Hanya ada satu kamar, kamar mandi, serta dapur dan ruang tamu yang menyatu. Khumaira baru merantau ke Korea selatan sekitar empat bulan yang lalu. Dia bekerja sebagai programmer di salah satu perusahaan di Seoul. Dia mendapatkan pekerjaan itu dari seniornya sewaktu kuliah. Karena kebetulan seniornya juga bekerja di perusahaan yang sama. Awalnya dia ragu menerima tawaran pekerjaan tersebut, karena tidak mau jauh dari keluarganya. Tapi setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua serta kedua adiknya, akhirnya Khumaira memberanikan diri berangkat ke negri ginseng. Dia sangat bersyukur karena seniornya telah banyak membantunya selama di Seoul. Bahkan, uang sewa awal rumah kontrakan juga seniornya yang membayarkannya. Meskipun pada akhirnya, Khumaira tetap keukeuh akan menggantinya.

"Kau sudah makan?"

"Belum."

"Kebetulan aku masak makanan khas Indonesia. Ada sayur asem, ayam goreng, sambal terasi, cumi asin cabe ijo. Oh, ada tempe goreng sama lalapan juga. Mau makan sama apa? Biar aku siapkan." Khumaira menatap Yoongi antusias. Yang ditatap masih fokus melihat menu makanan yang Khumaira sebutkan.

"Maaf. Kalau kau mau masakan Korea, nanti aku pesankan. Kebetulan di dekat sini...."

"Ah, tidak perlu. Bukan aku tidak suka. Hanya saja, aku baru pertama kali melihat menu ini, kecuali ayam goreng." Yoongi terkekeh kecil.

"Hehe... Maaf. Kau mau coba makan apa?"

"Apa boleh, kalau semua aku coba?"

"Tentu. Akan aku siapkan." Khumaira tersenyum

"Bisa tidak, jangan tersenyum seperti itu. Benar-benar membuatku malu." Yoongi membatin. Dia benar-benar salah tingkah.

"Biar aku bantu." Yoongi segera mengambil dua gelas air putih. Khumaira hanya kembali tersenyum menatap Yoongi.

"Ya Tuhan, kalau seperti ini aku bisa mati di tempat. Kenapa kamu selalu tersenyum seperti itu Aira-ya?" Cecar Yoongi dalam hati.

Pukul 13.30. keduanya nya diam menikmati makan siang mereka yang terlambat. Sesekali Yoongi melirik ke arah Khumaira yang dengan santai nya makan pakai tangan kosong. Terlihat dia sangat menikmatinya. Makan ayam goreng, tempe goreng, bahkan lalapan lalu di cocol pakai sambal terasi. Yang awalnya makan pakai sendok, akhirnya Yoongi pun mengikuti cara makan Khumaira.

"Nikmat mana, makan pakai sendok atau pake tangan kosong?"

"Sepertinya tangan kosong. Tapi aku belum terbiasa."

"Tidak apa-apa. Lalu, bagaimana dengan makannya?"

"Enak. Ini pengalaman pertamaku makan makanan khas Indonesia." Yoongi memperlihatkan gummy smile nya.

"Lucu sekali." Gumam Khumaira

"Apa?"

"Tidak." Khumaira terkekeh

"Baiklah. Setelah ini, kamu harus minum obat."

Yoongi mengangguk. Setelah meminum obat, dia kembali menghampiri Khumaira yang sedang sibuk mencuci piring. Tanpa ragu, dia menceritakan kecelakaan yang di alaminya beberapa bulan lalu saat dia mengantar makanan. Dan itu yang menyebabkan bahu nya cidera. Sebenarnya dia harus menjalani operasi. Tapi karena terkendala biaya serta alasan dia yang sedang ikut traine idol, dia tidak mau melakukan operasi pada bahu nya.

"Traine idol? Apa itu?" Tanya Khumaira polos.

"Kau tidak tau?"

Khumaira menggeleng cepat.

"Semacam latihan untuk menjadi idol. Ya latihan menyanyi, menari. Seperti itu."

"Oh boyband?"

"Iya. Kalau tidak ada kendala, tahun depan kami akan debut."

"Semoga grup kalian sukses, jadi grup terkenal di dunia." Khumaira kembali menatap Yoongi.

"Amin."

"Kau bukan k-popers?"

"Bukan."

Yoongi menghela nafas pelan. Meskipun pernah kursus bahasa Korea, tapi Khumaira memang bukan seorang penggemar artis ataupun idol dari negri ginseng tersebut. Dia belajar bahasa Korea hanya karena memang ingin bekerja di sana. Khumaira itu seorang Bolly Mania. Aktor favoritnya saja Shahrukh Khan, Hrithik roshan sama Salman Khan. Setiap hari lagu yang di dengarnya hanya lagu-lagu Bollywood. Kalau ada waktu luang pun, dia selalu nonton film-film dari negri Hindustan.

"Di Grup mu ada berapa orang?"

"Tujuh denganku."

Khumaira manggut-manggut. "Lukanya masih sakit tidak?"

"Sudah tidak. Kenapa?"

"Tolong bantu aku masak, bisa?"

"Dengan senang hati nuna." Yoongi kembali menunjukkan gummy smile nya. Khumaira terkekeh. Dia serahkan beberapa potong ayam pada Yoongi untuk di cuci. Kemudian diberi bumbu, lalu di ungkep. Yoongi melakukannya atas instruksi dari Khumaira. Sedangkan gadis manis itu, sibuk memasak nasi, lalu menggoreng tempe. Meski sudah empat bulan di Korea, namun Khumaira masih belum bisa beradaptasi dengan makannya. Jadi, dia lebih sering masak sendiri makanan khas dari tanah kelahirannya.

"Kau memanggilku nuna. Memang, berapa usiamu Yoon?" Tanya Khumaira yg sibuk memasukkan ayam ke dalam minyak panas, lalu menutupnya dengan tutup panci. Takut kecipratan minyak panas.

"Sembilan belas tahun untuk usia korea. Kalau nuna?"

"Hehe pantas saja. Aku, dua puluh tiga tahun."

"Hm,,, Kalau aku memanggilmu dengan nama saja. Apa tidak masalah?" Yoongi menatap Khumaira dengan sedikit gugup. Dia takut sang gadis tersinggung.

"Asal jangan ahjuma saja." Keduanya tertawa.

"Aira-ya."

"Ya."

"Kau masak banyak sekali. Memangnya untuk siapa?"

"Untuk kalian bertujuh." Khumaira tengah memasukkan nasi kedalam kotak bekal.

"Astaga Aira-ya. Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku, ah kami, benar-benar tidak enak hati."

Khumaira melirik Yoongi sekilas. Kembali fokus memasukkan ayam goreng kedalam kotak bekal.

"Aku tidak merasa direpotkan Yoongi-ya. Aku malah senang melakukannya." Tangannya masih cekatan menata, memasukkan tempe goreng, cumi asin cabe ijo, sambal terasi, lalapan serta sayur asem ke dalam masing-masing kotak bekal.

"Tapi....."

"Tidak ada kata tapi, Yoongi-ya." Bantah Khumaira. Meletakkan Tote bag besar berisi beberapa kotak bekal berisi masakan khas Indonesia.

"Bisa galak juga ternyata." Batin Yoongi. Dia tersenyum tipis, sampai-sampai tidak terlihat.

Pukul 15.00. karena dirasa sudah tidak sakit lagi luka di bahu nya, Yoongi izin pamit pulang.

"Mau langsung ke dorm, atau kembali ke tempat kerja?"

"Ke dorm. Tadi sebelum makan siang, aku sudah telpon bos ku dan izin pulang cepat."

Khumaira mengangguk. "Hati-hati di jalan. Salam sukses untuk yang lainnya."

"Baik. Pasti aku sampaikan. Dan terimakasih banyak atas semuanya." Yoongi membungkukkan badan.

Khumaira segera meraih kedua lengan Yoongi. "Tidak perlu seperti Yoongi-ya." Mata keduanya bersirobok. Detak jantung Yoongi tidak terkendali.

"Astaghfirullah." Khumaira segera mengalihkan pandangannya. Suasana ruangan hening seketika. Suara berat Yoongi memecahkan keheningan. Dia kembali berpamitan. Awalnya Khumaira ingin mengantarkan Yoongi sampai parkiran, karena dia masih khawatir dengan luka dibahu pemuda itu.Tapi Yoongi menolak dengan lembut.

Terpopuler

Comments

yourOcean

yourOcean

membatin? what's that mean:3
membatin itu berarti berbicara didalam hati, seharusnya bukan tanda petik " tapi '
dan tipikal membatin itu ga bisa didengar orang lain

2024-09-10

0

yourOcean

yourOcean

[Anda tidak perlu menaruh banyak tanda dan titik, karena itu bisa dibuat satu kalimat]

"Ahjuma bilang terima kasih dan juga maaf karena sudah membuatmu mengantarkan pesanannya," ucap....

2024-09-10

0

yourOcean

yourOcean

dialog tag gunakan koma, jika pernyataan baru gunakan titik.

"Kau duduk dulu, biar aku antar kesana," ucap si gadis."

or

"Kau duduk dulu, biar aku antar kesana." Gadis itu lantas berjalan disepanjang deretan pintu, menuju tempat yang dituju.

2024-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!