NovelToon NovelToon

Dan Cinta Itu, Kamu

Awal Jumpa

2012. Hidup di kota besar memang tidak mudah. Untuk mengejar cita, tentu diperlukan kerja keras. Dengan sedikit gontai, pemuda itu melangkah mendekati motor milik perusahaan tempat dimana dia bekerja. Menyimpan sekotak makanan ke dalam box, agar tetap aman sampai ke tangan si pemesan. Ya, dia bekerja paruh waktu sebagai pengantar makanan. Siang itu, dia diminta mengantar pesanan yang sedikit jauh jaraknya dari tempatnya bekerja. Sebenarnya, dia sudah merasa tidak enak badan dan ingin segera pulang. Tapi berhubung ada salah satu kurir yang tidak masuk, jadi dengan terpaksa dia menerima perintah dari sang manager untuk mengantarkan pesanan.

Hampir 20 menit perjalanan. Dia tiba di depan rumah kontrakan berlantai 5. Segera dia mengambil kotak makanan, dan kembali memastikan alamat si penerima.

"Beruntung dia ada di lantai 2. Bagaimana kalau di lantai 5? Aku benar-benar sudah tidak kuat. Sakit sekali rasanya." Dia atur nafas. Berusaha kembali menahan rasa sakitnya.

Kaki nya mulai menaiki anak tangga. Ya, di kontrakan tersebut tidak ada lift. Meski sesekali berhenti, dia terus membawa langkahnya menuju lantai 2. Ketika tiba di lantai 2, tiba-tiba kakinya lemas, dia terduduk. Nafasnya memburu. Keringat mulai memenuhi dahi nya.

"Kau tidak apa-apa?"

Pemuda itu mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang yang baru saja bertanya padanya. Matanya seolah terkunci. Dia terdiam.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya gadis di hadapannya sekali lagi. Pemuda itu menggeleng pelan.

Kemudian gadis itu meraih kotak makanan pesanan di pangkuan sang pemuda.

"Jadi kau, kurir pengantar makanan?"

"Ya."

"Baiklah. Aku akan membantumu mengantarkan makanan ini ke penerimanya."

"Ayo, aku bantu kau berdiri." Gadis itu meraih lengan si pemuda. Yang di tolong masih terdiam menatap gadis berhijab di sampingnya.

"Kenapa?"

"Tidak." Pemuda itu segera berdiri. Dipapah oleh gadis tersebut mendekat ke salah satu bangku yang terletak didekat pintu salah satu rumah kontrakan.

"Kau duduk dulu, biar aku antar ke sana." Ucap si gadis menunjuk arah pintu rumah yang dituju.

"Baik. Terimakasih sudah mau membantuku. Maaf sudah merepotkanmu,nuna." Si pemuda bangun dari duduknya, membungkukkan badan.

"Tidak perlu seperti itu. Cepat kembali duduk."

Pemuda itu menurut, kembali duduk. Si gadis segera membawa langkahnya ke rumah no 4.

Dilihatnya gadis itu tengah berbincang dengan penerima pesanan. Pemuda itu sesekali tersenyum, mengangguk pada mereka berdua saat bertemu tatap.

"Ahjuma bilang, terimakasih dan juga maaf. Karena sudah membuatmu kerepotan mengantarkan pesanannya." Ucap gadis berjilbab blue ice, saat kembali menemui pemuda tersebut.

Dia hanya mengangguk. "Sekali lagi, terimakasih nuna."

"Sama-sama." Gadis itu tersenyum sangat manis.

"Aku, Yoongi. Min Yoongi." Yoongi mengulurkan tangannya.

"Khumaira. Kau bisa memanggilku, Aira." Khumaira menyambut tangan Yoongi, kembali tersenyum.

Senyumannya membuat Yoongi lupa akan rasa sakit yang sedari tadi ditahan olehnya. Mungkinkah dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Terdengar klise. Tapi memang itu pada kenyataannya. Bukan karena paras Khumaira, tapi karena kebaikan dan ketulusannya. Meskipun paras Khumaira sebenarnya juga cantik. Cantik khas wanita Indonesia. Kulit sawo matang, hidung mancung, bola mata coklat, pipi chubby.

"Bagian mana yang sakit?" Ucap Khumaira, ketika kembali melihat Yoongi merintih menahan sakit.

"Pundak."

"Mau aku antar ke rumah sakit?" Tawar Khumaira seraya duduk di samping Yoongi.

"Tidak usah. Mungkin, minum obat juga sudah membaik."

Khumaira bangkit, segera membuka kunci pintu rumah kontrakannya. Ya, dia tinggal di rumah no 3. Rumah kontrakan yang di samping pintu ada bangku yang di duduki Yoongi.

"Ayo masuk. Aku punya obat penahan sakit."

"......"

"Kenapa diam?"

"Apa harus aku papah lagi?" Sambung Khumaira.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri." Yoongi bangun dari duduknya. Mengikuti langkah Khumaira.

Rumah kontrakan sederhana. Hanya ada satu kamar, kamar mandi, serta dapur dan ruang tamu yang menyatu. Khumaira baru merantau ke Korea selatan sekitar empat bulan yang lalu. Dia bekerja sebagai programmer di salah satu perusahaan di Seoul. Dia mendapatkan pekerjaan itu dari seniornya sewaktu kuliah. Karena kebetulan seniornya juga bekerja di perusahaan yang sama. Awalnya dia ragu menerima tawaran pekerjaan tersebut, karena tidak mau jauh dari keluarganya. Tapi setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua serta kedua adiknya, akhirnya Khumaira memberanikan diri berangkat ke negri ginseng. Dia sangat bersyukur karena seniornya telah banyak membantunya selama di Seoul. Bahkan, uang sewa awal rumah kontrakan juga seniornya yang membayarkannya. Meskipun pada akhirnya, Khumaira tetap keukeuh akan menggantinya.

"Kau sudah makan?"

"Belum."

"Kebetulan aku masak makanan khas Indonesia. Ada sayur asem, ayam goreng, sambal terasi, cumi asin cabe ijo. Oh, ada tempe goreng sama lalapan juga. Mau makan sama apa? Biar aku siapkan." Khumaira menatap Yoongi antusias. Yang ditatap masih fokus melihat menu makanan yang Khumaira sebutkan.

"Maaf. Kalau kau mau masakan Korea, nanti aku pesankan. Kebetulan di dekat sini...."

"Ah, tidak perlu. Bukan aku tidak suka. Hanya saja, aku baru pertama kali melihat menu ini, kecuali ayam goreng." Yoongi terkekeh kecil.

"Hehe... Maaf. Kau mau coba makan apa?"

"Apa boleh, kalau semua aku coba?"

"Tentu. Akan aku siapkan." Khumaira tersenyum

"Bisa tidak, jangan tersenyum seperti itu. Benar-benar membuatku malu." Yoongi membatin. Dia benar-benar salah tingkah.

"Biar aku bantu." Yoongi segera mengambil dua gelas air putih. Khumaira hanya kembali tersenyum menatap Yoongi.

"Ya Tuhan, kalau seperti ini aku bisa mati di tempat. Kenapa kamu selalu tersenyum seperti itu Aira-ya?" Cecar Yoongi dalam hati.

Pukul 13.30. keduanya nya diam menikmati makan siang mereka yang terlambat. Sesekali Yoongi melirik ke arah Khumaira yang dengan santai nya makan pakai tangan kosong. Terlihat dia sangat menikmatinya. Makan ayam goreng, tempe goreng, bahkan lalapan lalu di cocol pakai sambal terasi. Yang awalnya makan pakai sendok, akhirnya Yoongi pun mengikuti cara makan Khumaira.

"Nikmat mana, makan pakai sendok atau pake tangan kosong?"

"Sepertinya tangan kosong. Tapi aku belum terbiasa."

"Tidak apa-apa. Lalu, bagaimana dengan makannya?"

"Enak. Ini pengalaman pertamaku makan makanan khas Indonesia." Yoongi memperlihatkan gummy smile nya.

"Lucu sekali." Gumam Khumaira

"Apa?"

"Tidak." Khumaira terkekeh

"Baiklah. Setelah ini, kamu harus minum obat."

Yoongi mengangguk. Setelah meminum obat, dia kembali menghampiri Khumaira yang sedang sibuk mencuci piring. Tanpa ragu, dia menceritakan kecelakaan yang di alaminya beberapa bulan lalu saat dia mengantar makanan. Dan itu yang menyebabkan bahu nya cidera. Sebenarnya dia harus menjalani operasi. Tapi karena terkendala biaya serta alasan dia yang sedang ikut traine idol, dia tidak mau melakukan operasi pada bahu nya.

"Traine idol? Apa itu?" Tanya Khumaira polos.

"Kau tidak tau?"

Khumaira menggeleng cepat.

"Semacam latihan untuk menjadi idol. Ya latihan menyanyi, menari. Seperti itu."

"Oh boyband?"

"Iya. Kalau tidak ada kendala, tahun depan kami akan debut."

"Semoga grup kalian sukses, jadi grup terkenal di dunia." Khumaira kembali menatap Yoongi.

"Amin."

"Kau bukan k-popers?"

"Bukan."

Yoongi menghela nafas pelan. Meskipun pernah kursus bahasa Korea, tapi Khumaira memang bukan seorang penggemar artis ataupun idol dari negri ginseng tersebut. Dia belajar bahasa Korea hanya karena memang ingin bekerja di sana. Khumaira itu seorang Bolly Mania. Aktor favoritnya saja Shahrukh Khan, Hrithik roshan sama Salman Khan. Setiap hari lagu yang di dengarnya hanya lagu-lagu Bollywood. Kalau ada waktu luang pun, dia selalu nonton film-film dari negri Hindustan.

"Di Grup mu ada berapa orang?"

"Tujuh denganku."

Khumaira manggut-manggut. "Lukanya masih sakit tidak?"

"Sudah tidak. Kenapa?"

"Tolong bantu aku masak, bisa?"

"Dengan senang hati nuna." Yoongi kembali menunjukkan gummy smile nya. Khumaira terkekeh. Dia serahkan beberapa potong ayam pada Yoongi untuk di cuci. Kemudian diberi bumbu, lalu di ungkep. Yoongi melakukannya atas instruksi dari Khumaira. Sedangkan gadis manis itu, sibuk memasak nasi, lalu menggoreng tempe. Meski sudah empat bulan di Korea, namun Khumaira masih belum bisa beradaptasi dengan makannya. Jadi, dia lebih sering masak sendiri makanan khas dari tanah kelahirannya.

"Kau memanggilku nuna. Memang, berapa usiamu Yoon?" Tanya Khumaira yg sibuk memasukkan ayam ke dalam minyak panas, lalu menutupnya dengan tutup panci. Takut kecipratan minyak panas.

"Sembilan belas tahun untuk usia korea. Kalau nuna?"

"Hehe pantas saja. Aku, dua puluh tiga tahun."

"Hm,,, Kalau aku memanggilmu dengan nama saja. Apa tidak masalah?" Yoongi menatap Khumaira dengan sedikit gugup. Dia takut sang gadis tersinggung.

"Asal jangan ahjuma saja." Keduanya tertawa.

"Aira-ya."

"Ya."

"Kau masak banyak sekali. Memangnya untuk siapa?"

"Untuk kalian bertujuh." Khumaira tengah memasukkan nasi kedalam kotak bekal.

"Astaga Aira-ya. Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Aku, ah kami, benar-benar tidak enak hati."

Khumaira melirik Yoongi sekilas. Kembali fokus memasukkan ayam goreng kedalam kotak bekal.

"Aku tidak merasa direpotkan Yoongi-ya. Aku malah senang melakukannya." Tangannya masih cekatan menata, memasukkan tempe goreng, cumi asin cabe ijo, sambal terasi, lalapan serta sayur asem ke dalam masing-masing kotak bekal.

"Tapi....."

"Tidak ada kata tapi, Yoongi-ya." Bantah Khumaira. Meletakkan Tote bag besar berisi beberapa kotak bekal berisi masakan khas Indonesia.

"Bisa galak juga ternyata." Batin Yoongi. Dia tersenyum tipis, sampai-sampai tidak terlihat.

Pukul 15.00. karena dirasa sudah tidak sakit lagi luka di bahu nya, Yoongi izin pamit pulang.

"Mau langsung ke dorm, atau kembali ke tempat kerja?"

"Ke dorm. Tadi sebelum makan siang, aku sudah telpon bos ku dan izin pulang cepat."

Khumaira mengangguk. "Hati-hati di jalan. Salam sukses untuk yang lainnya."

"Baik. Pasti aku sampaikan. Dan terimakasih banyak atas semuanya." Yoongi membungkukkan badan.

Khumaira segera meraih kedua lengan Yoongi. "Tidak perlu seperti Yoongi-ya." Mata keduanya bersirobok. Detak jantung Yoongi tidak terkendali.

"Astaghfirullah." Khumaira segera mengalihkan pandangannya. Suasana ruangan hening seketika. Suara berat Yoongi memecahkan keheningan. Dia kembali berpamitan. Awalnya Khumaira ingin mengantarkan Yoongi sampai parkiran, karena dia masih khawatir dengan luka dibahu pemuda itu.Tapi Yoongi menolak dengan lembut.

Gelisah

Jalanan masih belum terlalu dipadati kendaraan orang-orang pulang bekerja. Yoongi melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sepanjang jalan senyumnya tidak pernah lepas, dan sesekali bersenandung. Mungkin orang yang melihatnya akan mengira kalau dia seperti orang gila. Ya, dia memang sedang dibuat 'gila' oleh seorang gadis.

Pun sampai di dorm, senyumnya masih terlihat manis. Kelima temannya saling pandang heran. Tapi belum ada yang berani bertanya pada Yoongi.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" Protes Yoongi menatap satu persatu temannya.

"Harusnya kami yang bertanya, kenapa sejak pulang, Hyung senyum-senyum terus?" Balas Namjoon sinis.

Bukannya menjawab pertanyaan pria berlesung pipi itu, Yoongi kembali tersenyum.

"Yoongi Hyung sudah gila." Gumam Taehyung. Yoongi sebenarnya mendengar gumaman Taehyung, tapi dia enggan menanggapi.

"Hyung, makanan dari siapa ini?" Jungkook yang baru kembali dari toilet, ikut bergabung.

"Aira." Jawaban singkat Yoongi membuat semua saling pandang satu sama lain. Yoongi yang peka terhadap, pertanyaan yang ada di dalam pikiran teman-temannya, segera bercerita pertemuannya dengan Khumaira. Mereka khidmat mendengarkan cerita Yoongi.

"Jadi, kau jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya?" Tebak Jin, personil tertua dari grup mereka.

"Entahlah Hyung."

"Apa dia cantik, Hyung?" Celetuk Jimin.

"Cantik. Tapi lebih ke manis." Tatapan Yoongi menerawang, membayangkan senyuman Khumaira. Beberapa saat, hening.

"Hyung. Hyung." Hobi melambaikan tangan di depan wajah Yoongi.

"Apa?"

"Boleh kita makan sekarang?"

"Ya Hyung, kookie sudah lapar." Protes Jungkook mengelus-elus perutnya.

"Kalian makanlah dulu. Aku mau mandi." Yoongi bergegas ke kamar, mengambil handuk serta baju ganti. Sedangkan yang lain, sibuk dengan makanan yang di masak oleh Khumaira. Mereka tertegun melihat menu yang asing di atas meja makan. Yang mereka tahu hanya ayam goreng, cumi (karena memang cumi asin nya tidak di potong), serta sambal.

"Yoon. Ini makanan apa?" Jin mewakili.

"Makanan khas Indonesia. Ini sayur asem. Ini tempe goreng. Cumi asin cabe ijo. Sambal terasi, dan ini lalapan. Coba kalian siapkan makanannya begini." Yoongi mempraktekan menata piring berisi nasi, ayam goreng, tempe goreng, cumi serta sambal terasi.

"Kalian makan pakai tangan kosong seperti ini." Lanjut Yoongi sambil mempraktekkan makan.

"Kalau mau makan sayur nya, kalian bisa siapkan di mangkuk terpisah." Yoongi masih menjelaskan dengan mulut penuh makanan. Yang tadinya ingin mandi terlebih dulu, malah gagal. Akhirnya dia ikut makan. Apa yang Yoongi praktek kan, diikuti oleh semuanya.

"Tidak buruk. Ini enak. Tapi sayang, sambalnya pedas. Aku tidak suka pedas." Celetuk Taehyung.

"Sayurnya segar." Tambah Hobi.

"Ayamnya jg empuk." Lanjut Namjoon.

"Semuanya enak Hyung, kookie suka." Puji Jungkook.

Semua masakan Khumaira habis, tak bersisa. Yoongi hanya terkekeh melihat keenam temannya. Bahagia, karena mereka juga bisa merasakan masakan yang di makan olehnya.

...****************...

Selama masa traine, ke tujuh pemuda itu tinggal dalam satu dorm yang sangat sederhana. Tidur di satu kamar. Makan seadaanya. Mereka sungguh menjalaninya dengan senang. Mereka dari latar belakang yang berbeda. Dipertemukan dan dipersatukan dalam sebuah grup, BTS.

Awal mereka mulai menjadi trainee. Jungkook, anggota termuda bahkan masih berstatus seorang pelajar. Dia baru berusia 14 tahun. Dan ke enam temannya yang lebih tua, sudah dia anggap seperti kakak sendiri.

Yoongi yang tidak direstui kedua orangtuanya untuk terjun kedua musik, dia tetap nekat mewujudkan impiannya sebagai idol. Dan untuk menutupi kebutuhan hidup, dia bekerja paruh waktu sebagai pengantar makanan. Sampai akhirnya insiden yang tidak diinginkan terjadi. Dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan bahunya cidera. Dia tidak memberitahu perihal kejadian tersebut kepada keluarganya maupun kepada pihak agensi. Alasannya simple. Dia tidak mau keluarganya khawatir, dan tidak mau dikeluarkan oleh agensi.

...****************...

Malam kian larut. Semua member sudah terbuai dalam mimpi. Namun tidak dengan Yoongi. Meski mengantuk, tapi matanya susah untuk terpejam. Dia merutuki dirinya sendiri, karena tidak sempat meminta nomor telepon Khumaira. Miring kanan, miring kiri, tengkurap, telentang. Terus seperti itu. Bahkan dia menutup wajahnya dengan bantal. Yoongi gelisah. Jarum jam menunjukkan pukul 02.00. Yoongi memutuskan keluar dari kamar. Memilih sibuk dengan pena dan kertas. Membuat sebuah lagu.

"Apakah ini cinta?"

"Kenapa aku bisa secepat itu jatuh cinta padanya? Apa mungkin karena dia berbeda?"

"Ahh dia memang sangat berbeda. Aku menyukai cara dia berpakaian, kebaikannya, apalagi senyum manis dan mata coklatnya yang tajam." Senyum Yoongi tidak pernah pudar saat membayangkan Khumaira.

"Tuhan, bisakah aku memilikinya?" Yoongi menghela nafas, menutup mata. Punggungnya dia sandarkan pada tembok.

"Hyung, kau tidak tidur di kamar, eoh?" Suara Namjoon membuyarkan lamunan Yoongi. Dia membuka matanya.

"Aku tidak bisa tidur. Kau sendiri?"

"Aku mau ke toilet." Namjoon bergegas ke kamar mandi.

Sekembalinya dari toilet, Namjoon mendapati Yoongi yang masih asik dengan pena dan kertasnya.

"Jangan terlalu sering begadang, Hyung. Kau bisa melanjutkan menulis mu besok lagi."

"Tapi hari ini aku sedang banyak ide. Kalau tidak segera ditulis, takutnya keburu lupa."

"Apa kau tidak sayang dengan kesehatanmu, eoh?"

Yoongi menatap sinis Namjoon.

"Kenapa menatapku seperti itu, Hyung?"

"Lebih baik kau kembali tidur." Yoongi mendorong pelan tubuh Namjoon.

"Mengganggu saja." Sambung Yoongi bersungut-sungut.

"Kalau sudah selesai, segera tidur Hyung." Ucap Namjoon sebelum benar-benar masuk ke kamar.

"Iya, cerewet."

Terdengar helaan nafas Yoongi. Dia kembali sandarkan punggungnya pada tembok. Matanya menerawang langit-langit dorm. Tangannya sibuk memainkan pena.

"Aira, Aira, Aira. Kau benar-benar membuatku gila. Aku tidak bisa berhenti memikirkan mu. Ahh, rasanya ingin kembali bertemu denganmu, Aira."

"Tuhan, bolehkah aku egois? Aku menginginkannya." Senyum Yoongi seolah tidak mau terlepas dari bibirnya.

Yoongi merapihkan pena serta kertas coretannya. Dia memilih rebahan, kemudian berselancar di dunia Maya. Dia masuk ke akun sosia medianya. Mencari satu nama yang membuatnya gelisah.

Ketemu!

Yoongi menekan tombol follow.

Khumaira Mumtaz. Followers tidak lebih dari lima ratus orang. Tidak banyak foto yang dia upload. Namun banyak orang yang menyukai video Khumaira, yang sedang menyanyikan lagu-lagu Bollywood.

"Suaranya tidak jelek." Yoongi masih sibuk menonton semua video di akun Khumaira.

Waktu menunjukkan pukul 03.45. Yoongi yang sudah terlalu nyaman rebahan di ruang tamu/makan, dia lebih memilih menutup matanya ketimbang harus berjalan ke kamar. Ya, Yoongi tertidur di ruang tamu/makan.

Sudah menjadi rutinitas sehari-hari, Jin bangun lebih awal dari member lain. Dia terkejut saat melihat Yoongi tertidur, meringkuk. Namun dia tidak berani membangunkannya. Jin tahu, bahwa Yoongi sudah bekerja semalaman. Dia berlalu menuju dapur. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan semua member. Tidak lama, Hobi dan Jimin menyusul ke dapur, giliran mereka yang membantu Jin membuat sarapan.

Pertemuan Jungkook dan Khumaira

Hari ini Yoongi absen tidak masuk bekerja. Karena dia harus latihan bersama dengan keenam member grup lainnya. Latihan dari pagi sampai sore, memang sangat menguras tenaga, bahkan emosi. Selesai latihan, dua diantaranya terlibat perselisihan. Jimin merasa kesal terhadap Jungkook, karena member termuda itu berbicara kasar, dan tidak mau ditegur. Seusianya memang masih tinggi dengan egonya. Tidak mau disalahkan, meskipun sebenarnya dia bersalah. Jimin sudah tidak peduli. Dia keluar dari ruang latihan. Tidak lama kemudian, Jungkook juga keluar dari ruang latihan. Bukan untuk meminta maaf, dan menyusul Jimin. Tapi dia pergi, entah kemana langkah kaki membawanya.

Hari mulai gelap. Awan mendung menyelimuti. Tidak lama, tetesan air jatuh dari langit. Jungkook berteduh di salah satu kios makanan cepat saji. Dia menyesali sikapnya. Merutuki keegoisannya. Dia menangis.

Di dorm. Keenam member sangat khawatir dengan Jungkook. Tapi mereka juga tahu dimana Jungkook berada. Jimin mondar mandir mencari nomor telepon Jungkook.

"Kau dimana?" Suara Jimin terdengar khawatir.

"Aku tidak tahu, Hyung." Suara Jungkook bergetar, menahan tangis.

"Aku akan menjemputmu. Katakan sekarang posisimu dimana? Hmmm, maksudku kau sedang berteduh dimana? Toko? Kios? Atau apa?"

"Restoran cepat saji, Hyung. Biar aku pulang naik taksi saja, Hyung."

"Tapi...." Belum selesai Jimin bicara, sambungan telpon sudah terputus. Baterai handphone Jungkook habis.

Pemuda berparas cute itu masih terdiam menunggu hujan reda. Dia bingung harus naik taksi dimana. Seorang gadis berjilbab Lilac menghampirinya. Keduanya tangannya penuh membawa tas, da juga makanan cepat saji yang baru saja dipesannya.

"Kau kenapa?" Tanyanya lembut, dengan tatapan prihatin.

"Aku tersesat nuna." Jungkook menghapus airmata nya.

"Dimana kau tinggal?"

"Gangnam."

"Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang."

Jungkook mengangguk. Perutnya keroncongan, dan terdengar oleh sang gadis. Karena memang sejak tadi pergi dari tempat latihan, Jungkook belum makan apapun.

"Ikut aku." Gadis itu tersenyum manis. Jungkook mengekor dari belakang. Gadis berpenampilan formal itu masuk kembali kedalam restoran cepat saji.

"Mau makan disini, atau dibawa pulang?"

"Bawa pulang saja nuna."

"Tapi tadi perutmu sudah protes, lho."

Jungkook tersenyum malu, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Tapi, pasti keenam Hyung ku di dorm juga belum makan, nuna."

"Kau punya enam Hyung?" Gadis itu terkejut. Jungkook mengangguk cepat.

"Baiklah." Gadis itu kembali memesan enam nasi, enam ayam goreng, enam burger, dua kentang goreng.

15 menit kemudian. Pesanan siap.

"Untuk kalian." Gadis itu memberikan plastik berisi enam nasi, enam ayam goreng, serta enam burger. Sedangkan dua bungkus kentang goreng di plastik terpisah.

"Ya Tuhan, nuna. Terimakasih banyak. Jungkook membungkukkan badan. Gadis itu menepuk pelan lengan atas Jungkook. Setelah dari restoran cepat saji, gadis itu mengajak Jungkook ke mini market yang berada tepat disamping restoran cepat saji. Mengambil beberapa botol jus, dan air mineral.

"Kau mau cemilan atau minuman lainnya?"

"Hmm.. apa boleh aku mengambilnya nuna na?" Tatap Jungkook dengan wajah polosnya. Gadis itu terkekeh pelan.

"Tentu saja. Cepat."

Jungkook mengambil dua kotak susu pisang, dan beberapa Snack ringan. Kemudian menyusul gadis itu yang sudah menunggu di depan kasir. Selesai membayar, keduanya keluar dengan tangan penuh belanjaan. Beruntung, hujan mulai reda. Kemudian menunggu taksi di tepi jalan. Selang lima menit, taksi pun lewat. Mereka bergegas masuk, karena ternyata hujan kembali membesar. Meminta sang supir untuk mengantar keduanya ke daerah gangnam. Gadis itu mengibaskan air hujan pada jilbab serta blazer hitamnya.

"Siapa namamu?"

"Jungkook. nuna?"

"Khumaira. Panggil Aira saja."

"Ah ya, nuna."

"Hmm, nuna, kenapa kau mau menolongku?"

Khumaira menoleh. Tersenyum sangat manis menatap wajah cute Jungkook.

"Karena kau mengingatkanku pada adikku."

"Terimakasih nuna. Aku,,,," ucapan Jungkook terputus. Emosinya kembali meluap. Dia kembali menangis. Khumaira mengusap lembut pundak jungkook, agar dia tidak kembali menangis. Dia menyodorkan sebungkus kentang goreng untuk Jungkook, agar perutnya tidak kembali protes. Dia juga membuka bungkus kentang goreng yang lainnya. Karena dia juga sudah merasa sangat kelaparan.

...****************...

Dua puluh menit kemudian. Taksi sudah sampai di depan bangunan tua dan sederhana. Terlihat seorang pemuda berdiri di depan pintu, menunggu seseorang. Jungkook buru-buru membuka pintu taksi. Berhampur memeluk pemuda tadi. Entah apa yang mereka bicarakan, Khumaira tidak mendengarnya. Karena tidak terdengar oleh hujan. Jungkook berlari kecil kembali mendekati taksi. Meminta Khumaira menunggu sebentar, karena Hyung nya mau mengambilkan payung. Limat menit kemudian, seorang pemuda lain keluar membawa dua payung. Tubuhnya lebih tinggi dari Jungkook. Wajahnya sangat tampan. Dengan tersenyum ramah, dia mempersilahkan Khumaira untuk ikut dengannya. Plastik berisi makanan dibawa oleh Jin, sedangkan Khumaira, memeluk tas berisi laptopnya. Takut terkena hujan. Dan Jungkook, meskipun bajunya basah kuyup oleh hujan, dia tetap memakai payung karena membawa plastik berisi makanan dan juga minuman.

Sampai di dorm, Jungkook bergegas mandi. Sedang Jimin sudah terlihat berganti pakaian. Jin merapihkan barang bawaan di atas meja. Namjoon di susul Hobi keluar dari kamar. Berkenalan dengan Khumaira.

"Hyung, bangun. Jungkook sudah pulang, tapi dengan seorang gadis."

Yoongi langsung terbangun. Bergegas keluar kamar di ikuti Taehyung.

"Dimana anak Badung itu?" Meskipun suaranya terdengar kesal, namun wajah Yoongi memperlihatkan kekhawatiran.

"Mandi, Hyung." Sahut Jimin.

Ekor mata sipit Yoongi menangkap sosok gadis berhijab. Langkahnya segera mendekat.

"Aira-ya." Yoongi tidak percaya, gadis yang ditemuinya kemarin, sekarang ada di dorm mereka.

"Yoongi-ya, hai." Khumaira melambaikan tangan. Tersenyum memperhatikan deretan giginya.

"Kalian sudah saling kenal, Hyung?" Hobi bergantian menunjuk Yoongi dan Khumaira. Keduanya mengangguk kompak.

Yang dibicarakan akhirnya keluar dari kamar mandi. Matanya masih terlihat merah, karena menangis. Semua member saling berganti berpelukan dengannya. Rasa sedih, khawatir, bahagia, terpancar dari wajah semuanya. Khumaira yang menyaksikan, tersenyum getir. Matanya berkaca-kaca. Dia menengadah, agar airmata tidak terjatuh.

"Hyung, kalian belum makan bukan? Tadi nuna membelikan banyak makanan untuk kita." Jungkook mendekati, lalu membuka plastik-plastik yang berisi makanan dan minuman. Semua member menoleh ke arah Khumaira. Membungkukkan badan, berucap terimakasih.

"Kenapa kau begitu baik, nuna?" Taehyung hampir saja menangis.

"Bukankah, sesama manusia kita harus saling tolong menolong?"

"Nuna benar. Tapi, kami orang asing. Bagaimana bisa nuna menolong orang yang baru atau bahkan belum nuna kenal?" Kali ini Namjoon yang bersuara.

"Hati yang menggerakkan itu semua." Khumaira menatap satu persatu pria di dekatnya.

"Saat aku baru datang ke restoran cepat saji, aku melihat Jungkook sedang menangis. Awalnya aku bersikap acuh. Tapi saat aku keluar dari restoran, dia masih menangis. Hatiku tiba-tiba merasa sedih. Selain karena teringat akan adikku, aku melihat Jungkook, anak yang baik."

"Yoon, kamu kenal nuna dimana?"

"Kemaren. Dia yang membawakan makanan khas Indonesia itu, Hyung."

Lagi-lagi semua terkejut. Ternyata, Tuhan memang sudah mentakdirkan mereka bertemu. Pembicaraan terhenti. Semua menikmati makan malam dengan menu seadanya. Selesai makan, mereka kembali bercengkrama, sesekali diselingi canda tawa.

"Kau, tidak sholat Aira-ya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!