Arc 1 Chapter 2 : Instrumen Idiot

Saat aku menunggu madam Rhea membawakan makananku, aku melihat stoples kaca, selang, katup, roda gigi, dan barang-barang lainnya bertumpuk di samping meja bar.

“Apa ini?”

Aku melirik ke arah Luke dengan penuh rasa ingin tahu.

Luke yang menyeka gelas, dengan santai menjawab.

“Itu ditinggalkan oleh penyewa kamar penginapan Mr. Baram sebelumnya. Dia percaya pada God of Craftsmanship. Dia selalu berpikir dia memiliki bakat dalam bidang mekanik dan telah mengumpulkan banyak barang serupa.”

“... Dimana dia sekarang?”

Aku bertanya, ikut bermain meskipun tahu jawabannya tidak akan menyenangkan.

Luke berhenti selama beberapa detik sebelum menjawab.

“Dia pergi ke pabrik, dan kabarnya dia terganggu saat bekerja dan ditarik ke dalam mesin. Setengah dari tubuhnya hancur.”

Aku tidak bertanya lebih jauh dan berbalik untuk memeriksa bagian-bagian yang setengah dirakit sebelum berpikir keras.

Beberapa detik kemudian, aku meninggalkan kursi bar dan berjongkok di samping meja kasir, mengutak-atik tumpukan itu.

Luke melirikku tetapi tidak ikut campur. Dia hanya memberi tahuku ketika masakan madam Rhea telah siap.

Setelah menyibukkan diri beberapa saat, aku kembali ke kursi bar dan mencicipi menu yang lezat dengan sendok.

Aroma daging yang kaya, rasa keju, asinan kubis yang tajam, dan manisnya lobak berpadu menciptakan cita rasa yang tak terlupakan. Remah roti yang direndam dalam jus adalah permata utama dari hidangan ini.

Jika aku tidak pernah membelinya sebelumnya, aku pasti tidak akan percaya bahwa sup seharga 10.000 dial itu akan berisi beberapa potong daging. Itu benar-benar bisa mengisi perut bahkan untuk orang dewasa.

Setelah piring itu kosong, aku mengeluarkan saputangan dan menyeka mulutku. Kemudian, aku berjongkok kembali ke samping bagian yang setengah dirakit dan melanjutkan pekerjaanku sebelumnya.

Sepuluh menit kemudian, aku meletakkan mesin di meja bar.

Di atas mesin itu ada toples kaca, dan di bawahnya ada komponen rumit yang dihubungkan ke dua selang karet.

Aku kemudian meminta segelas air jernih dan menuangkan sisa absinthe, membuat cairan tak berwarna itu menjadi hijau pucat.

Terakhir, aku memasukkan salah satu selang karet ke dalam cangkir.

Luke yang rambutnya diikat ke belakang menjadi ekor kuda, memperhatikan dengan penuh perhatian dan bertanya.

“Apa ini?”

“Penemuanku.”

Aku menjawab sambil menggambar Lambang Suci berbentuk segitiga di dadaku.

“Aku juga percaya pada God of Craftsmanship. Tentu saja, dengan beberapa pencapaian mengesankan di bidang mekanik.”

Aku berbohong.

Kemudian, aku mengulurkan tangan kiriku yang bersarung tangan hitam dan menunjuk ke arah mesin.

“Ini adalah mesin yang inovatif. Efeknya akan melampaui impian terliarmu!”

“Ah~ kakak perempuan, apa yang bisa dilakukannya?”

Rin, yang aku curigai sedang berdoa kepada seorang pelacur, mendekati konter bar dengan membawa sebotol minuman dingin dan ekspresi penasaran.

Aku menjelaskan dengan serius sekaligus bersemangat.

“Ini disebut Instrumen Idiot. Instrumen ini dapat menguji kebodohan dan kecerdasan seseorang.”

“... Sungguh?”

Rin dan Luke tampak skeptis.

Aku dengan cepat merinci ideku.

“Mudah menggunakannya. Tiup ke dalam tabung hingga cairan di dalam cangkir naik ke dalam toples kaca dan membentuk gelembung. Dengan mengamati gelembung-gelembung ini, kita dapat menentukan indeks kebodohan atau kecerdasan yang sesuai.”

Penasaran, Rin berkata setelah mengamatiku.

“Menarik. Seperti yang diharapkan dari kakak perempuanku. Tapi … aku tidak tahu kalau kakak percaya pada God of Craftsmanship.”

Sambil mengatakan itu, dia perlahan mengambil selang karet yang terbuka dan meniupnya.

Cairan hijau muda di dalam cangkir mengalir melalui roda gigi, katup, dan komponen lainnya yang saling berhubungan, naik ke toples kaca di atasnya dan membentuk gelembung kecil.

“Apa yang dikatakan, kakak perempuan?”

Rin bertanya, sangat menantikan hasilnya, sementara orang-orang di dekatku menatap dengan penasaran.

Melihat mereka, aku membentuk senyuman licik.

“Adikku, prinsip-prinsip mesin ini cukup sederhana. Ketika kamu cukup percaya padaku untuk benar-benar menghasilkan gelembung dengan mesin ini, saat itulah kamu membuktikan bahwa kamu adalah idiot.”

Ekspresi Rin membeku, wajahnya segera terbakar oleh rasa malu.

Luke, yang telah memperhatikan dari sampingnya tertawa.

“Lelucon yang luar biasa!” serunya, benar-benar terkesan.

Aku menyeringai pada Rin, menunggu ledakan.

Setelah beberapa detik yang menegangkan, Rin menelan rasa malu dan amarahnya lalu menoleh ke pengunjung yang telah mendengarkan ceritanya.

“Hadirin sekalian, lihatlah apa yang aku temukan! Mesin inovatif! Mesin ini dapat menguji indeks kecerdasan kalian!”

*

Malam hari.

Duduk di mejaku, aku membuka sebuah kotak perunggu usang yang aku simpan di dalam laci.

Dari kotak itu, aku mengeluarkan sebuah arloji model kuno sebelum meletakkannya di mejaku.

Itu adalah salah satu barang peninggalan ibuku. Meski itu rusak, aku tidak pernah menyerah untuk memperbaiki arloji tersebut.

Aku sudah melakukan berbagai upaya dan bahkan mencari-cari setiap suku cadang untuk mengganti yang rusak, namun aku belum berhasil membenahinya.

“Huu…”

Aku menghela nafas sambil memandangi arloji yang telah ketinggalan jaman itu. Aku ingat ibu mengatakan bahwa dia sangat menyukai desainnya, tapi sampai sekarang, aku tidak tahu bagian mana yang bagus dari benda tersebut…

Klak—

Sebuah suara terdengar.

Aku menoleh ke arah suara, itu adalah Millie yang membuka pintu kamarku.

“Sudah waktunya makan malam, Seina.”

“Mm…”

“Ada apa? Kamu tampak tidak bersemangat.”

“Hm? Ah, tidak apa-apa. Hanya saja … Millie, apa menurutmu yang bagus dari benda ini?”

“Apakah itu arloji favorit Countess Alyssa?”

Aku mengangguk, membenarkan pertanyaan Millie.

Millie memandangi arloji itu, mata birunya yang dalam bersinar dengan rona keunguan. Itu adalah salah satu kemampuannya sebagai pemilik kekuatan khusus, Scan.

Setelah memindai arloji itu, Millie mengusap dagunya dan memilah kata-katanya.

“Mm… dari pemindaianku, tidak ada kekuatan magis pada arloji tersebut. Tapi karena Countess Alyssa sangat menyukainya, mungkin itu dikarenakan hal lainnya.”

“... Hal lainnya?”

“Kamu tahu? Beberapa orang sangat suka mengoleksi barang antik, bukan? Mungkin seperti itu. Bagaimanapun, arloji itu sudah berusia cukup lama, bahkan suku cadangnya hanya bisa di temukan dari arloji lainnya.”

Dengan itu, Millie terdiam sekali lagi.

“Juga, bukankah kamu mengatakan bahwa ada beberapa bagian yang tidak dapat dibuka dengan semua model kunci sekarang? Bukankah itu saja sudah cukup untuk menjelaskan berapa lama usia arloji tersebut?”

“... Ya, kurasa kamu benar. Oh, dan aku melihatnya tadi pagi, tapi aku lupa meminjamnya.”

“Apa itu?”

“Sebuah kunci dan beberapa peralatan. Itu tampaknya cocok dengan bagian ini. Itu ada di Elisa Pane. Aku akan menanyakannya pada madam Rhea besok.”

“Semoga beruntung. Kalau begitu, mari kita ke dapur sekarang. Makan makanannya akan dingin jika kita membuatnya menunggu terlalu lama.”

“Baiklah.”

*

Keesokan harinya.

Aku pergi ke Elisa Pane di sore hari.

Kedai itu ramai seperti biasanya. Tanpa terburu-buru, aku mengambil kursi kosong secara acak dan duduk di sana.

Luke melirikku sebentar dan bertanya.

“Seperti biasa?”

“... Tentu.”

Saat itu, madam Rhea yang keluar dari dapur untuk mengantarkan pesanan melihatku, wajahnya yang lelah langsung menjadi cerah.

“Ah~ Seina, apakah kamu akan makan di sini juga hari ini?”

“Ah, maaf, madam Rhea. Aku sudah makan.”

“Oh, benar. Aku lupa kalau Millie ada di rumah. Nikmati waktumu, Seina~”

“Terima kasih.”

Aku membungkuk sedikit, menyaksikan madam Rhea pergi.

Setelah dia menghilang ke dapur, aku mengalihkan pandanganku ke seorang gadis yang menjadi narator di tengah-tengah orang dewasa.

“Apakah dia sudah lama di sini?”

“Iya. Kedai ini ramai berkat instrumen idiotmu dan omong kosong Rin. Oh, bukankah dia kemarin mengatakan dia mulai bekerja siang ini? Tapi sepertinya dia tidak punya banyak hal untuk dilakukan.”

Aku melirik Luke, yang mengucapkan kalimat itu sambil menyiapkan pesananku.

“Tidak, Luke. Aku rasa kamu sudah lupa, ada banyak hal yang harus dilakukan oleh Rin.”

Luke menghentikan pekerjaannya, mengalihkan pandangannya padaku, dia bertanya.

“... Benarkah? Apa itu?”

Melihatnya tampak penasaran, aku menyeringai.

“Membual kepada orang-orang.”

“...”

Luke sedikit tercengang, baru kemudian ia sadar dan tertawa terbahak-bahak.

Terpopuler

Comments

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

Btw kalo bole tau ini berapa kata per bab nya kak?

2024-07-08

1

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

dan juga berdoa pada pelatjur terkenal.

2024-07-08

0

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

di sini.

2024-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 Arc 1 : Prolog
2 Arc 1 Chapter 1 : Malaikat Pelacur?
3 Arc 1 Chapter 2 : Instrumen Idiot
4 Arc 1 Chapter 3 : Orang Asing
5 Arc 1 Chapter 4 : Wanita Berpakaian Modis
6 Arc 1 Chapter 5 : Gadis Paling Nakal
7 Arc 1 Chapter 6 : Renungan
8 Arc 1 Chapter 7 : Mimpi
9 Arc 1 Chapter 8 : Legenda Penyihir
10 Arc 1 Chapter 9 : Penggembala
11 Arc 1 Chapter 10 : Terkejut
12 Arc 1 Chapter 11 : Kartu
13 Arc 1 Chapter 12 : Lucid Dream
14 Arc 1 Chapter 13 : Temukan Sendiri!
15 Arc 1 Chapter 14 : Dola
16 Arc 1 Chapter 15 : Dikejar
17 Arc 1 Chapter 16 : Hidden Veil
18 Arc 1 Chapter 17 : Awal Eksplorasi
19 Arc 1 Chapter 18 : Eksplorasi Pertama
20 Arc 1 Chapter 19 : Madam Veve
21 Arc 1 Chapter 20 : Skema Tersembunyi
22 Arc 1 Chapter 21 : Percobaan
23 Arc 1 Chapter 22 : Ketegangan Yang Berbeda
24 Arc 1 Chapter 23 : Mengorek Informasi
25 Arc 1 Chapter 24 : Sifat Khusus
26 Arc 1 Chapter 25 : Deduksi
27 Arc 1 Chapter 26 : Tersangka
28 Arc 1 Chapter 27 : Tato Misterius
29 Arc 1 Chapter 28 : Adat Istiadat
30 Arc 1 Chapter 29 : Tanggapan
31 Arc 1 Chapter 30 : Pengaturan
32 Arc 1 Chapter 31 : Pertarungan
33 Arc 1 Chapter 32 : Keuntungan
34 Arc 1 Chapter 33 : Formula Kebangkitan Mark
35 Arc 1 Chapter 34 : Mistisisme Dasar
36 Arc 1 Chapter 35 : Ramuan Khusus
37 Arc 1 Chapter 36 : Arcane Trickster
38 Arc 1 Chapter 37 : Hukum Esensi Rounder
39 Arc 1 Chapter 38 : Metode Dan Penjelasan
40 Arc 1 Chapter 39 : Perayaan Rose Carnival
41 Arc 1 : Epilog
Episodes

Updated 41 Episodes

1
Arc 1 : Prolog
2
Arc 1 Chapter 1 : Malaikat Pelacur?
3
Arc 1 Chapter 2 : Instrumen Idiot
4
Arc 1 Chapter 3 : Orang Asing
5
Arc 1 Chapter 4 : Wanita Berpakaian Modis
6
Arc 1 Chapter 5 : Gadis Paling Nakal
7
Arc 1 Chapter 6 : Renungan
8
Arc 1 Chapter 7 : Mimpi
9
Arc 1 Chapter 8 : Legenda Penyihir
10
Arc 1 Chapter 9 : Penggembala
11
Arc 1 Chapter 10 : Terkejut
12
Arc 1 Chapter 11 : Kartu
13
Arc 1 Chapter 12 : Lucid Dream
14
Arc 1 Chapter 13 : Temukan Sendiri!
15
Arc 1 Chapter 14 : Dola
16
Arc 1 Chapter 15 : Dikejar
17
Arc 1 Chapter 16 : Hidden Veil
18
Arc 1 Chapter 17 : Awal Eksplorasi
19
Arc 1 Chapter 18 : Eksplorasi Pertama
20
Arc 1 Chapter 19 : Madam Veve
21
Arc 1 Chapter 20 : Skema Tersembunyi
22
Arc 1 Chapter 21 : Percobaan
23
Arc 1 Chapter 22 : Ketegangan Yang Berbeda
24
Arc 1 Chapter 23 : Mengorek Informasi
25
Arc 1 Chapter 24 : Sifat Khusus
26
Arc 1 Chapter 25 : Deduksi
27
Arc 1 Chapter 26 : Tersangka
28
Arc 1 Chapter 27 : Tato Misterius
29
Arc 1 Chapter 28 : Adat Istiadat
30
Arc 1 Chapter 29 : Tanggapan
31
Arc 1 Chapter 30 : Pengaturan
32
Arc 1 Chapter 31 : Pertarungan
33
Arc 1 Chapter 32 : Keuntungan
34
Arc 1 Chapter 33 : Formula Kebangkitan Mark
35
Arc 1 Chapter 34 : Mistisisme Dasar
36
Arc 1 Chapter 35 : Ramuan Khusus
37
Arc 1 Chapter 36 : Arcane Trickster
38
Arc 1 Chapter 37 : Hukum Esensi Rounder
39
Arc 1 Chapter 38 : Metode Dan Penjelasan
40
Arc 1 Chapter 39 : Perayaan Rose Carnival
41
Arc 1 : Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!