Tak butuh waktu lama akhirnya kami pun sampai di tempat kost yang di maksud Bagas.
"mari Zahra ikut aku kedalam" sambil memperhatikan ku dan dia paham dengan ekspresiku "santay aja mukanya jangan tegang , ini beneran kost an putri kok kalau kamu ga percaya tuh ada tulisannya"
dia menunjuk kan jarinya ke arah sebuah papan yang bertuliskan "KOST KHUSUS PUTRI"
[bukan khusus yang namanya putri yah tapi khusus perempuan 😆]
aku hanya tersenyum melihat Bagas.
"Bukde, Bukde"
namun yang di panggil oleh Bagas tak kunjung datang
"Bukdeeeeeeeeee"
sedikit dia meninggikan suaranya, dan tak lama kemudian keluarlah seorang perempuan, sepertinya bukdenya Bagas sekaligus pemilik kost an ini.
"Aduuhhh Bagas apaan sih manggil teriak-teriak, Bukde lagi goreng ikan tuh"
bukdenya sedikit mengomel. pasalnya dia sedang menggoreng ikan terlihat dari penggorengan yang di bawa di tangannya.
"heheheheh abisnya bukde di panggilin ga nyahut"
bukdenya hanya melirik melihat ekspresi Bagas.
"bukde ini Bagas mau nganterin temen Bagas mau kost disini, masih ada kamar kosong kan bukde? "
bukdenya yang semula melirik kini terlihat senyum-senyum,
"ada kok Bagas, ehm ngomong-ngomong ini temen apa temen" sambil jarinya menoel lengan Bagas dengan tatapan menggoda.
"udah deh bukde jangan iseng ini beneran temen Bagas".
" iyah tante saya Zahra, saya mau kost disini" sambil aku mengulurkan tangan
aku mencoba membenarkan perkataan Bagas kalau aku ini temannya. yah supaya Bagas tidak kena isengin bukdenya lagi.
" ohh iyah nak Tantee ini bukdenya Bagas". kami berjabat tangan saling melempar senyuman.
[tapi tidak beserta kenangannya 😂]
"bukde inikan temenya Bagas, jadi boleh donk bulanannya di diskon, boleh yah bukde" Bagas memperlihatkan wajah puppy eyes
"iyadeh kalau buat Zahra bukde kasih diskon bulanannya, karena bukde yakin Zahra temen perempuan kamu satu-satunya hehehehe " bukdenya seakan mengejek Bagas.
Ntahlah apa maksudnya hanya mereka berdualah yang tau.
"ehm tante sebenarnya saya bukan.... "
belum sempat aku menjelaskan bahwa aku dan Bagas baru saja bertemu dan berkenalan namun tangan Bagas mencolek tanganku seakan dia mengatakan bahwa hal itu tidak perlu di jelasnkan.
aku hanya mengangguk
"sebentar yah Zahra tante mau ambil kunci kamar kamu, sekalian mau matiin kompor takut ikannya ntar gosong"
setelah bukde Bagas pergi aku yang penasaran pun mencoba bertanya pada Bagas.
"Ehmm kak, kakak kok baik banget sih kan kita baru kenal".
"yah gak apa-apa lah saling membantu kan gak ada salahnya, lagian aku masih merasa bersalah sama kamu, gara-gara aku tanganmu sampe luka "
Bagas pun memperhatikan luka di tanganku
Bukde Bagas pun datang membuat obrolan kami terhenti sambil membawa kunci di tangannya. "mari Nak Zahra tante anter ke kamar kamu"
"eehh Bukde kalau gitu Bagas pamit pulang yah soalnya Bagas mau berangkat kerja takut telat" dia melihat arloji di tangannya.
" yaudah ntar malem jangan lupa anterin baju bukde yang kemaren tertinggal di rumah kamu" .
"siap tante ntar Bagas anter, Zahra aku pamit pulang dlu yah" dia melambaikan tangan sambil yersenyum manis
[semanis cotton candy😁]
" iyah kak makasih yah kak udah bantuin Zahra" membalas lambaian tangan Bagas.
aku di antar Bukdenya Bagas menuju kamar ku. "nak Zahra ini kamar kamu, dan ini kuncinya"sambil menyerahkan kunci
"nanti kalau ada apa-apa panggil tante aja yah"
"iyah tante makasih " bukde Bagas pun berlalu pergi
perlahan aku masuk dan mengamati kamar ku. ruangan yang cukup luas dan terdapat kamar mandi di dalamnya juga lemari kecil yang terdapat di samping tempat tidur.
aku membuka ranselku dan menyusun semua barang-barangku ke dalam lemari.
setelah semua selesai kuraih foto almarhum nenek
"Nek Zahra udah di kota besar, Zahra juga udah dapat tempat kost, dan sekarang Zahra tinggal nyoba cari kerja semoga Zahra beruntung yah nek"
aku memeluk foto itu tak terasa bulir air mataku kembali jatuh mengingat sosok nenek.
............
"Zahra, Zahra bangun udah siang kamu ga tau ini idah jam berapa" cukup lama ibu mengetuk-ngetuk kamar Zahra. kak Zahira yang melihat pun menghampiri ibu.
"kenapa buk? "
"ini nih adik kamu udah siang kok belum keluar kamar"
"coba Zahira panggil bu,"
Zahira mencoba mengetuk pintu kamar
"Zahra kamu ga punya telinga dari tadi di bangunin ga bangun-bangun Zahra kamu denger kakak ga"
namun yang di panggil-panggil tak kunjung menyahut."Ceklekkkk,"
Zahira memutar knop pintu kamar
"ga di kunci bu"
"yaudah masuk aja kak " ibu dan Zahira yang penasaran melangkah masuk.
Kamar Zahra terlihat bersih dan rapi namun tidak ada Zahra di dalamnya. "Zahra kemana bu kok ga ada di kamarnya? "
sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ,Zahira berusaha memangil-manggil Zahra dan mencari sampai ke kamar mandi.
namun sekeluarnya dari kamar mandi Zahira tak menemukan Zahra di dalamnya.
"kemana sih ini bocah" menghela nafas dan terlihat dari raut wajahnya kesal namun oandangannya tertuju pada sebuah kertas yang terletak di atas meja samping tempat tidur Zahra.
tanoa ragu Tangan Zahira terulur mengambil dan membuka kertas tersebut "Haaahh pergi" teriak batin Zahira.
Belum sempat Zahira mengeluarkan suara terlihat di ambang pintu ayah penasaran dengan apa yang di lakukan Zahira dan ibu di dalam kamar Zahra.
"apa yang kalian lakukan disini" sambil memandangi wajaaah ibu dan zahira secara bergantian.
"Zahra pergi dari rumah yah" Zahira melangkah dan menyerahkan kertas tersebut. ibu dan ayah langsung membaca apa isi kertas itu.
"Dasar anak Bod*h , biar kan saja dia pergi kita lihat apa yang bisa dia lakukan tanpa bantuan kita"
ayah menarik sudut bibirnya tersenyum sinis, dia bahkan meremas kertas yang ada di tangannya dan membuangnya ke sembarang arah dan berlalu keluar kamar.
"Zahra, Zahra selalu merepotkan banyak orang" Zahira bergumam pelan dan dia mengikuti ayah keluar kamar.
Hanya tersisa ibu di dalam kamar Zahra dia membayangkan tulisan yang ada di kertas. sekuat apa pun ibu menyembunyikan rasa sayangnya kepada Zahra dari ayah dan juga Zahira ibu adalah tetap ibu.nalurinya tak pernah bohong hatinya terasa sesak mengingat Zahra yang pergi.
"kenapa kamu pergi nak" gumam ibu sambil meneteskan air mata.
" bukannya ibu tak menyadari semua sikap ibu padamu nak, ibu hanya ingin melindungimu jika ibu terlalu sayang padamu ayahmu bisa saja membuangmu ke panti Asuhan"
yah selama ini ibu bersikap acuh pada Zahra semata-mata karena tekanan dari ayahnya ,sebab ayahnya tak ingin jika Zahra mendapatkan perhatian yang lebih bahkan setara dengan Zahira. sebab Zahra bukan anak kandung dari ayahnya melainkan anak dari mantan pacar ibunya.
butuh saran dan kritik an yang membangun dari para readers 😘...don't forget to vote yah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
kiki
selingkuh dong mak nya
2022-01-31
0
Linggarini
selingkuh donk ibunya zahra..
2021-05-27
0
Ida Blado
anak dri mantan oacarnya,,,? aoa ibubya selingkuh setelah menikah dn ounya anak?
2021-05-24
0