#Rumah Sakit Kasih Ibu.
"Alhamdulillah, akhirnya anak kamu lahir Tih, "ujar Toni, kakak ipar Ratih.
Ratih tersenyum pada sang kakak ipar sebentar lalu kembali memandang bayi mungil yang tertidur pulas di atas dadanya.
Namun dibalik kebahagiaan yang dialami Ratih usai lahirnya bayi kecilnya yang ia beri nama 'Tata Putri Angelia', ada satu hal yang membuatnya sedih dalam kebahagian ini.
Hendrik suami Ratih, yang entah kemana hingga saat ini ia belum menampakkan batang hidungnya.
''kemana mas Hendrik ? kenapa belum datang kemari, apa ada masalah dengan kerjaannya ?'' Gumam Ratih.
Tiga bulan sudah Hendrik tidak pulang. Bahkan saat Ratih hendak melahirkan, Ratih harus berjuang seorang diri tanpa adanya sosok suami yang dicintainya.
Beruntung ada Toni, kakak iparnya yang kebetulan rumah mereka bertetangga yang mau mengulurkan tangannya dengan membawa Ratih ke rumah sakit.
'' Tih, kamu punya uang tidak untuk pembayaran rumah sakit? "tanya Toni pada Ratih.
'' Alhamdulillah mas, saya ada tabungan sekitar juta, insyaallah bisa buat bayar rumah sakit.'' jawab Ratih yang masih sibuk memandangi wajah putri kecilnya.
''Syukurlah kalo gitu, soalnya mas juga gak punya uang.'' ucap Toni pada Ratih.
'' Mas Toni...I-itu Mas sudah ada kabar dari mas Hendrik tidak?'' tanya Ratih mulai mengalihkan pandangannya pada wajah kakak iparnya itu.
Toni menatap adiknya itu penuh kasihan, pasalnya dia juga belum bisa menghubungi Hendrik, sang adik.
''Belum Tih, kamu yang sabar ya. Nanti kalau sudah bisa dihubungi pasti Mas suruh dia kesini kok,"ucap Toni menggebu.
"Iya Mas, "ujar Ratih pelan.
Meskipun dia tidak yakin akan kabar dari Toni, namun tidak mungkin dia mengatakan keberatan hatinya secara langsung.
Ceklek.
Pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan seorang dokter kandungan bersama seorang staf rumah sakit.
''Permisi Ibu, sudah waktunyq control ya,'' ucap dokter wanita itu pada Ratih.
''Silahkan dok.''
Toni menyingkir untuk memberi akses pada dokter itu agar lebih leluasa memeriksa Ratih.
Tidak beberapa lama, dokter itu telah selesai melakukan pemeriksaan terhadap Ratih dan Baby Tata.
'' Alhamdulillah kondisi ibu sudah sudah membaik setelah melahirkan putri ibu, dan ibu juga bayinya bisa pulang siang ini. Tapi sebelumnya lengkapi dulu pembayaran untuk biaya bersalin dan lainnya bu !''
''Alhamdulillah. Baik dok, terima kasih dok,"ucap Ratih penuh syukur.
''Kalau begitu kami permisi dulu,"ujar Dokter itu seraya melangkah meninggalkan kamar Ratih.
Ratih menatap pada sosok sang kakak ipar, yang tampak gelisah. Ratih menebak jika penyebab kegelisahan Tono ialah sebab dari istri pria itu, Laras.
Tidak ingin terlalu lama berada di rumah sakit, Ratih meminta Toni untuk sekedar mengurus administrasi.
'' Mas Toni bisa minta tolong, bisa tidak Mas yang kedepan buat bayar biaya persalinan. Uangnya ada di tas itu, tepatnya di dompet wana biru,'' ucap Ratih pada Toni kakak iparnya, seraya menunjukkan tas wanita itu yang teronggok di atas lantai begitu saja.
''iya Tih. ''
***
Siang itu, Ratih memutuskan untuk segera pulang karena kasihan pada Toni yang pasti telah ditunggu Laras.
Sesampainya di depan rumah. Toni membantu membuka pintu rumah Ratih, serta membantu membawa tas adik iparnya itu.
'' Mas Toniiii...!'' teriak suara seorang wanita yang merupakan Laras, yang mana membuat Toni refleks berhenti di tempatnya.
'' Mas ini apa-apaan sih, inget mas itu punya istri dan anak. lagian si Ratih itu punya suami.'' Cemooh Laras dengan nada tinggi.
'' Mas cuma bantu doang Ras, kau juga tau Hendrik belum juga pulang.''
"Alah alasan, sudah ayo pulang! Dan kamu Ratih jangan kegenitan sama kakak iparmu sendiri,''maki Laras kasar.
Laras menarik lengan Toni, yang mau tidak mau membuat pria itu harus mengikuti langkah sang istri.
Ratih hanya menatap sedih pada kepergian Toni serta istrinya. Dia juga tidak ingin merepotkan orang lain, terutama Toni kakak iparnya.
Ratih memasuki rumah kecil itu dengan menggendong Tata kecil serta menyeret tas usangnya.
Sepi masih tidak ada tanda kepulangan Hendrik, sang suami.
'' mas kemana kamu kok belom pulang''
Ratih terus bergumam pada dirinya sendiri.
Malampun tiba kini putri kecilnya telah tertidur dengan pulas. Namun Ratih belom bisa tertidur ia masih memikirkan Hendrik suaminya.
Braaakkk
Suara keras pintu yang didorong oleh seseorang membuat Ratih langsung berlari menuju suara keras itu.
'' Mas Hendrik.." alangkah bahagianya Ratih melihat kepulangan suaminya, tapi ada yang membuatnya merasa sedih. Hendrik pulang tidak sendiri namun ia pulang dengan membawa seorang wanita cantik dan seksi disampingnya.
'' Mas itu siapa mas ?'' Ratih bertanya dengan penuh penasaran.
'' Dia calon istri Aku, sekarang Kamu tanda tangan dikertas ini,''bentak Hendrik.
Pria itu melempar sebuah kertas perceraian tepat mengenai wajah Ratih.
Ratih menatap nanar kertas itu, namanya jelas tertanda disana. Hal itu membuat Ratih gemetar serta sedih teramat dalam.
'' Mas apa salah Ratih..hiks..hiks ?'' kini Ratih mulai menangis.
''Banyak salahnya Kamu, sudah cepat tanda tangan, dasar yatim piatu.'' bentak Hendrik yang disertai mendorong tubuh Ratih.
''Tapi mas, Ratih kan baru melahirkan putri kita. Dia sangat cantik, coba deh Mas lihat dulu.''
Ratih mencoba mempertahankan pernikahannya dengan menggunakan sang putri agar Hendrik urung menceraikannya.
"Masa bodoh. Kalau perlu setelah kamu tanda tangan itu, bawa juga anak sialan itu.'' Hendrik masih saja berteriak. sedangkan wanita disamping Hendrik terlihat tersenyum penuh kemenangan.
"Tanda tangan Ratih, "geram Hendrik.
Hendrik terus memaksa Ratih dengan menarik rambut Ratih. Yang pada akhirnya Ratih terpaksa menandatangani surat itu dengan uraian air mata.
"Sekarang Kamu pergi, "ucapnya mengusir Ratih.
Kedua mata Ratih membola mendengar kalimat pengusiran itu. Dia melihat diluar sana tampak masih gela gulita, serta jam dinding yang menunjukkan hari sudah sangat malam.
''Tapi mas sekarang udah tengah malam kemana Ratih harus pergi,"ucap Ratih berharap belas kasih Hendrik.
"Tidak peduli, sekarang kamu dan dia pergi sekarang juga!"usir Hendrik seraya mendorong tubuh Ratih lalu berlalu masuk ke dalam kamar bersama wanita berpakaian serba minim itu. ***
Jadilah di tengah malam yang gelap gulita, Ratih dengan isak tangia yang mengiringi langkah kakinya berjalan menyusuri ruas jalan bersama Tata dalam gendongannya tanpa tahu arah.
Dan di malam ini pula, Ratih bertemu dengan sosok Muna. Sahabat lamanya yang baru pulang dari kota.
Dan disinilah kisah Ratih sebagao wanita mal bermula.
***
to be continue.
terimakasih semuanya mohon dukungannya dengan cara vote, like, dan komen yaa....!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments