Arkana memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Dia melirik jam di pergelengan tangannya. Sudah pukul 8 malam. Harusnya Sang Mama sudah berada dikamar untuk istirahat sekarang.
Arka masih ragu untuk masuk ke dalam. Dia tidak siap menghadapi amarah Mamanya. Dia tahu betul seperti apa wanita paru baya itu saat sedang marah
"Mama pasti sedang sangat marah padaku. Haruskah aku masuk? Atau aku menginap di hotel saja malam ini?" Gumam Arka
Setelah menimang akhirnya Arka memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia menarik nafas panjang sebelum memutuskan masuk ke dalam rumah.
Arka membuka pintu dengan pelan. Lampu sudah dimatikan. Lelaki itu menghela nafas lega. Arka mulai berjalan masuk
"Kamu masih ingat dengan jalan pulang,Arkana?" Tegur Putri
Arkana menghentikan langkahnya. Dahinya sudah berkeringat dingin. Dia sama sekali tidak menduga kalau Mamanya duduk diatas sofa untuk menunggunya.
Putri sudah berada diatas sofa sejak 1 jam yang lalu. Dia sangat menolak meski Reza sudah mengajaknya masuk sejak tadi. Dia bahkan melarang Reza menunggu bersamanya.
Dia tahu kalau Reza pasti akan membela Arka. Mencegah Putri untuk memarahi Arkana.
"Mama" sahut Arka
Putri menatap sengit penuh amarah ke arah Arkana. Membuat nyali lelaki muda itu makin menciut
"Mama? Kamu masih menganggap aku Mamamu? Setelah semua yang kamu lakukan? Aku pikir kamu sudah membuangku" sindir Putri
"Mama...Arka bisa jelaskan" ujar Arka pelan
Putri hanya tersenyum dengan kecut.
"Apa yang ingin kamu jelaskan? Kalau kamu lebih memilih gadis itu daripada aku?"
"Sudah berapa kali aku katakan padamu? Tinggalkan gadis itu! Jangan menjalin hubungan dengannya! Dia membawa pengaruh buruk padamu! Tapi kamu tidak mendengarkanku! Kamu! Kamu bahkan menelantarkan tender bernilai miliyaran hanya demi menghabiskan waktu bersama dengan gadis itu!"
"Arkana,kamu benar-benar keterlaluan!!" Pekik Putri
Putri benar-benar murka. Wanita paru baya itu berbicara hingga wajahnya merah bahkan nafasnya memburu
Arka benar-benar terkejut dibuatnya. Dia tidak pernah melihat Mamanya semarah ini
"Kamu dibutakan oleh cintamu yang gila itu! Dengarkan aku baik-baik"
"Dahulu, mendiang Papamu juga sangat mencintaiku. Dia bahkan rela melakukan apapun itu hanya untukku. Tapi...dia tidak pernah melupakan apalagi mengabaikan tanggung jawabnya!"
"Apalagi menelantarkan pekerjaan begitu saja! Hanya demi sebuah kesenangan yang tidak ada artinya."
"Seorang wanita yang benar-benar mencintaimu. Tidak akan membawamu menuju arah yang salah. Dia tidak akan membuatmu tersesat. Tatjana,wanita itu tidak benar-benar mencintaimu! Dia hanya mengincar sesuatu darimu"
Arka yang sejak tadi menunduk pun akhirnya mengangkat kepalanya. Dia tidak terima saat Putri menyebut Tatjana mengincar sesuatu darimu
"Mama,bagaimana bisa Mama mengatakan hal buruk tentang Nana? Mama baru saja menuduh Nana" protes Arka
Putri tersenyum kecut mendengarnya. Arka terang-terangan membela Tatjana di depannya.
"Kamu membela dia? Kamu membela wanita itu dibandingkan aku? Wanita yang melahirkanmu?" Tanya Putri
"Tidak,Ma. Arka sangat mencintai dan menghormati Mama. Tapi Arka juga tidak ingin kalau Mama mengatakan hal buruk tentang Nana. Biar bagaimanapun,dia adalah wanita yang ingin Arka nikahi di masa depan" jelas Arka
Putri menyeringai dengan menakutkan. Dia tidak salah dengar kan? Menikah? Putranya itu ingin menikahi Tatjana?
"Kamu boleh menikahinya" sahut Putri
Arka antusias mendengarnya, "Mama merestui kami? Sungguh?"
"Iya,tentu saja. Tapi nanti setelah kalian melangkahi mayatku! Tidak akan ada pernikahan antara kamu dan wanita itu selama aku masih hidup! Bunuhlah Mamamu ini jika kamu ingin menikahi wanita itu'' tegas Putri
Arkana tercengang mendengarnya. Dia tahu kalau wanita paru baya di depannya ini tidak main-main. Arka kecewa pada Mamanya
"Arka kecewa sama Mama. Mama sudah berubah. Mama bukan lagi Mama yang dulu. Jabatan dan segalanya telah merubah Mama" ujar Arka
Arkana berlalu begitu saja dari hadapan Putri. Meninggalkan Mamanya yang masih diam mematung
Tubuh Putri terhuyung ke atas sofa. Wanita paru baya itu menunduk dan menangis sejadi-jadinya.
"Mas Bagas...andai kamu masih disini. Arka kita tidak akan seperti itu. Mas,bantu aku. Tolong aku...jangan biarkan Arka terjerumus pada hal yang tidak baik. Mas...aku merindukanmu" lirih Putri
Tidak bisa dipungkiri. Putri selalu merindukan Mendiang Suaminya disaat seperti ini. Saat dia tidak bisa mengendalikan anak-anaknya. Dia jadi membayangkan. Seandainya mendiang sang suami masih hidup maka akan seperti apa hidup mereka
Papa kandung Arka selalu tegas dan keras dalam mendidik anak-anak mereka. Putri sudah berusaha untuk mendidik mereka sebaik mungkin setelah kepergian sang suami
Tapi dia hanya wanita biasa. Dia juga seorang ibu yang berhati lembut. Dia tidak pernah bisa bersikap keras pada anak-anaknya
Putri mengangkat kepalanya. Memandangi lekat foto besar mendiang suami terkasih yang masih terpajang diruang tengah. Matanya dipenuhi duka dan kesedihan
"Papa...bantu Mama" lirih Putri
Wanita paru baya itu membiarkan air mata terus mengaliri wajahnya. Dia harus menangis untuk mengurai rasa sesak di dadanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Bu Putri, kasihan pak Reza donk, pak Bagas sudah meninggal masih diagung-agungkan, konsep rumah tangga bagaimana ini?
2024-12-10
0