5 Shahira atau Aluna?!

"Apa? Melamar?!"

Seorang pria bertubuh tinggi berpakaian rapi stelan jas terkejut saat neneknya tiba tiba memintanya untuk melamar seorang wanita yang ditemuinya di bus beberapa hari yang lalu.

"Nenek, bagaimana mungkin aku melamar wanita yang gak jelas asal usulnya." dia mencoba meyakinkan neneknya bahwa hal ini salah.

"Siapa bilang gak jelas asal usulnya. Nenek tahu dimana tempat tinggalnya, dimana rumahnya dan nenek tahu siapa namanya." protes nenek.

"Iya, tapi bisa saja dia sudah menikah, nek. Dia hanya asal bicara sama nenek karena menghormati nenek yang jauh lebih tua darinya."

"Anggap saja begitu. Tapi nenek gak main main. Nenek percaya Shahira belum menikah. Pokoknya kamu harus melamarnya."

"Nek..."

"Jangan bicara sama nenek sebelum kamu melamar Shahira." rajuk neneknya yang tidak mau disentuh oleh cucu kesayangannya itu.

"Nek..."

"Keluar dari kamar ini. Jangan bicara sama saya." tegasnya mengusir cucunya.

Dengan berat hati dia keluar dari kamar neneknya.

"Den Nicho, saran bibik sih ada baiknya den Nicho mencari tahu seperti apa sosok nona Shahira yang nenek maksud." ujar bik Jihan saat mereka sudah berada di luar kamar nenek.

"Nenek ada ada saja deh, bik. Kok bisa ketemu orang di bus langsung disuruh lamar."

"Ya itu dia yang buat bibik penasaran. Seperti apa si Shahira itu kok bisa nenek langsung suka sama dia. Sedangkan non Gea yang cantik bak boneka saja ditolak mentah mentah sama nenek."

"Benar juga ya, bik."

"Coba deh cari tahu seperti apa Shahira itu. Mana tau den Nicho kecantol seperti nenek." Jihan menggoda majikannya itu.

Nicho pun langsung menghubungi sekretarisnya Rey untuk dia perintahkan mencari tahu siapa Shahira, sesuai dengan alamat yang diberitahukan nenek.

Tidak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan kurang dari dua jam dia sudah menerima informasi lengkap tentang Shahira berikut fotonya.

"Shahira, 34 tahun. Penjual kue di facebook. Anak pertama, adiknya bernama Aluna..."

Nicho melihat foto Aluna sambil berpikir keras. Dia seperti pernah melihat Aluna sebelumnya.

"Dokter Aluna!"

Ya, Nicho baru saja bertemu Aluna di rumah sakit kemarin dengan keluhan lambungnya yang akhir akhir ini suka kambuh.

"Adiknya bahkan seorang dokter, dia hanya jualan kue tanpa toko dan tanpa karyawan."

Nicho langsung menuju kamar neneknya untuk memperlihatkan foto Shahira.

"Nek, ini aku bawa foto Shahira." Memperlihatkan foto itu pada neneknya yang duduk santai sambil merajut di balkon kamarnya.

"Shahira. Ini Shahira. Cantik kan?" tanya Nenek tersenyum senang menyentuh wajah Shahira di layar ipad Nicho.

"Nenek yakin meminta aku melamar Shahira?"

"Iya. Nenek mau Shahira menjadi istri kamu."

"Tapi nek, Shahira ini punya adik loh. Adiknya dokter yang kemarin aku temui di rumah sakit. Namanya Aluna, cantik juga." tutur Nicho sambil memperlihatkan foto Aluna pada neneknya.

"Cantik. Tapi, nenek maunya Shahira aja."

"Dokter Aluna cantik loh nek. Kalau nenek sakit, atau aku sakit kan enak ada dokter pribadi gitu kalau aku nikah sama Aluna."

Nenek terdiam mendengar ucapan Nicho barusan. Baru kali ini Nicho memuji seorang wanita cantik dan malah menyarankan neneknya untuk menerimanya.

"Kamu menyukai Aluna?" tanya nenek serius.

"Hah?" Giliran Nicho yang gelagapan mendapat pertanyaan begitu dari neneknya.

"Kalau kamu menyukai Aluna dan kamu inginnya Aluna yang menjadi istri kamu, ya sudah tidak apa apa. Toh nenek tetap akan mendapatkan Shahira sebagai cucu nenek juga kalau kamu menikahi Aluna."

Deg

Entah mengapa kalimat nenek barusan begitu menusuk tepat ke jantung Nicho. Tidak, dia tidak serius suka pada Aluna. Dia hanya menggoda neneknya. Tapi ternyata neneknya menanggapi serius dan Nicho jadi tahu, bahwa neneknya begitu menyayanginya.

"Nenek sampai rela mengalah demi kebahagiaanku." pikirnya.

Nicho langsung memeluk neneknya dengan erat. Dia hanya memiliki nenek dalam hidupnya. Sementara kedua orangtuanya sibuk dengan kehidupan mereka masing masing.

"Kapan nenek mau aku melamar?"

"Secepatnya. Karena cucu nenek sudah tidak muda lagi, jadi harus segera menikah sebelum nenek meninggal."

"Jangan mengatakan itu nek. Aku akan membuat nenek terus berumur panjang."

"Kalau begitu cepatlah lamar Aluna, lalu nikahi dia dan bawa dia kerumah ini bersama Shahira."

"Baiklah. Aku akan melamar malam ini juga. Bagaimana?"

"Nenek setuju!"

Nengsih bahagia karena akhirnya cucu kesayangannya akan segera menikah. Ya, meski memang dia sedikit kecewa karena ternyata cucunya memilih untuk melamar Aluna ketimbang Shahira. Setidaknya itu yang dipikirkan Nengsih saat ini.

Usai menyetujui keinginan neneknya, Nicho malah jadi gak bisa fokus dengan pekerjaanya. Ya, saat ini dia sudah di kantornya.

"Kenapa aku malah setuju untuk melamar malam ini sih."

"Gila, aku akan menikah dengan seseorang yang jatuhnya asing dalam kehidupanku."

"Ahkkk... kok malah jadi gini sih. Pacaran aja aku gak pernah, lah langsung nikah. Nenek sih ada ada saja." celotehnya menggerutu sendirian.

Tok, tok!

Pintu ruangannya diketuk oleh Rey. Dan Rey pun membuka pintu itu bahkan sebelum boss nya menjawab.

"Maaf mengganggu, pak Nicho. Ini saya butuh tanda tangan pak Nicho untuk pengerjaan proyek di Kalimantan."

Rey mengulurkan file kearah Nicho, dan tanpa protes atau bertanya lebih dulu dia langsung menggoreskan tinta di atas kertas itu.

"Terimakasih pak." Rey pun hendak bergegas pergi.

"Tunggu, Rey!"

"Ada yang bisa saya bantu, pak?"

"Saya bingung saat ini. Nenek tiba tiba tiba meminta saya melamar dan lamaran nanti malam."

"Nona Shahira kan yang nenek mau?" tanya Rey yang diangguki cepat oleh Nicho.

"Sekilas saya lihat nona Shahira keibuan dan penyayang. Karena itulah saya rasa nenek menyukainya dibanding gadis gadis yang pernah mencoba mendekati pak Nicho sebelumnya."

"Biasa aja sih menurutku. Dokter Aluna yang malah tampak lebih menarik."

"Kalau begitu bujuk saja nenek supaya mau menerima dokter Aluna sebagai calon istri pak Nicho."

"Sudah."

"Lalu, nenek menolak?"

"Tidak. Nenek malah menerima dokter Aluna."

"Bukankah itu bagus?"

Nicho diam sebentar, memutar kursinya hingga tatapannya menatap keluar tembok kaca ruangannya.

"Justru dengan nenek setuju malah membuat saya bingung. Nenek sangat menginginkan Shahira, tapi karena saya tidak menyukai Shahira, nenek pun rela mengalah dan menerima dokter Aluna."

"Pak Nicho merasa membuat nenek kecewa kalau harus melamar dokter Aluna?"

"Hmm. Saya tidak ingin membuat nenek kecewa."

"Tapi, menikah itu bukan ajang main main, pak. Kalau bapak paksakan menikahi nona Shahira sementara hati bapak untuk dokter Aluna, saya rasa lebih baik bapak memilih dokter Aluna saja dari pada kacau dikemudian hari."

"Tunggu Rey, saya tidak memiliki perasaan apapun terhadap dokter Aluna. Ingat itu, jangan salah paham. Saya hanya merasa lebih bisa menerima dokter Aluna sebab saya pernah mengenal sebelumnya, sedangkan Shahira... saya tidak yakin bisa menikahinya karena saya tidak mengenalnya sama sekali sebelumnya. Itu maksud saya."

"Hmm, saya paham. Tapi, saya sarankan ada baiknya bapak pikirkan dengan matang sebelum lamaran nanti malam. Toh nenek tetap akan setuju selama pilihannya antara Shahira dan Aluna."

"Kamu benar." angguk Nicho yang mulai memahami apa yang disarankan oleh Rey barusan.

Terpopuler

Comments

RINA ASTUTI

RINA ASTUTI

masih nyimak

2024-08-20

0

muthia

muthia

jgn sampai Nicko mempermainkan Zahira 🙏

2024-06-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!