SKK 04

Jam kampus usai, saatnya Okan dan Abra menuju ketempat aktifitas mereka selanjutnya. Ketika menyusuri lorong kampus guna kearea parkiran, tidak sengaja bertemu dua sosok wanita yang tadi pagi membuat mereka uring uringan.

Jurus pemikat pun mereka mainkan.

"Ehem ehem sombong bener neng..!" goda recehan Abra.

Duo sosok cantik memutar kepala mereka, melihat siapa gerangan snag pemilih suara barito yang terdengar keren itu.

"Siapa yang sombong...?"

"Kalian lah..! kan ini lagi ngomong sama kalian." sahut Abra.

"Dari mana kita sombong coba..? tadi pagi kalian lewat cuma dehem dehem aja, sekarang juga gitu. Terus kita suruh gimana emang..? joget joget, gitu..?"

"Oke salah dikita kalau gitu." ucap Abra tak mau berdebat "kenalin gue Abra." sambungnya sembari mengulurkan tangan.

"Gue Okan..!"

"Windi..!"

"Irena..!"

"Kalian mau kemana..? mau pulang..?" tanya basa basi Okan setelah jabatan tangan mereka terlerai.

"Belum, masih ada kelas. Oya kita tinggal dulu ya..? mau ketemu dosen." sahut Irena.

Ramah tamah versi recehan selesai selepas Irena dan Windi pergi. Begitu juga dengan Okan dan Abra yang langsung menuju keperusahaan.

"Irena imut ya..? manis banget wajahnya, tanpa polesan, body bagus lagi." oceh Abra seraya fokus mengemudi kendaraan.

"Gas lah, keluarkan rapalan ajian semar mesemmu." kelakar Okan.

"Selow, ini cewek anti baperan kayanya. Lihat ketampanan kita aja biasa banget reaksi, beda sama noh para menyan yang selalu jadi barikade penyambutan kita kalau sampe kampus."

"Ini menyan ngajak kerja lagi aja." ucap Okan sembari membaca pesan yang masuk keponselnya.

"JANGAN DIBERI..!! tambah sial lagi entar loe."

"Iya enggak. Lagian baru kemaren, cari yang laen lah. Entar malem juga tanding kan..? males amat ngurusi menyan."

"Iya sih, mending tanding. Lumayan hadiahnya, bisa untuk jajan adek adek dipanti dua bulan."

Okan menghela nafas, wajah yang semula berseri kini berubah mendung. Semua itu tak lepas dari tangkapan netra Abra.

"Loe kenapa..?"

"Enggak apa apa..!"

"Loe itu sebenarnya ada beban apa sih..? gue perhatiin udah berapa tahun belakangan kaya orang sekarat aja."

"Sialan loe..!" umpat Okan "gue sehat, bakal panjang umur juga. Belum siap gue mati terpanggang dineraka sono."

Lima puluh menit kemudian, Okan sudah tiba diperusahaan. Sedangkan Abra langsung kembali melajukan mobilnya guna menuju keperusahaannya sendiri.

Dengan pakaian casual serta gaya cool selengean, Okan memasuki gedung pencakar langit yang kelak akan diwariskan padanya.

"Selamat siang pak..!" sapa Okan kepada sang ayah Benny.

"Jangan sampe papa gantung dilobby kantor kak." sahut Benny menyambut sapaan sang putra.

Okan terkekeh kemudian pamit menuju keruang kerjanya yang bersebelahan dengan sang ayah dan hanya terhalang dinding kaca saja. Ruang kerja Okan sebenarnya adalah milik sang asisten, namun untuk sementara dipakai oleh Okan sampai nanti ia akan sepenuhnya menduduki tampuk kepemimpinan Abimana Grub.

Pukul tujuh malam Okan baru keluar dari perusahaan. Kali ini Okan mengemudikan mobilnya sendiri yang terparkir sejak kemarin digedung perusahaannya.

"Kekafe dulu bong, laper gue pengen ngopi juga." kata Okan dari panggilan telefon.

"Oke...!"

Sungguh sahabat sejati, ketika Okan tiba ditempat, Abra juga pun sama.

"Selamat malam cantik..! kopi dong cinta." sapa Okan kepada Esra.

"Geli Kak..! sudah makan belum..?" tanya Esra.

"BELUM...!!" jawab kompak Okan dan Abra.

"Makan aja dulu ya..? baru ngopi. Gue siapin." tawar Esra.

"Siap calon istri..!"

"Siap alien..!"

Esra memutar bola matanya, ia sudah sangat kebal dengan godaan para saudaranya. Entah itu Okan, Abra, sampai para adik juga Ryan.

Okan dan Abra lalu menempati salah satu meja yang menjadi favorit mereka. Tidak lama Esra sudah datang dengan membawa nampan berisi makanan diikuti oleh satu karyawannya.

"Terima kasih calon istri..!"

"Jangan gitu kalau didepan umum, entar gue enggak ada yang deketin lagi." protes Esra.

"Enggak apa apa, emang itu yang gue mau. Nanti gue yang akan membawa loe kepelaminan."

"NGOMONG APA LOE...?" seru Abra dan Esra bersamaan.

"Mulut biasa aja kenapa..? untung belum nyuap, kalau sudah keselek gue."

"Lagi ngomong asal, adek woi adek Ingat pesan, aturan dan perjanjian keluarga, gue beri loe lama lama." ucap Abra sembari mengepalkan tengannya didepan Okan.

"Bukannya tanding jam sebelas ya..? kok gegar otaknya sekarang sih..?" kelakar Esra.

"Masih waras gue. Lagi kakak adek bukan sedarah ini, enggak apa apa kali..?" balas Okan.

"Soal perjanjian, aturan, persetan itu semua." sambung kesal Okan.

"Udah buruan makan, keburu dingin itu. cari bahan becanda yang lain, jangan itu terus." sela Esra.

"UDAH DINGIN INI..!!"

Okan dan Abra makan dengan lahapnya.Terutama Okan, ia paling menyukai masakan Esra. Apa pun yang wanita itu masak pasti enak.

Makanan habis lima belas menit kemudian, kopi dan camilan datang. Saat ketiganya akan berbincang, satu suara menghentikan niat mereka.

"Okan..!"

"Apaan..?"

"Kok pesan dan telfon aku enggak dijawab..?" tanya Chika sendu.

"Males gue, ada apaan emangnya..?" tanya Okan ketus.

"Aku pengen ngomong sama kamu, penting."

"Kalau mau ngomong soal yang kemaren, jawaban gue enggak. Loe jangan cari masalah sama gue deh, mau loe gue beri patah kaki..?"

"Apaan sih kak..? itu mulut kalau ngomong hati hati. Gue kasih tau mama nih..!" ancam Esra.

"Dia noh cari masalah aja." sahut Okan menunjuk Chika.

"Sudah loe pergi deh, kita lagi pengen santai jangan ganggu. Lagian sebentar lagi gue mau pergi, enggak ada waktu buat ngobrol sama loe." tegas Okan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!