" Sial,aku tidak menyangka jika yang kita rampok itu adalah rumah mas Abrar.Bagaimana jika dia meninggal,bagaimana kasus ini dilaporkan kepolisian,kita akan dipenjara dan kita akan mendekam dipenjara.Tapi yang lebih menakutkan adalah bagaimana dengan nasib Natan.Dia pasty akan semakin dibenci oleh ibu dan ayahnya." Ucap Fandi.
" Sudah-sudah,kita kan gak sengaja melakukannya.Dari pada tadi kita diam dan mati konyol ditangan mas Abrar.Kita melakukan itu kan demi meyelamatkan diri!" ucap Ardi menenangkan fadi.
Mereka berdua lantas mengambil masing-masing mobil mereka dan pergi dari markas setelah membakar semua barang bukti sampai habis tak bersisa.
Sementara dirumah sakit semua orang tampak sedih dan menitikan airmata kala melihat keadaan Abrar yang tak berdaya.
Azra yang jauh terlihat lebih terluka melihat suaminya terbaring dengan beberapa alat medis terpasang ditubuhnya.
" Ca-cantik ja-jangan menangis,a-air matamu terlalu berharga untuk menetes.Lihatlah wa-jahmu sangat jelek saat ka-mu menangis." Ucap Abrar membuat Azra semakin menjadi isakannya.
" Mas,kamu itu lagi sakit.Sempat-sempatnya menggodaku hum!" ucap Azra ditengah isakannya.
" Bagaimana keadaanmu sayang,mana yang sakit nak.Bertahan ya mami disini,mami ada bersamamu.Mami yakin kamu pasti akan segera sembuh!" Amira menggenggam tangan putranya yang sudah sedingin es.Bahkan Amira merasakan nadi putranya semakin melemah namun Amira terus menguatkan hatinya jika putranya akan baik-baik saja.
" Na-natan kemarilah,mas ingin bi-cara sa-ma kamu!" Natan yang mendengar itu lantas mendekat dan berdiri disamping Abrar.
Hati Natan terasa sangat sakit,Natan merasa sangat bersalah.Ditatapnya wajah Abrar yang terlihat pias dengan bibir yang sudah memucat.
Tangannya terasa dingin suaranya melemah meskipun ia masih bisa berbicara.
" Mas,jangan banyak bicara mas akan segera pulih.Mas harus sehat kasian Azra,dia butuh mas.Mas adalah kebanggan keluarga kita,jika mas sakit siapa yang akan mama bandingkan denganku!" Ucap Natan dengan konyol,ia pura-pura tertawa Kendati hatinya terasa sakit sekaligus ada ketakutan dalam dirinya.
Tak ada satu orangpun yang tau tubuh Natan bergetar hebat bahkan keningnya sampai berkeringat saat berada didekat Abrar,perasaan bersalahnya terus saja membuatnya tak bisa menatap dengan penuh kepercayaan pada sang Kaka.
" Mendekatlah!" Bisiknya.
Natan mendekat kearah Abrar dengan sedikit menundukkan badannya agar sejajar dengan Abrar.
" Mas tau apa yang kamu lakukan,mas tau siapa yang melukai mas tadi mas sempat melihat wajahnya.Kamu tidak bersalah,mas tau semuanya karna selama ini mas selalu mengawasi kamu.Jika terjadi sesuatu pada mas tolong ambil alih tugas mas nikahi Azra.Jaga dia dan brhentilah bekerja seperti itu." bisiknya lirih dengan suara terbata.
Mata Natan membelalak jantungnya bertalu-talu mendengar fakta jika Abrar tau jika pelakunya adalah Natan dan teman-temanya.
" Mas aku.."
" Sudah semua akan baik-baik saja." Imbuhnya lagi.
Tes tes
Natan menitikan airmatanya saat melihat senyum Abrar.
Abrar selama ini bukan tidak tau apa yang diam-diam Natan lakukan hanya saja dia memilih bungkam agar tidak terjadi keributan dikeluarganya.Natan juga sengaja tidak menashti Natan agar nantan tetap terlihat buruk dimata keluarganya.
Selama ini kebaikan Abrar pada Natan tidaklah tulus,Abrar selalu merasa Natan adalah saingannya meskipun pada kenyataannya Abrar selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan,tak hanya kedudukan,kepercayaan dari keluarga namun juga kasih sayang dari orangtua Natan.
" De-dengar semuanya,aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Aku sudah tidak kuat, Azra dengar mas baik-baik.Mas akan pergi dengan tenang setelah kamu berjanji satu hal pada mas!"
Azra memicingkan matanya mendengar apa yang suaminya katakan,ia merasa bingung sekaligus takut dengan kenyataan yang akan ia terima dengan melihat keadaan suaminya.
Dengan nafas yang mulai terlihat berat,tatapan mata yang mulai kabur serta melemahnya denyut jantung yang terlihat dari layar monitor yang menurun.
" Menikahlah dengan Natan,tolong jalankan amanat terkahir mas."
Setelah mengatakan itu Abrar terlihat sangat kesakitan,nafasnya smakin melemah dan matanya perlahan tertutup.
" Mas Abrar!" Jerit Azra,kemudian tubuhnya ambruk dan tak sadarkan diri.
Sementara Amira dan Wulan pun menjerit hampir tak percaya jika putra kebanggaannya meninggalkan dia dalam keadaan demikian.
" Abrar bangun nak,jangan tinggalin mami sayang bangun!" Amira trus mengguncang tubuh Abrar yang sudah tak bernyawa.
Sementara Natan ambruk dan tergugu dilantai,tubuhnya merosot kakinya seakan tak bertulang.Bayangan kebersamaannya dengan Abrar seakan menjadi slide yang terus berputar putar didepan matanya.
Ia kembali teringat pesan terakhir yang diucapkan oleh sang Kaka.Menoleh kesamping tubuh Azra masih dibiarkan terbaring dilantai.
Dengan penuh keyakinan Natan memberanikan diri mengangkat tubuh Azra dan membawanya kekeruang perawatan.
" Mi,sudah mi biarkan Abrar pergi dengan tenang.Tuhan lebih sayang kepadanya mi." ucap Ahmad disela isakannya.Ia pun sama hancurnya namun ia harus kuat demi istrinya.
" Semua ini gara-gara Azra! Wanita itu yang sudah membuat Abrar meninggal.Jika saja dia tidak meminta pulang dan menuruti kita untuk menginap dihotel semua ini tidak akan terjadi." Amira terus saja menyalahkan Azra atas apa yang menimpa Abrar.
Mereka bahkan tidak sadar jika Azra sudah tidak ada diruangan itu,sementara Natan sedang menunggu Azra didepan ruang perawatan sembari menunggu dokter memeriksanya.
Natan menelfon dua sahabatnya untuk membantu menyiapkan segala sesuatunya terkait meninggalnya Abrar.
Baik fatan dan Ardi sama-sama terkejut dengan kabar duka yang diberikan oleh Natan.
Malam berlalu begitu cepat dan kini matahari mulai memancarkan sinarnya,cuaca sangat cerah namun tidak dengan suasana dipemakaman yang penuh dengan derai air mata.
Didepan tanah merah yang masih basah Azra terus saja menangisi suaminya yang sudah tertimbun tanah.Memeluk batu nisannya dengan derai air mata.
Bayangan kebersamaannya bersama Abrar terus saja menari-nari dipelupuk mata.Malam pertama yang ia dambakan berakhir duka nestapa.Malam yang seharusnya menjadi malam terindah sudah direnggut oleh takdir yang tak memihaknya.Belum juga mahkotanya dipersembahkan suaminya sudah pergi meninggalkannya dengan sejuta luka.
Lara dan nestapa ,itu yang Azra rasakan saat ini.
" Pergi kamu! Jangan berlelah lelah dengan drama murahanmu itu.Kamu senang kan dengan kepergian Abrar? Atau jangan-jangan kamu sengaja melakukan itu,kamu yang sudah merencanakan semua itu.Katakan Azra katakan!" Amira mengguncang tubuh Azra dengan kuat hingga perempuan yang sudah terlihat lemah itu ambruk ketanah dan pasrah dengan segala tuduhan ibu mertuanya.
" Mi,tidak seharusnya mami menuduh Azra sekejam itu mi! Bukan Azra yang melakukan itu,mana mungkin Azra tega melakukan itu mi.Mami sadar mi,kita masih berada didepan makan ka Abrar jangan membuatnya bersedih dengan sikap mami terhadap Azra!"
Plaaak plak!
tamparan Wulan mendarat dikedua pipi Natan hingga meninggalkan bekas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
dramatis banget 😪
2024-07-24
1
FT. Zira
like sub 🌹 buat ka author
2024-07-21
1
FT. Zira
whatt??😳😳😳
2024-07-21
1